Apa judul bacaan di atas Tema 6 Kelas 4

Tema 6 Kelas 4 Sd/Mi & Tanggapan Saya Cinta Membaca Halaman 162, 165, 168, 171, 174

4/ 5 stars - "Tema 6 Kelas 4 Sd/Mi & Tanggapan Saya Cinta Membaca Halaman 162, 165, 168, 171, 174" Kunci Jawaban Kelas 4 Tema 6 saya cinta membaca halaman 162, 165, 168, 171, 174 - Jawaban buku siswa tema 6 kelas 4 saya cinta membaca ku...


Kunci Jawaban Kelas 4 Tema 6 saya cinta membaca halaman 162, 165, 168, 171, 174 - Jawaban buku siswa tema 6 kelas 4 saya cinta membaca kurikulum 2013Dalam kesemptan ini adamin ingin mengembangkan kemudahan dalam proses berguru siswa kelas 4, oleh lantaran itu admin telah meringkas dan menjawab pertayaan yang ada di dalam buku paket tematik terpadu kurikulum 2013
Penulis: Diy AraDi sebuah rumah di Semarang, Rara sudah duduk di erat telepon rumah semenjak pulang sekolah. Beberapa kali, ia menatap telepon, kemudian berbisik, “Kak Dilan, Rara kangen.” Sayangnya, telepon itu tetap tidak berdering. Rara menjadi kesal.“Andai Rara punya abang menyerupai kakaknya Sena. Seorang polisi jago yang selalu mengantar Sena ke sekolah.”“Kak Dilan dokter yang hebat, lho!” seru Mama.“Dokter jago harusnya ada di rumah sakit. Tidak di hutan menyerupai Kak Dilan,” protes Rara. “Kak Dilan malahan tidak punya waktu, sudah sebulan Kak Dilan tidak menelepon.”Mama mengusap rambut panjang Rara. “Kak Dilan niscaya kangen Rara. Tetapi, Kak Dilan kan kini tinggal di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, tepatnya di Distrik Weime. Itu daerah pedalaman, tidak ada listrik, sinyal, wartel, dan kemudahan lainnya. Jadi, jikalau mau menelepon kita, Kak Dilan harus pergi ke kota dulu.”Tiba-tiba telepon berdering. Rara lekas mengangkat telepon itu. Suara Kak Dilan menyapa. Rara berteriak girang.“Kak Dilan harus pulang! Kalau tidak, Rara tidak mau ngomong sama Kakak lagi!”“Rara jangan ngambek, dong! Kak Dilan kangen sekali bunyi imut Rara,” bujuk Kak Dilan di sambungan telepon. “Kakak mau cerita. Hari ini, Kakak senang sekali, balasannya Bonai tersenyum.” “Siapa itu Bonai?” tanya Rara penasaran.“Bonai itu salah satu pasien Kakak. Dia terkena malaria. Syukurlah, kini ia sudah sembuh. Tempat yang Kakak tinggali ini banyak sekali penduduk yang meninggal lantaran malaria. Soalnya, jarak dari sini ke rumah sakit sangat jauh. Jadi, mereka telat ditangani,” kisah Kak Dilan.“Kasihan sekali. Berarti Kakak harus jaga kesehatan. Kalau Kak Dilan sakit,nanti siapa yang mengobati mereka?”“Ehm, Kakak minta maaf, ya lantaran Kakak tidak ada di samping Rara.”Rara merasa bersalah. Seharusnya, ia mendukung Kak Dilan. Soalnya, menjadi dokter di pedalaman ialah kiprah berat dan sangat mulia. “Tidak apa-apa, Kak. Rara paham sekarang. Dibandingkan Rara, penduduk di Weime lebih membutuhkan Kak Dilan. Kakak harus ada di samping mereka dan mengobati mereka hingga sembuh! Janji ya sama Rara!”“Janji! Doain Kakak, ya!”“Pasti! Rara gembira sekali punya Kakak sehebat Kak Dilan!” seru Rara semangat. “Kalau sudah dewasa nanti, Rara mau jadi dokter. Menyelamatkan nyawa orang lain dan menciptakan mereka tersenyum!”“Kakak juga gembira sama Rara!” kata Kak Dilan di ujung telepon sana.
Pertanyaan Bacaan.1. Apakah judul bacaan di atas?

Jawaban

Kakakku Dokter di Pedalaman2. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

Jawaban

Tokoh utama dalam kisah di atas ialah Rara3. Apakah persoalan pada kisah di atas?

Jawaban

Maslah di dalam kisah kakakku dokter di pedalaman ialah Rara jarang menelpon kakaknya alasannya ialah kakaknya menjdi dokter di pedalaman.4. Bagaimana penyelesaian persoalan pada kisah di atas?

Jawaban

Rara harus mengerti lantaran kakaknya harus menjalankan kiprah dan bayak masyarakat yang membutuhkan pertolongannya.5. Apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di atas?

Jawaban

Pelajaran yang saya dapatkan ialah Ketika kiprah yang suadah di berikan maka kita harus menjalkan kiprah kita biarpun itu kiprah seorang dokter di pedalaman. Penulis: Heru PrasetyoSiang hari itu, di sebuah lokasi perbukitan di Pulau Jawa, Awan menurunkan air hujan yang dibawanya ke daratan.“Ah, leganya.” Awan merasa senang, air yang sedari tadi dibawa sudah ditumpahkannya.“Hei, Awan. Kenapa kau sembarang menurunkan hujan?” protes Pohon Jati.Awan terkejut mendengar pohon jati memprotesnya. Padahal, selama ini,Pohon Jati selalu senang jikalau awan menurunkan hujan.“Aku tidak besar lengan berkuasa lagi. Sedari tadi, saya sudah lelah mengangkut hujan,” sahut Awan.Namun, Pohon Jati tampak tidak senang mendengarnya. “Iya, tapi, kenapa kau menurunkannya di sini? Lihatlah, tempat ini sudah penuh air!” kata Pohon Jati marah. Awan melihat ke bawah. Memang benar, di sekitar Pohon Jati banyak terdapat genangan air.Pohon Jati masih merasa jengkel. “Bagaimana caranya biar saya tidak lagi digenangi air sebanyak ini?”“Tenang saja, nanti niscaya akan terserap oleh akarmu,” jawab Awan singkat.“Itu tidak mungkin. Semua temanku sudah habis ditebangi manusia. Cuma tinggal saya satu-satunya pohon jati di sini,” kata Pohon Jati tampak sedih.Awan pun berempati. “Aku turut murung mendengarnya.” “Lalu genangan air ini sebanyak ini bagaimana membuangnya?” tanya Pohon Jati.“Gampang, kau alirkan airnya ke bawah bukit sana,” Awan memberi saran.“Aku tidak mau! Aku tidak mau menciptakan insan yang berada di bawah bukit menjadi korban banjir,” tukas Pohon Jati."Bukankah mereka sudah menebangi semua temanmu,” ujar Awan.“Tapi, tidak semua dari mereka menyerupai itu. Anak-anak di bawah bukit sana,mereka sangat menyayangiku. Sudah beberapa hari ini mereka menanam banyak bibit pohon untuk temanku nanti. Mereka juga merawatku dengan baik,” sahut Pohon Jati. Awan pun terenyuh mendengarnya.“Lalu kini apa yang akan kau lakukan?” tanya Awan.“Aku akan berusaha menahan genangan air yang banyak ini tetap di sini sebisaku,” jawab Pohon Jati.Awan tidak menyangka Pohon Jati begitu baik hati.Akhirnya, Pohon Jati terus berusaha menyerap genangan air di sekitarnya bertahap dengan akarnya.Sore pun menjelang. Genangan air di sekitar Pohon Jati perlahan mulai surut.Tampak belum dewasa mulai berdatangan ke atas bukit. Dari atas langit, Awan melihat sekumpulan belum dewasa kembali menanami bibit-bibit pohon jati di area di mana dahulu banyak terdapat pohon jati, tetapi kini sudah ditebang.“Hei, masih ada sedikit genangan air. Ayo, kita main!” Anak-anak tampak antusias bermain air di bawah Pohon Jati. Di wajah mereka tersirat keceriaan. Pohon Jati pun tersenyum senang melihat keceriaan belum dewasa itu.
Pertanyaan Bacaan.1. Apakah judul bacaan di atas?

Jawaban

Judul puisi di atas ialah Kebaikan Hati Pohon Jati2. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

Jawaban

Tokoh utama dalam kisah di atas ialah Pohon jati3. Apa sajakah kegunaan pohon jati dalam kehidupan masyarakat?

Jawaban

Kegunaan pohon jati ialah sebagi temapt proteksi dikal panas4. Bagaimana cara melestarikan pohon jati?

Jawaban

Cara melestarikan pohon jati ialah dengan cara menanamnya dan merawartnya.5. Apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di atas?

Jawaban

Suatu perilaku pohon jati yang sabar yang harus di tiru atau di contohkan kepada kita Penulis: Erlita PratiwiMinggu pagi yang cerah. Nara bersama ayah dan Om Benny, sobat ayah, naik bahtera motor meninggalkan pelabuhan Tanjung Luar, Lombok Timur, menuju ke tengah bahari lepas. Ayah Nara yang mengemudikan bahtera motor itu menuju bahtera besar yang berada di tengah laut.Sesampainya di bahtera besar, Nara melihat teman-teman ayah membersihkan kerang mutiara. Kerang-kerang itu kemudian akan dikembalikan ke dalam laut. Bila sudah cukup umur, dipanen untuk diambil mutiara yang terdapat di dalam kerang.Nara memperhatikan kerang-kerang yang sedang dibersihkan. Lalu, ia memegang salah satunya. Sama sekali tidak terlihat ada sesuatu yang mahal di dalamnya.“Yang ini, mutiaranya sudah sebesar apa, Ayah?” tanya Nara penasaran.“Harus diperiksa dengan sinar X terlebih dahulu, Nara. Baru nanti sanggup terlihat,” kata ayahnya. Nara pun hanya manggut-manggut.“Tidak semua proses mutiara berhasil, Nara. Dengan pinjaman sinar-X, kita sanggup tahu kerang yang gagal,” kata Om Benny menjelaskan.Om Benny kemudian menunjuk kerang yang sedang dibersihkan. “Ini namanya Pinctada maxima. Jenis kerang ini menghasilkan mutiara berwarna keemasan. Kerang-kerang harus dibersihkan dari siput dan binatang lain yang menempel. Hewan-hewan itu akan mengisap makanan yang ada di dalam kerang. Nanti mutiaranya jadi tidak sempurna.”Nara menyimak klarifikasi Om Benny itu. “Pantas saja mutiara itu harganya mahal. Prosesnya sulit dan usang ya, Om,” kata Nara.Om Benny mengangguk membenarkan.“Kamu tahu tidak, mutiara dari perairan Lombok sudah populer ke seluruh dunia, Nara. Dan faktanya, hampir 43 persen mutiara di dunia itu dihasilkan dari Indonesia,” tiba-tiba Om Benny berkata lagi.“Wow, keren!” Nara berseru kagum. ”Indonesia ternyata punya banyak harta karun di laut, ya, Om,” kata Nara.”Iya, Nara. Bangsa kita memang kaya akan hasil laut. Bukan cuma mutiara, masih banyak kekayaan hasil bahari lainnya, Nara. Tapi, sayangnya, potensi sumber daya kelautan Indonesia yang sangat besar itu hingga kini masih belum tergarap secara optimal, Nara,” lanjut Om Benny dengan nada prihatin.”Oh, begitu ya, Om?” Nara ikut merasa murung mendengarnya.“Oleh lantaran itu, kau berguru yang rajin, Nara! Supaya ketika kau besar nanti, kau dan generasi muda penerus bangsa lainnya sanggup mengolah kekayaan hasil bahari Indonesia ini dengan baik. Bangsa kita nantinya sanggup menjadi makmur,” pesan Om Benny kemudian.“Siap, Om!” Nara menciptakan gerakan hormat dengan tangannya.Om Benny dan Ayah Nara pun tersenyum senang melihat semangat Nara.Bangsa Indonesia mempunyai sumber daya kelautan yang melimpah. Mari kita cintai dan jaga kekayaan bahari tersebut.
Pertanyaan Bacaan.1. Apakah judul bacaan di atas?

Jawaban

Laut Kita Penuh Harta Karun2. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

Jawaban

Tokoh di dalam kisah di atas ialah Nara3. Bagaimana kerang mutiara dimanfaatkan oleh manusia?

Jawaban

Dengan cara mengambil mutiara yang ada di dalamnya untuk di jadikan perhiasan.4. Usaha apa saja yang perlu dilakukan untuk melestarikannya?

Jawaban

Dengan cara tidak memngambil berlebihan dan kita terus menjaganya dari pencurian orang asing5. Apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di atas?

Jawaban

Suatu kekayaan alam yang sanggup kita manfaatkan di negara indonesia Penulis: Fransisca EmiliaDongeng Anak Terpilih Kategori Air Minum Lomba Menulis Dongeng Anak KSAN 2015Hari ini sekolah Elang libur. Elang ikut ayahnya yang akan meliput isu di Gunungkidul, Yogyakarta. Ayah Elang seorang wartawan.“Di sana sering kekurangan air ya, Yah? Aku pernah baca di majalah,” kata Elang.Ayah mengangguk. “Sebagian besar wilayah Gunungkidul merupakan pegunungan karst yang tersusun dari batuan kapur berpori. Akibatnya, air selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah. Permukaannya kering, tapi jauh di bawah tanah kaya akan air. Lihatlah sekitarmu, Elang,” kata ayahnya lagi.Dari beling mobil, Elang memandang sekelilingnya. Pohon-pohon jati meranggas dan rerumputan mengering. Saat memasuki perkampungan, yang terlihat hanya tanah cokelat yang pecah-pecah.Saat hingga tujuan, ayah memarkir kendaraan beroda empat di depan balai desa. Tak jauh dari situ, kerumunan warga tengah mengantre di sekeliling kendaraan beroda empat tangki air. Mereka membawa jeriken, ember, dan banyak sekali wadah untuk menampung air. Ayah kemudian mewawancarai kepala desa dan beberapa warga.“Telaga-telaga sudah mengering pada awal kemarau. Begitu pula bak-bak penampungan air dan kolam-kolam yang kami buat, hanya cukup untuk satu bulan,” kata Pak Kepala Desa.Elang memandang kerumunan warga dengan sedih. Ia kemudian melihat seorang gadis kecil yang gres selesai mengantre air. Jalannya terengah-engah. Elang mendekatinya. “Sini, saya bantu.”Mata bundar gadis kecil itu berbinar. Elang kemudian memperkenalkan dirinya. Gadis itu berjulukan Gendis.“Kenapa mengambil air sendiri?” tanya Elang perlahan “Simbah sedang menciptakan gaplek. Bapak dan simbok bekerja di Jakarta,” jawab Gendis.“Air ini untuk apa? Mandi?” tanya Elang lagi.“Musim kemarau begini saya jarang mandi. Kita membeli air untuk minum dan memasak saja.” Elang tak menyangka jikalau ada daerah yang mengalami kekeringan separah itu. “Hei, dari mana? Ayo pulang,” kata ayah membuyarkan lamunan Elang.“Yah, bukankah kata Ayah di dalam tanah sana kaya air? Apa tidak sanggup dimanfaatkan?” tanya Elang.“Bisa. Tapi, dalamnya ratusan meter. Perlu biaya sangat besar. Pemerintah bekerja sama dengan Jerman sudah membangun bendungan di Gua Bribin. Airnya dipompa ke atas!”“Terus, kenapa masih kekurangan air?”“Airnya sudah sanggup memenuhi kebutuhan warga di beberapa kecamatan. Tapi belum optimal. Mudah-mudahan dengan perkembangan teknologi, air bawah tanah sanggup dimanfaatkan lebih baik. Dan, Gunungkidul tidak kekurangan air lagi menyerupai sekarang.””Kita beruntung ya, Yah, tidak pernah kekurangan air,” kata Elang kemudian. Ayahnya pun mengangguk. Perjalanan bersama ayah kali ini, sungguh memperlihatkan pengalaman gres bagi Elang.
Pertanyaan Bacaan.1. Apakah judul bacaan di atas?

Jawaban

Judul bacan di atas dalah Kemarau di Gunungkidul ialah Elang2. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

Jawaban

Tokoh utama ialah 3. Pernahkah kalian melihat burung elang menyerupai yang ditokohkan dalam kisah di atas? Tahukah kalian bahwa burung elang ialah binatang yang dilindungi? Ayo kita cari informasi lebih rinci wacana burung elang. Buatlah  sebuah kliping bersama temanmu berisi wacana hal-hal berikut.a. Jenis burung elang yang ada di Indonesia

Jawaban

Jenis elang di indonesia ialah Elang hitam, elang jawa, dan elang Brontokb. Cara pelestarian burung elang.

Jawaban

Tidak melaksanakan berburu secara liar.c. Tempat-tempat yang dikunjungi untuk melihat penangkaran burung elang

Jawaban

Taman Nasional Gunung Halimun Salak,Loji, tempat hutan puar lolo, dan penangkaran pulau Kotok4. Apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di atas?

Jawaban

Pelajaran yang saya dapatkan ialah sesama insan kita harus saling tolong menolong Penulis: Watiek Ideo dan DK WardhaniHai, namaku Bomu. Aku ialah sebatang bambu di daerah Way Kambas, Sumatra. Aku tinggal bersama segerombol bambu lainnya. Teman kami, Angin,suka sekali menarik hati dan bercanda bersama kami, para bambu.Tiba-tiba kudengar bunyi yang amat keras. Itu ialah para pohon besar di seberang.“Oh, sebentar lagi kita akan dibawa ke kota,” kata Pohon Kampar.“Ya. Kudengar mereka akan mengakibatkan kita mebel-mebel mewah,” ujar Pohon Meranti bangga.“Seperti apa ya tinggal di kota?” batinku. Sungguh, saya iri kepada mereka. Para insan lebih membutuhkan pohon-pohon itu daripada sepotong bambu.Hari berganti hari. Pagi-pagi kudengar kehebohan di sawah seberang. Rupanya itu ialah belum dewasa Way Kambas. “Gawat! Kata Ayahku, animo kemarau sudah datang!”“Sawah-sawah akan kekeringan.”“Kita akan kesulitan air higienis nanti.” Suara-suara mereka terdengar khawatir.Keesokan hari, kulihat belum dewasa Way Kambas tiba lagi. Tapi kini, mereka ditemani para orang tua. Dan, hei, mereka berjalan ke arah kami, para bambu!“Ayo, ayo! Ambil yang manis bambunya”“Iya. Biar kuat!”Orang-orang mulai memotong kami para bambu. Rasanya sungguh geli. Aku sangat senang membayangkan apa yang akan terjadi. Kurasa mereka akan membawaku ke kota! Hore!Tubuhku bergoyang-goyang ketika orang-orang itu mengusung para bambu ke sebuah sungai besar di ujung desa. Lho, kok ke sini?“Ayo, kita rakit sekarang!” Tanpa dikomando, mereka mengembangkan tugas. Srek! Srek! Kras! Kras! Hei, apa yang terjadi?Dan, wow! Tubuhku tertali amat kencang bersama teman-temanku. Kulihat beberapa bambu lain tampak saling terhubung menjadi pipa-pipa panjang.“Ayo, kita coba sekarang!”Tiba-tiba angin bertiup ke arahku. Perlahan, tubuhku berputar. Air pun masukke bumbung-bumbung tubuhku dan teman-temanku. Lalu, air itu tumpah kesebuah wadah dan mengalir masuk ke pipa-pipa bambu.“Berhasil!” “Hore!” “Airnya masuk!”Para petani dan belum dewasa itu bersorak bahagia. Air itu mengalir ke sawahsawahdan kolam penampungan di tengah desa.Kini, saya menjadi bab dari kincir angin ini. Anak-anak Way Kambas bersemangat sekali menanami sekitar mata air dengan tunas-tunas muda. Mereka dan para orang dewasa sebenarnya menahan tepian mata air dengan bebatuan. Tak boleh lagi ada yang menebang pohon sembarangan dan mengotori sumber air.
Pertanyaan Bacaan.1. Apakah judul bacaan di atas?

Jawaban

Judul bacaan di atas ialah Impian Bomu2. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

Jawaban

Tokoh utama dalam kisah di atas ialah Bomu3. Buatlah sebuah puisi yang terdiri atas paling sedikit 3 bait menurut bacaan tersebut.- Ingatlah selalu untuk memperhatikan rima setiap baitnya.- Bacakanlah puisimu di depan kelas. 4. Bagaimana penyelesaian persoalan pada kisah di atas?

Jawaban

Memohon kepda allah mintak di turunkan hujan5. Apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di atas?

Jawaban

Jadilah orang yang bermanfat di manapun kita berada. Terima kasih suadah membaca goresan pena ini semoga bermanfaat untuk kita semua dimanapun kalian berada.

Sumber //likfanen.blogspot.com/

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA