Analisislah penggunaan kata konkret dalam puisi Kita adalah PEMILIK Sah Republik Ini

satu cerita tentang fenomena alam​

arti guling berlumpur itu apa? bantu jawab buat besok mpls :)

aku berbentuk bundar, aku memiliki batu kerikil kecil yang terdapat di dalam tubuhku, aku memiliki unsur tepat waktu, aku bertekstur krispi, aku berwa … rna gambar orang pakai baju olahraga, siapakah aku?​

bantu jawab clue snack ini dong buat mpls-snack orang berenang ​

marah nggak gurunya kalau remaja tidak etis di dalam kelas Pada saat jam pembelajarantolong diberi penjelasan

besi hijau dan minuman matematika teka teki mos​

tolong bantu ya kak no ngasalmakasii​

tolong bantu jawab clue dari snack/minuman ini. tugas mpls-susu pahlawan jepang-snack orang berenang ​

tek4 tek1 m05: susu negara​

minuman yang bisa di pakai tidur teka teki mos​

Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari beberapa macam, yaitu:

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

Onomatope adalah kata tiruan bunyi, msl "kokok" merupakan tiruan bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.

Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.

Pengulangan kata/ungkapan.

Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme

Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dng pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

            Berikut saya posting hasil buah karya teman saya yang bernama Tika Norfatmala Apriliyani..

Semoga bermanfaat ya sob.. 

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

Tidak ada pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual kekayaan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran :

“Duli Tuanku”?

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yan penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Apresiasi Puisi

  Penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Puisi terdiri dari dua unsur pokok yakni struktur fisik dan batin. Kedua unsur itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat sehingga membentuk totalitas makna yang utuh. Dalam penafsiran sebuah puisi, tak lepas dari kedua unsur tersebut. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisis terhadap struktur fisik dan struktur batin puisi berjudul “kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail dari buku kumpulan Tirani dan Benteng. Berdasarkan analisis diketahui bahwa puisi ini bernuansa perjuangan bangsa indonesia atau kata laainnya patriotisme. Tema ini diangkat karena puisi ini sangat memberikan gambaran tentang ikhtiar bangsa kita yang maju, bangkit dan memperjuangkan harga diri dan citranya. Tema ini disuguhkan oleh pengarang yang notabene adalah orang indonesia, karena melihat realitas  bangsa kita yang carut marut. Kondisi bangsa kita yang buruk indikasinya dapat dilihat melalui degradasi moral. Banyak punggawa bangsa kita yang kurang jujur, selalu terlibat korupsi. Beberapa para penegak hukum pun yang dianggap sebagai pahlawan rakyat ternyata tidak jauh beda dengan para mafia. Segala pesan berbau politik dan berbagai hubungan-hubungan kerjasama yang dapat merugikan bangsa kita diakhiri kemudian selalu ditempuh perputaran roda ekonomi melalui meja proyek sangat didominasi oleh para investor asing. Mereka bebas mengeruk harta kekayaan dan sumber daya alam yang tersedia. Melalui kepahlawanan dalam memilih bangsa, diketahui makna puisi ini mampu membangkitkan semangat rakyat indonesia yang telah merdeka untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut.

   Alasan dipilihnya puisi tersebut, karena puisi ini dianggap mampu mempresentasikan situasi bangsa indonesia saat ini. Dengan pernyataan lain, pemerolehan makna melaui kajian struktur fisik dan batin puisi tersebut diharapkan bisa memberikan semangat dan pencerahan kepada masyarakat yang masih cinta dan peduli terhadap negerinya.

Struktur Fisik Puisi

1.     Diksi/Pilihan Kata

Pilihan kata yang dituangkan oleh penyair puisi ini sangat mendukung isi dan tema perjuangan harga diri bangsa.

-         Kata “kita” yang dominan muncul dalam puisi memberikan makna orang banyak. Makna secara mendalam, kata “kita” bermakna seluruh rakyat indonesia yang oleh pengarang secara tidak langsung diajak untuk bangkit dan berjuang melawan segala bentuk penjajahan dan intervensi oleh para penjajah. Baik secara intenal dan eksternal.

-         Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

-         Berjalan terus.

-         Karena berhenti atau mundur

-         Berarti hancur

Yang berarti menceritakan penderitaan rakyat indonesia yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka kita harus keluar dari kondisi seperti itu. Dan kata” jalan” merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan cara bergerak meninggalkan satu tempat ketempat yang lain. Kata ini memperkongkret makna bahwa kita harus melakukan perubahan atau hijrah dari situasi terpuruk untuk bangkit menuju kearah kemajuan dan kemandirian bangsa.

-         Apakah akan kita jual keyakinan kita

-         Dalam pengabdian tanpa harga

Merupakan pilihan kata yang menggambarkan kesusahan dan penderitaan rakyat indonesia yang berjuang tidak mengharapkan imbalan.

Taufik Ismail sangat ahli sekali dalam memilih kata-kata, beliau sangat hati-hati sekali dalam mengolah dan mengemas kata-kata tersebut sehingga tidak heran kalau pilihan kata-kata yang beliau ambilpun didalamnya mengandung suatu imaji dan citraan yang tersirat didalamnya.

-         Akan maukah kita duduk satu meja

Kata “meja” dalam puisi tersebut bermakna sebuah kerja sama atau pelaksanaan-pelaksanaan perundingan untuk menempuh suatu tujuan.

-         Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Para pembunuh berarti dapat dimaknai sebagai para penjajah. Para penjajah dalam puisi ini dimaksudkan sebagai orng-orang yang suka turut campur dalam kepemerintahan bangsa kita. Model dan bentuk penjajahan mereka revisi dalam bentuk baru, bisa jadi penjajahan gaya baru tersebut terimplementasi dalam bentuk kepemilikan saham-saham, penguasaan dan pengerukan kekayaan alam kita secara tidak terbatas, pemberian bantuan dan modal yang kemudian menjadi beban dan hutang sepanjang hayat, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang pribumi sendiri, bahkan penjajahan yang merembes dalam masalah akidah dan moral.

-         Dalam setiap kata yang berakhiran

-         “Duli Tuanku”

Duli Tuanku memberikan makna bahwa bangsa kita adalah bangsa yang selalu berprinsip yes bos, atau yang penting bapak senang. Artinya kondisi bangsa atau rakyat kita selalu siap bekerja menjalankan tugas untuk kepentingan dan kesenagan sang bos, dan menguntungka si pelaksana tugas, tak peduli orng lain berada dalam penderitaan. Penyakit seperti ini oleh pengarang disodarkan kepada kita untuk dijadikan sebagai bahan permenungan yang kemudaian tercermin melalui beberapa pilihan katanya dalam baris puisi.

-         Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan

Bermaksud mengandung imaji penglihatan, karena orang yang bermata sayu dan berdiri dipinggir jalan tentunya dapat kita lihat atau dapat diamati. Citraan ini mengandung makna bahwa orang yang bermata sayu seakan-akan kelihatan seperti sehabis bangun tidur, kelihatan ngantuk dan malas, matanya kurang bercahaya. Apalagi berdiri dipinggir jalan, citraan ini mengambarkan kondisi masyarakat yang hanya mampu berusaha melihat dan menerawang masa depan yang nampak suram dan samar.

-         Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Bermaksud menimbulkan imaji penglihatan, karena kondisi orang yang mengacungkan tangan atau melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah bus atau oplet tentunya dapat dilihat dan bukan didengar pada dasarnya orang yang mengacungkan tangan untuk sebuah bus atau oplet yang sudah penuh tentunya bus atau oplet tersebut tidak akan mau berhenti untuk mengangkut penumpang dan pasti bus atau oplet itu berlalu dan meninggalkan penumpang tersebut. Citraan ini memperkuat kondisi bangsa kita atau rakyatkita yang tidak mempunyai kesempatan untuk melaju bahkan hanya tertinggal dan terbelakang dalam segala hal, ketertinggalan dan keterbelakagan itu terutama dalam bidang pendidika dan bidang teknologi bahkan ekonomi.

-         Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

-         Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

-         Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Puisi ini juga menceritakan kondisi tentang kesusahan dan penderitaan bangsa indonesia yang selalu dijajah oleh bangsa lain.

-         Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

-         Dan seribu pengeras suara yang hampa

Yang berarti rakyat indonesia yang tidak mempunyai kepentingan dengan seribu slogan dan pengeras suara yang hampa, karena pejabat yang selalu memasang slogan dipinggir-pinggir jalan dan berpidato di depan rakyat dengan berjanji akan membuat rakyat damai dan sejahtera nyatanya itu hanya janji saja tapi tidak pernah dibuktikan hanya kata-kata palsu yang diucapkan, mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, dan tidak memikirkan kepentingan bangsa kita.

2.     Majas/Gaya Bahasa

Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang, agar ungkapan- ungkapan yang dipakai terkesan unik dan puitis.

Taufik Ismail secara sadar dan sengaja penulis menyulap kata-kata yang biasa menjadi kata-kata yang indah dan serat dengan variasi makna, karena beliau tidak menggungkapkan makna itu secara gamblang. Dengan keahliannya dalam mengolah gaya bahasa beliau sengaja menyembunyikan makna di dalam suatu kata atau kalimat supaya pembacanya mengartikan sendiri apa maksud dari kata-kata tersebut. Nampaknya itulah yang dikehendaki oleh penyair, sehingga kita harus membacanya dengan penuh kosentrasi dan tingkat penalaran yang tinggi agar tahu apa maksud kata tersebut.

Berikut majas yang ada didalam puisi ini:

1)    Personifikasi

Majas personifikasi sering juga disebut pengorangan atau penginsanan yaitu benda-benda mati digambarkan memiliki sifat dan perbuatan sepeti manusia.

Berikut yang termasuk dalam majas personifikasi

-         Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

gaya bahasa personifikasi ini digunakan oleh pengarang dengan maksud lebih menerangkan kondisi bangsa kita, seolah-olah bencana alam bertindak sebagai manusia raksasa yang kapan saja bisa datang memukul dan menghancurkan kehidupan rakyat Indonesia.

2)    Hiperbola

Majas Hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti kalimat/kata yang sesungguhnya dengan kalimat atau kata yang berlebihan dan lebih hebat pengertiannya.

Berikut yang termasuk dalam maja hiperbola

-         Apakah akan kita jual keyakinan kita

Menjual keyakinan merupakan sesuatu tindakan yang berlebihan dan tidak masuk akal, karena sesungguhnya keyakinan itu berwujud materi yang dapat diperjualbelikan. Akan tetapi kalimat dalam puisi ini hanya lebih memperjelas makna untuk membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia guna mempertahankan semua harta dan kekayaan alam. Selain itu, gaya bahasa tersebut lebih menekankan agar seluruh rakyat harus memegang teguh prinsip dan ideologi bangsa Indonesia yang hampir pupus ditelan arus globalisasi dan tergilas oleh perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai penjajah itu.

3.     Rima Dan Irama

Us

Tidak ada pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Ur

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

A

   Apakah akan kita jual kekayaan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

A

               Bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Struktur Batin puisi

1.      Tema dan Amanat

1)    Tema

Tema dari puisi diatas adalah perjuangan bangsa indonesia yang menggambarkan tentang ikhtiar bangsa kita yang ingin maju, bangkit dan memperjuangkan harga diri dan citraannya. Karena banyak pejabat bangsa kita yang kurang jujur dan selalu terlibat korupsi.

2)    Amanat

Sebagai puisi perjuangan atau patriotisme, maka puisi ini memilik pesan yang mendalam. Pesan atau amanat tersebut sangat erat kaitannya terhadap rakyat Indonesia yang merasa memiliki republic ini secara sah. Oleh sebab itu, amanat puisi ini adalah sebaiknya kita mampu mempertahankan kemerdekaan ini dan terus berjuang melakukan perubahan kea rah perbaikan nasib dan citra bangsa untuk menjadi mandiri, cerdas, bermoral, sejahtera dan amanah.

2.     Rasa Dan Empati

Puisi ini mampu membangkitkan rasa nasionalisme bangsa yang tinggi.  Dalam Puisi kita adalah pemilik sah republik ini  kalimat ini memberikan makna sebuah pengakuan rasa juang yang tinggi dan cinta yang sangat tulus terhadap bangsa indonesia. Perasaan ini muncul akibat puisi ini pun menyodorkan makna yang mampu mendongkrak semangat pembaca. Kekuatan kata-kata yang terdapat pada baris, kalimat, dan setiap bait mampu membangkitkan luapan emosi kepedulian atau keprihatinan pembaca dalam hal ini rakyat Indonesia secara utuh untuk segera melakukan perjuangan. Rasa ingin bangkit dan berjuang ini dapat dicerna melalui baris puisi tiada ada lagi pilihan kita harus berjalan terus. Frase berjalan terus dapat dimaknai sebagai sebuah perjuangan. Makna perjuangan di sini merupakan upaya sadar untuk melakukan suatu perubahan untuk mandiri dan merdeka secara hakiki dan semua pejabat tidak selalu terlibat korupsi.

3.     Nada Dan Suasana

Ketika kita membaca puisi tersebut, suasana hati pembaca akan ikut sedih dan geram terhadap kondisi bangsa Indonesia yang dilukiskan oleh Taufik Ismail. Hal itu terjadi karena nada penyair melalui puisi bersifat mendorong atau membangkitkan hait nurani rakyat Indonesia. Pengarang bermaksud menyulut pembaca melalui setiap kata yang terurai pada setiap baris dan bait puisi. Misalnya, akan maukah kita duduk meja dengan para pembunuh tahun yang lalu, sebuah kalimat pertanyaan yang cukup indah dan menggelorakan dan menggetarkan jiwa untuk menolak dan benci terhadap berbagai bentuk penjajahan. Lalu dalam setiap kalimat yang, berakhiran “duli tuanku” ? kalimat ini pun mampu membangkitkan semangat untuk tidak mau lagi diperbudak, dikendalikan atau dijadikan alat oleh penjajah untuk mencapai kepentingan dan kesenangan mereka. Kita ingin bebas dan merdeka secara utuh. Apalagi bangsa kita sudah sangat sudah dan menderita akibat berbagai bencana alam yang terjadi. Hal ini dapat dimaknai pula melalui penggalan sajak berikut ini, kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa puisi kita adalah pemilik sah republik ini karya Taufik Ismail ini merupakan puisi yang merefleksikan sejarah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang digunakan dalam puisinya. Dengan bahasa yang begitu menggugah dan menggelora, dapat dinyatakan bahwa makna puisi tersebut sangat mendorong dan bersifat mendobrak keterkungkungan rakyat Indonesia dari bentuk penjajahan baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA