Tema cerita tetesan air yang dapat melubangi batu


Sumber

Sahabat Stemians, dahulu ketika saya kecil, kisah yang paling sering saya dengar tentang konsistensi adalah air yang mampu melubangi batu. Tak hanya di bangku sekolah, namun di luar itu, kisah ini seakan menjadi pemacu semangat agar kita tak pernah menyerah. Sekalipun kekuatan yang kita miliki begitu lemah dan minim.

Maka lihatlah betapa ringan dan kecilnya setiap tetesan air yang jatuh dari atap dan mengenai sebuah batu besar di bawahnya. Pada akhirnya, batu tersebut akan berlubang atau meninggalkan bekas. Bila dihitung, sungguh tak sepadan kekerasan sebuah batu yang terlubangi hanya karena dihujam dengan tetesan air. Tetapi kekuatannya bukanlah pada berat dan tajamnya tetesan air itu. Kekuatannya ada pada konsistensi.

Air yang jatuh secara terus menerus pada posisi yang sama, pada akhirnya mampu memberi bekas pada batu. Begitu pula dengan kehidupan kita. Bila kita terus menerus memgang teguh pada prinsip, maka bukan tidak mungkin, kehadiran kita akan membekas di tengah lingkungan dan komunitas kita berada. Kehadiran kita akan memberi dampak pada orang-orang di sekitar kita. Kehadiran kita akan memengaruhi lingkungan kita, bukan sebaliknya.


Sumber

Untuk mencapainya, yang harus dilakukan adalah konsisten dan teguh pada jalan hidup yang kita ambil. Tidak penting apakah kita orang kecil atau orang besar. Karena kekuatan berada pada komitmen, konsistensi dan istikamah. Bila kita selalu bergeming, maka akan indah pada waktunya. Hasil tidak pernah menodai jerih. Seperti kisah tetesan air yang mampu melubangi batu.

Barang kali, pelajaran hidup ini juga bisa kita tarik dalam konteks kita menulis di Steemit. Tak penting sekarang ini hasil yang kita dapat tidak sesuai dengan ekspektasi. Bila usaha yang kita lakukan terus, terus, dan terus, maka suatu saat nanti sesuatu yang sebelumnya kita anggap tak mungkin akan menjadi kenyataan.

Mari sesekali kita merenungi hal-hal yang dulu pernah kita dapati. Mari juga sesekali kita mencoba untuk berpikir jauh ke depan. Bahkan perlu untuk melatih diri kita berpikir keluar dari kebiasaan. Think out of the box.

Semoga kesuksesan menjadi milik kita semua. Amin.

Salam. @zainalbakri

#indonesia #life #success #busy

//jurnalislampedia.id/

Kerasnya batu bisa “takluk” dengan tetesan air. Begitu pula “kerasnya” ujian hidup di dunia, bisa “kalah” oleh kekuatan tekad dan fokus perjuangan yang dilakukan.

Ada sebuah kisah, yang barangkali bisa menjadi pembelajaran kita bersama, tentang bagaimana sebuah proses “diperjuangkan”. Disebutkan, ada seorang anak muda yang mendapat pelajaran penting dalam hidupnya.

Pemuda ini tadinya adalah seorang pemuda yang biasa-biasa saja. Bahkan, cenderung dianggap bodoh dan terbelakang oleh teman-temannya. Sebab, ketika mendapat pelajaran di sekolah, ia hampir selalu menjadi yang terbelakang dalam menerima pelajaran yang diberikan guru.

Beruntung, ia punya orangtua yang sangat pengertian. Meski berkali-kali diolok-olok karena kebodohannya, ia selalu mendapat kalimat penyemangat dari orangtuanya. Setiap kali menangis karena dikucilkan, orangtuanya tetap mendampingi dan memberikan dukungan yang diharapkan. “Tidak apa-apa Nak. Kamu orang hebat. Hanya saja, kamu masih perlu mengasah kehebatanmu. Kamu bisa, Nak. Jangan putus asa,” begitu selalu nasihat positif diberikan orangtua kepadanya.

Suatu kali, karena terjadi wabah penyakit di desanya, kedua orangtua si pemuda meninggal. Namun, sebelum meninggal, mereka sempat memberikan wejangan pada si pemuda. “Nak, kelak saat kami meninggal, mungkin tidak ada lagi yang akan mendukung dan menyokongmu. Karena itu, kamu harus bisa mandiri. Karena itu, ingatlah sebuah nasihat penting ini. Jadilah air yang menetes dan melubangi batu. Fokuslah pada apa yang kamu bisa, maka kamu akan jadi seorang yang dihargai orang lain.”

Sepeninggal orangtuanya, si pemuda sangat sedih. Sebab, tak ada lagi orang yang bisa melindungi dan memberikan kasih sayang. Karena itu, daripada hidup dalam kesedihan, ia memutuskan pergi merantau.

Selama ini, selain sekolah, ia membantu ayahnya yang seorang tukang kayu. Karena itu, setelah ayahnya meninggal, hanya itulah ilmu satu-satunya yang paling ia kuasai. Ia sendiri sebenarnya masih kurang paham dengan nasihat terakhir yang diberikan orangtuanya. Namun, setidaknya ia berpikir sederhana, bahwa orangtuanya menasihati untuk fokus pada apa yang ia bisa. Karena itu, ia lantas memutuskan menjadi tukang kayu.

Sebagai tukang kayu yang mendapat banyak ilmu dari ayahnya, si pemuda memang lebih mudah mengenali kayu jenis apa saja yang terbaik untuk berbagai keperluan. Mulai dari kayu untuk membangun rumah, pancang tiang bangunan, hingga kayu jenis untuk pahatan patung pun ia tahu mana yang terbaik. Namun, itu semua tak didapatnya dengan cepat. Semua ilmu itu adalah proses yang dipelajari saat ia sering membantu ayahnya dulu. Ternyata, karena hampir tiap hari membantu ayah, ia benar-benar menguasai teknik menilai kayu terbaik.

Suatu kali dalam pengembaraannya, ia pun berhenti di sebuah desa yang masih banyak hutan dan kayu. Di sanalah, ia merasa bisa bertahan hidup. Maka, si pemuda pun mencoba menjadi tukang kayu, sesuai dengan keahliannya. Hingga, suatu ketika, ada sesosok orang tua yang mendatanginya. Ia meminta si pemuda untuk mendapat kayu yang bisa dipahat menjadi patung. Si pemuda pun dengan cepat memberikan kayu terbaik yang dimiliki untuk dijual pada si orang tua.

Ternyata, si orang tua adalah pemahat patung terkenal di negeri tempat si pemuda tinggal. Karena merasa mendapat kayu terbaik, lama-lama si orang tua pun selalu memesan kayu kepada si pemuda. Si orang tua merasa selalu mendapat kayu terbaik untuk pahatannya, si pemuda merasa senang karena punya pelanggan tetap. Karena makin akrab, si pemuda pun akhirnya minta izin untuk belajar memahat kayu padanya.

Namun, sebelum memulai belajar, orang tua itu berkata, “Jika ingin jadi pemahat kayu terbaik, jangan pernah putus asa. Jadilah air yang menetes dan melubangi batu. Fokuslah pada apa yang kamu bisa, maka kamu akan bisa sukses.” Si pemuda terkejut, ternyata nasihat yang sama dengan orangtuanya dulu ternyata juga diberikan oleh si pemahat. Hal itu membuatnya yakin, meski dulu sempat dianggap bodoh, dengan mau fokus, ia akan bisa jadi pemahat yang terbaik. Ketekunan dan tekad kuat itulah yang kemudian benar-benar mampu membuatnya jadi murid terbaik si pemahat, hingga akhirnya ia dihargai oleh orang seantero negeri.

Dear Readers,

Kisah tersebut merupakan refleksi, bahwa semua perlu proses. Bahkan, bakat sekecil apa pun bisa menjadi kekuatan luar biasa jika terus diasah, difokuskan, dan diperjuangan. Karena itu, pepatah bijak dalam artikel ini, tetesan air dapat melubangi batu, semoga bisa menjadi “pegangan” bagi kita untuk mau terus berjuang, berkarya, dan bekerja maksimal, sesuai bidang masing-masing. Jika itu konsisten kita lakukan, niscaya ada banyak kesempatan sukses yang akan kita dapatkan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA