Wattpad aku Tahu Kapan Kamu Mati

                                    
                                              

Siena bisa melihat tangan pucat itu menembus tubuhnya. Tapi tentu saja dia pura-pura tidak melihatnya.

Tidak terasa apa-apa. Tangan itu hanya bagian dari roh, bukan fisik yang nyata. Tapi energi Siena sedikit terisap, membuatnya merasa agak lemas.

Siena berusaha melangkah menjauh dari tempat itu, masih dengan kepala tertunduk.

Dia benci berada di rumah sakit, karena akan banyak yang dia lihat. Roh-roh yang baru pergi meninggalkan tubuh, atau hantu-hantu lama yang betah berada di sini dan tak mau pergi. Juga roh-roh penasaran yang terkadang memaksa Siena membantu menyelesaikan urusan mereka yang belum selesai saat mereka hidup.

Siena hampir mendekati pintu, tapi mahluk halus itu mendadak berada di depannya, seketika Siena berhenti. Dan itu berakibat fatal, karena mahluk halus itu menjadi tahu, Siena bisa melihatnya.

Tapi Siena tidak kekurangan akal. Dia menyadari kesalahannya. Dia melanjutkan langkahnya, tak peduli dirinya menubruk mahluk halus itu dan menembusnya.

Siena berusaha tidak melihat wajah mahluk halus itu, terutama dia menghindari kontak mata. Tapi dia bisa melihat penampilannya. Seorang remaja laki-laki kurus dengan perut berlubang, entah tertusuk apa.

Tolong beritahu ayahku, aku di sini. Nggak ada yang tahu aku di sini.

Bisikan itu terdengar. Mahluk halus itu telanjur tahu Siena bisa melihatnya. Dia mulai menyampaikan pesan pada Siena. Tapi Siena pura-pura tidak mendengarnya.

Siena!

Siena terbelalak mendengar suara itu. Suara itu seperti bisikan juga, tapi menyebutkan namanya. Dari mana mahluk halus itu bisa tahu namanya?

Siena melirik dengan ekor matanya. Bukan hantu laki-laki kurus yang menyebut namanya. Tapi sosok lain.

Flo, itu Flo. Tanda-tanda yang dilihat Siena sejak pertama kali dia bertemu Flo terbukti hari ini. Flo sudah pergi, rohnya keluar dari raganya dan sepertinya belum menyadari apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Siena melanjutkan langkahnya keluar ruang IGD, tentu saja dia pura-pura tidak mendengar Flo memanggil namanya.

Hei, Siena! Kenapa lo bisa ada di sini? Kenapa mama gue nangis dan nggak denger gue manggil-manggil namanya? Kenapa adik gue menjerit-jerit? Dan cowok yang tadi ngomong sama lo siapa sih? Kenapa mukanya pucat banget dan perutnya bolong?

Suara Flo itu terdengar sebagai bisikan juga. Begitulah cara mereka berbicara. Benar seperti dugaannya, Flo belum menyadari dirinya sudah tidak berada di dunia fana.

Siena melanjutkan langkahnya keluar bagian IGD.

"Siena! Kamu di sini? Gimana keadaan Flo? Dia nggak apa-apa, kan?"

Siena tersentak, langkahnya mendadak terhenti. Nala sudah berdiri di hadapannya dengan wajah sangat cemas.

Roh Flo juga terkejut. Dia memanggil-manggil nama Nala. Tapi tentu saja Nala tidak bisa mendengarnya.

"Kamu tanya saja ke mama Flo dan dokter. Itu, dokter baru saja keluar dan menjelaskan ke mama Flo. Aku permisi pulang dulu," jawab Siena.

"Hei, Siena, jangan pergi dulu. Jelaskan dulu ke aku apa yang sudah terjadi," cegah Nala sambil tanpa sadar memegang lengan Siena mencegahnya pergi.

Siena terkejut, refleks dengan ekor matanya dia melirik ke roh Flo yang tampak marah melihat apa yang dilakukan Nala padanya. Siena buru-buru menarik tangannya, berusaha melepaskan diri dari pegangan Nala.

Alis Nala terangkat, bergegas dia melepas pegangannya dan menarik tangannya, dia baru sadar sudah menyentuh Siena.

"Aku sudah nggak dibutuhkan di sini. Maaf, Nala. Permisi," ucap Siena, kali ini dia melangkah cepat supaya tak bisa lagi dijangkau Nala.

                                    
                                              

"Siena, kamu sudah pulang? Buruan kamu ganti baju ya. Kita makan siang sambil ibu mau cerita sesuatu."

Alis Siena terangkat halus menerima sambutan ibunya yang tanpa basa-basi langsung bicara panjang, begitu pintu terbuka. Dia baru saja pulang dari sekolah. Walau baru dua hari belajar di sekolah baru, tapi dia sudah bisa pulang sendiri naik angkutan umum.

Sekolahnya bisa dijangkau dengan naik bus TransJakarta yang relatif aman. Selain itu, dia sudah mempelajari jalan pulang bersama ibunya sebelum mulai sekolah.

Siena hanya mengangguk, lalu bergegas ke kamarnya di lantai atas. Setelah berganti pakaian, buru-buru dia turun ke ruang makan. Selama melangkah turun, dia sempat melirik ke kanan kiri. Tapi tak tampak sedikit pun gadis yang kemarin memaksa Siena menolongnya.

Sudah pukul tiga sore. Sekolah Siena memang baru bubar pukul dua siang. Ibunya selalu menunggu anak gadisnya itu pulang baru kemudian makan siang bersama. Ibunya tidak mau makan sendirian.

"Ada cerita seru apa sih, Bu?" tanya Siena sambil menaruh secentong nasi ke piringnya.

"Tadi ibu ke rumah sebelah. Kenalan sambil ngobrol-ngobrol. Penghuninya namanya Bu Wiwin, nama suaminya Pak Ruli, tapi ibu belum ketemu Pak Ruli. Masih kerja. Mereka punya anak dua. Yang pertama laki-laki baru kelas 6 SD, yang kedua perempuan baru lima tahun. Hari minggu besok ibu ajak kamu kenalan dengan mereka."

"Oke. Cuma itu cerita serunya?"

"Bukan tentang keluarga mereka yang seru. Tapi kisah keluarga yang sebelumnya tinggal di rumah ini."

Mendadak ada rasa berdesir menjalari jantung hingga ke pipi Siena.

"Pernah ada yang mati di rumah ini?" tanya Siena keceplosan. Dia terkejut sendiri mendengar pertanyaannya.

Ibunya membelalak.

"Kamu ... sudah lihat sesuatu yang aneh di rumah ini ya?"

"Eh, nggak kok, Bu. Aku cuma ... merasakan aura sedih di rumah ini," sahut Siena buru-buru. Dia terpaksa berbohong supaya ibunya tidak cemas.

Ibunya menatapnya curiga hingga matanya menyipit.

"Kamu sekarang berubah, nggak seperti dulu waktu masih kecil. Dulu, tiap kali melihat sesuatu yang seram, langsung menjerit-jerit dan laporan sama ibu. Sekarang, sudah lama kamu nggak cerita apa-apa lagi. Apa memang nggak ada apa-apa, atau kamu sudah nggak bisa lihat yang aneh-aneh lagi?" tanya Bu Desi sambil berbisik dan memajukan kepalanya ke arah Siena. Seolah khawatir bakal ada yang mendengar ucapannya.

"Aku... sekarang sudah lebih kuat daripada dulu, Bu. Dan sekarang aku bisa pura-pura nggak melihat ... "mereka"."

Jeda sesaat sebelum Siena menyebut kata "mereka" dan memberi tekanan pada kata itu. Seketika jantung Bu Desi berdetak lebih cepat. Dia langsung paham apa yang dimaksud Siena.

Bu Desi tersenyum, menepuk lembut lengan Siena.

"Putri ibu memang sudah makin dewasa. Makin pintar. Nggak usah khawatir sama ibu saat di rumah sendirian. Bu Wiwin sudah ngenalin ibu sama orang yang mau kerja beres-beres rumah tapi nggak perlu tinggal di sini. Cuma datang jam delapan pagi, pulang jam 5 sore. Lumayan buat nemenin ibu selama kamu sekolah dan ayahmu kerja. Namanya Iis. Mulai besok dia sudah bisa mulai kerja."

Siena tersenyum sambil menghela napas lega.

"Syukurlah, ibu nggak sendirian lagi di rumah," ucapnya.

"Oke, kita selesaikan makan dulu. Setelah itu, ada yang mau ibu tanyain lagi ke kamu," kata Bu Desi.

Siena mengangguk setuju. Kemudian mereka makan hanya dengan sedikit bicara.

Sinopsis novel aku tahu kapan kamu mati?

Sejak pernah mati suri tiga tahun lalu, Siena memiliki kemampuan tak biasa. Dia bisa melihat mahluk tak kasatmata, membaca pikiran, dan melihat tanda-tanda kapan seseorang akan mati. Namun, kemampuannya ini membuatnya dianggap aneh, hingga dia sering di-bully dan dikucilkan teman-temannya.

Penulis buku aku tahu kapan kamu mati?

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (bahasa Inggris: I Know When You Dead) adalah film horor Indonesia tahun 2020 yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu. Film yang diadaptasi dari karya Wattpad berjudul sama karya Arumi E. ini, dibintangi oleh Natasha Wilona, Ria Ricis, dan Al Ghazali Kohler.