Apa maksud iq 200 sekolam

Prof. Rocky Gerung sukses besar. Soalnya dari nobody. Eh, maaf, maksudnya kalau tadinya hanya kalangan tertentu saja yang kenal dan pernah dengar namanya. Mendadak kini terkenal  hampir ke seantero bumi nusantara. Tidak tanggung-tanggung lagi. Rambahan sampai mencapai kalangan penghuni bumi bulat yang waras dan bernurani dan bumi datar sumbu pendek. Kok bisa ya? Gara-garanya, dalam suatu kesempatan, bak seorang penemu jenius, Prof. Rocky Gerung berhasil menelorkan sebuah terminologi orisinil yaitu IQ 200 SeKolam. Terminologi yang entah secara langsung atau tidak lngsung, ia tujukan khusus untuk kalangan penghuni bumi bulat yang waras dan bernurani.

Tanpa perlu waktu lama, terminologi ini segera viral. Bahkan melebihi sang pencetusnya, yaitu Prof. Rocky Gerung. Terlebih di kalangan penghuni bumi datar sumbu pendek. Maklum, setelah sekian lama “geram” karena tidak mampu membalas berbagai cuitan penghuni bumi bulat yang waras dan bernurani. Kini giliran dapat amunisi dari Prof. Rocky Gerung. Berbondong-bondong mereka menggunakan terminologi IQ 200 SeKolam  untuk balas dendam. Pernyataan atau meme apapun yang muncul dari penghuni bumi bulat yang waras dan bernurani di berbagai media sosial segera mereka counter dengan menggunakan bebagai ejekan, bahkan ujaran kebencian. Salah satu yang paling kerap mereka gunakan  adalah terminologi: IQ 200 SeKolam! Mirip anak-anak TK yang girang banget dapat mainan baru: “Apa-apa IQ 200 SeKolam, apa-apa IQ200 SeKolam, apa-apa IQ 200 SeKolam, and so on and so on!”

Terkait dengan hal di atas, muncul pertanyaan berikut: “Layak kah yang waras dan bernurani mendapat stigma IQ 200 SeKolam dari seorang Profesor bernama Rocky Gerung?” “Ngomong-ngomong, sebenarnya mana sih yang lebih layak mendapat stigma tersebut, penghuni bumi bulat yang waras dan bernurani atau penghuni bumi datar sumbu pendek, Pak Prof.?”

Reuni Alumni 212

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, mari cermati peristiwa yang terjadi di DKI Jakarta pada hari Sabtu, 2 Desember 2017 yang lalu. Seperti diketahui, pada hari Sabtu, 2 Desember 2017 kemarin, sudah terlaksana sebuah kegiatan yang sok-sok an nyontek tradisi perguruan tinggi. Soalnya, panitia kegiatan tersebut dengan bangga menggunakan embel-embel ALUMNI. Tidak heran kalau mereka-mereka ini lalu memberi nama kegiatan tersebut dengan nama: “Reuni Alumni 212.” Loh kok bisa? Ya bisa saja. Namanya juga lagi kerasukan “jin” perguruan tinggi. Jadi sah-sah saja bukan? Mosok kasih nama kegiatan tersebut dengan nama: “212 Rindu Bibieb Yang Nggak Pulang-Pulang” sih?

Lebih hebatnya lagi, ketika banyak yang mensinyalir bahwa kegiatan REUNI ALUMNI 212 sesungguhnya sarat dengan muatan politis. Sekretaris Panitia segera mengeluarkan pernyataan seperti berikut:

Liputan6.com, Jakarta – Sekretaris Panitia Pelaksana Maulid Nabi dan Reuni Akbar Alumni 212 Muhammad Al Khatthath memastikan aksi yang akan digelar di Silang Monas pada Sabtu 2 Desember 2017 tidak bermuatan politik.

“Panitia mengadakan Reuni Akbar Alumni 212 bukan dalam konteks politik tertentu,” ujar Al Khatthath di Wisma PHI, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2017).

Merasa tidak cukup kalau hanya 1 orang saja yang berbicara, yaitu sang sekretaris. Humas Aksi REUNI ALUMNI 212, yaitu Novel Bamukmin pun ikut-ikutan ngoceh:

INILAHCOM, Jakarta – Humas aksi reuni alumni 212, Habib Novel Bamukmin membantah jika aksi 2 Desember nanti untuk kepentingan politik pada Pemilu 2019.

“Tidak benar itu, karena ini adalah bentuk hajat terbesar didunia bahwa islam adalah rahmatan lil alamin, karena sebagai bentuk juga keperdulian kita dalam acara untuk mengumpulkan dana bagi masyarakat yang terkena bencana Alam,” kata Novel saat dikonfirmasi, Kamis (30/11/2017).

Benarkah Aksi Reuni Alumni 212 Bebas Dari Agenda Politik?

Al Khatthath dan Novel yang mewakili Panitia Reuni Alumni 212 membantah kegiatan aksi demo angka togel keramat tersebut punya agenda politik. Benarkah demikian? Mari cermati pernyataan Amien Rais berikut –Maaf, cukup 1 saja ya. Banyak-banyak, bikin mules saja.

Amien Rais

Suara.com – Politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais memberikan pidato politik mengkiritik rezim Joko Widodo-Jusuf Kalla, dalam acara reuni mantan demonstran anti-Ahok di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12/2017).

Dalam orasi politiknya, Amien mengkritik proyek reklamasi Pantau Utara, proyek pembangunan Meikarta, hingga investasi PT Freeport Indonesia (Untuk lebih lengkapnya silahkan baca link berikut: //www.suara.com/news/2017/12/02/122251/pidato-politik-amien-rais-di-reuni-212-kecebong-asing-aseng)

Makna Di Balik Realitas

Upsss, kalian ketahuan! Ketahuan apakah itu? Ketahuan NGIBUL alias BOHONG!  Ngomongnya bebas dari agenda politik. NYATA nya, eh FAKTA nya?  Saat mengisi acara dengan pidato, woalahhh, ternyata isinya pesan politik praktis. Itu baru 1  contoh dari seorang Amien Rais yang sampai saat ini masih gagal jalan kaki dari Jogja ke Jakarta. Belum lagi dari Duo F a.k.a Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Semakin lengkap kalau mendengar pidato Rizieq melalui sambungan telepon jarak jauh. Semuanya sarat dengan muatan politik.

Ngomong-ngomong adakah AGAMA yang meng-HALAL-kan NGIBUL a.k.a BOHONG? Rasa-rasanya sih, tidak ada ya? Kecuali kalau agama sudah diperkosa oleh orang-orang yang merasa diri sudah lebih suci dan kudus dari TUHAN. Sampai-sampai NGIBUL a.k.a BOHONG dirasa bukan sesuatu yang HARAM a.k.a DOSA.

Kalau demikian, kembali ke persoalan di atas. Stigma apa yang paling cocok untuk sekelompok manusia yang menganggap NGIBUL a.ka. BOHONG adalah HALAL? IQ 200 SeKolam kah, Prof. Rocky Gerung? Upsss, maaf, terminologi tersebut orisinil milik anda. Monggo, silahkan bikin hak royalti nya. Jadi kalau begitu, cucok nya apa dong?

EUREKA,… IQ 212 SakMoNas!

Salam IQ 212 SakMoNas untuk Prof. Rocky Gerung, Amien Rais, Duo F, Rizieq Shihab, & seluruh pengikut!

Animus Tamen Omnia Vincit; Ille Etiam Vires Corpus Habere Facit (Courage Conquers All Things; It Even Gives Strenght To The Body (Ovid)

Ever Onward No Retreat. GOD Bless Jokowi, Ahok, & NKRI tercinta.

Sumber lain:

//nasional.inilah.com/read/detail/2421689/novel-tegaskan-reuni-alumni-212-bukan-untuk-2019;

//news.liputan6.com/read/3181938/panitia-tegaskan-aksi-reuni-212-tak-bermuatan-politik

Eramuslim.com – Batavia di penghujung abad ke-19. Pemerintah Kompeni Belanda yang berpusat di Weltevreden, sekarang sekitar wilayah Monas dan Lapangan Banteng, mendatangkan Schout Van Hinne, seorang perwira polisi khusus, untuk memberangus gerakan tujuh pendekar-ulama Jayakarta bernama Pituan Pitulung alias Pitung.

Sejak dibaiat di Pesantren Kiapang Kebon Pala, Tenabang, oleh Kiai Haji Naipin di tahun 1880, ketujuh pendekar-ulama Betawi itu malang-melintang menolong rakyat pribumi dari kekejaman Belanda dan tuan tanah Cina tanpa bisa dihalangi. Penjajah Belanda kewalahan.

Schout Van Hinne punya strategi. Selain mengerahkan pasukan marsose yang terdiri dari orang-orang pribumi pengkhianat yang dibayar untuk bekerja demi kepentingan penjajah, dan juga mengerahkan polisi reguler dan juga para tukang pukul Tuan Tanah Cina, yang biaya operasinya banyak yang berasal dari setoran para tuan tanah Cina di Batavia, Van Hinne juga menggunakan perang yang tidak konvensional yaitu memproduksi berita-berita penuh fitnah terhadap Pitung yang dimuat dua koran terkemuka Batavia yakni Hindia Ollanda dan Locomotif.

Sosok Pitung yang merupakan para pendekar-ulama yang sangat tawadhu, zuhud, namun memiliki ilmu yang tinggi dalam ilmu agama maupun dunia, termasuk ilmu maen pukul, dicitrakan sebagai perampok, pemerkosa, dan penjahat kriminal.

Halaman selanjutnya →

Halaman 1 2 3

Ikuti update terbaru di Channel Telegram Eramuslim. Klik di Sini!!!

loading...

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA