Wanita yang mengikuti baiat Aqabah 1 adalah

hajjumrah.info.co.za

"Baiat 'Aqabah", istilah ini sangatlah familiar dalam perjalanan perkembangan agama islam pada masa rasulullah SAW , baiat 'aqabah pertama ini merupakan sebuah perjanjian diantara rasulullah SAW dengan dua belas orang yang berasal dari suku Khazraj dan kaum Aus yang tinggal di kota yastrib (madinah), dan tentunya pembaitan ini di lakukan di daerah 'Aqabah.

pembaitan ini bermula dari pertemuan rasullah SAW dengan enam orang laki-laki pada musim haji, pada pembaiatan 'Aqabah yang pertama hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, yang mana sepuluh orang dari kaum Khazraj dan dua orang dari kaum Aus. Pembaitan 'Aqabah ini seperti halnya pembaitan yang dilakukan oleh para kaum wanita.

Menurut Al Hafizh Ibnu Katsir dalam bukunya Al-fushuul fii siiratir Rasuul SAW yang telah di terjemahkan dengan judul Sirah Nabi Muhammad SAW, beliau mengatakan bahwasannya pada musim haji Rasulullah SAW bertemu dengan enam orang Anshar di daerah bernama 'Aqabah. Semuanya dari suku Khazraj. Mereka adalah Abu Ummah As'ad bin Zurarah bin 'Adas, 'Auf bin al-Harits bin Rifa'ah dia adalah anaknya Afra, Rafi' bin Malik bin al-Ajlan, Quthbah bin 'Amir bin hadidah, 'Uqbah 'Amir bin Nabi, dan Jabir bin 'Abdullah bin Ri-ab. Rasulullah mengajak mereka masuk Islam. Keenam orang itu langsung memeluk agama Islam berharap mendapat kebaikan.

Dalam buku sirah nabawiyah karya ibnu hisyam, ibnu ishaq berkata "ketika kaum anshar kembali ke kaumnya mereka bercerita tentang Rasulullah SAW kepada kaumnya dan mengajak mereka kepada islam hingga islam tersebar luas ditempat mereka dan tidak ada satu rumahpun dari rumah-rumah anshar melainkan didalamnya terdapat pembahasan tentang Rasulullah SAW. Pada tahun berikutnya, dua belas orang Anshar melakukan ibadah haji kemudian mereka bertemu dengan Rasulullah SAW di al-'Aqabah yang dikenal dengan al-'Aqabah pertama, mereka membaiat Rasulullah SAW seperti baiat kaum wanita. Baiat tersebut dilakukan sebelum perang di wajibkan kepada mereka".

Sebagian dari dua belas orang yang datang pada rasululah SAW tersebut adalah enam orang yang dulu bertemu dengan Rasulullah SAW kecuali Jabir bin 'Abdullah bin Ri-'ab. Selain orang-orang yang dulu bertemu Rasulullah SAW ada saudara'Auf, Mu'adz bin al-Harits bin Rifa'ah, Dzakwan bin 'Abdu Qais bin Khaldah (Dzakwan ini sempat tinggal di Makkah hingga ikut hijrah ke Madinah, maka beliau dikenal dengan Muhajir Anshari yaitu orang yang berhijrah ke Madinah dari kaum Anshar), 'Ubadah bin Ash-shamit bin Qais dan 'Abdurrahman Yazid bin Tsalabah. Kesepuluh orang tadi berasal darisuku Khazraj dan dua lagi berasal dari suku Aus yakni Abdul Haitsam Malik bin Tayyiban dan Uwaim bin Sa'idah.

Adapun isi dari Baiat pertama ini mereka di perintahkan agar tidak berbuat syirik kepada Allah SWT dengan apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak mengubur hidup-hidup anak-anak mereka, tidak membuat ucapan-ucapan dusta baik secara terbuka atau sembunyi-sembunyi dan tidak durhaka kepada Rasululah SAW dalam kebaikan.

Kesimpulannya Baiat 'Aqabah pertama dilakukan Rasulullah SAW dengan dua belas kaum Anshar yang datang dari suku Khazraj dan suku Aus, yang mana baiat 'Aqabah ini dilakukan di daerah bernama al-'Aqabah dan pada baiat ini para kaum Anshar bersumpah pada Rasulullah seperti sumpah setia kaum wanita.

Tanda-tanda Malam Lailatulqadar Foto: Shuutterstock

Perjanjian Aqabah atau Bai’at ‘Aqabah merupakan perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan para penduduk Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj yang memeluk Islam. Bai’at sendiri artinya ikrar atau perjanjian yang membuat penerima harus sanggup melaksanakan sesuatu yang dibai’atkan.

Terdapat dua perjanjian Aqabah. Yang pertama terjadi pada tahun 621 M, sebanyak 12 orang dari Yatsrib menyimak dakwah Rasulullah SAW. Mereka menerima dakwah tersebut dengan baik dan akhirnya mereka memustuskan untuk masuk Islam.

Mereka melakukan perjanjian Aqabah dengan Rasulullah SAW. Perjanjian tersebut dinamakan Bai’at Aqabah I, yang berisi:

1. Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa.

3. Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan agama Islam yang dianut.

4. Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT.

5. Menyatakan tidak akan membunuh.

6. Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta.

Perjanjian Aqadah pertama juga disebut sebgai bai’at wanita karena dalam perjanjian tersebut tidak melibatkan peperangan. Nabi Muhammad SAW kemudian mengutus Mus’ab bin Umair untuk ikut rombongan Yatsrib pulang dari Makkah sebagai strategi pengembangan Islam.

Tahun 622 M, merupakan tahun ketigabelas kenabian Rasulullah SAW. Di tahun itu pula perjanjian Aqabah II dilaksanakan di suatu hari di waktu tengah malam. Perjanjian tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan 73 orang pria dan 2 orang wanita Yatsrib.

Wanita dalam perjanjian tersebut adalah Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ bintu ‘Amr bin ‘Adiy. Pada suatu malam, Rasulullah SAW datang menjumpai mereka bersama pamannya, Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib yang kala itu masih musyrik. Al ‘Abbas meminta jaminan keamana untuk keponakannya, Nabi Muhammad SAW kepada rakyat Yastrib.

Ketika itu, Al ‘Abbas adalah orang pertama yang angkat bicara dan kemudian disusul oleh Rasulullah SAW membacakan beberapa ayat Al Quran dan menyerukan tentang Islam. Kemudian, Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan orang-orang Yatsrib tersebut yang isinya sebagai berikut:

1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka yang mereka sukai maupun yang mereka benci.

2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

3. Untuk beramar ma’ruf nahi munkar.

4. Agar mereka tidak berpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah SWT.

5. Melindungi Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.

Setelah dibuatnya Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah SAW kembali ke Makkah untuk melanjutkan dakwah. Di sana, beliau mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin yang dirasa semakin keras.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslim di Makkah untuk hijrah ke Yatsrib agar mereka aman. Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukan hijrah secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum musyrikin.

Orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang.