Seorang muslim yang mengimani nama Allah al ahad maka ia akan

tirto.id - Asmaul Husna Al Ahad artinya Yang Maha Esa. Allah SWT memiliki sebanyak 99 nama yang baik atau kerap dikenal dengan “Asmaul Husna".

Seorang muslim sebaiknya mengetahui dan mengamalkan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk perilaku, sifat maupun untuk wirid.

Asmaul Husna mengandung banyak rahasia dan manfaat untuk kehidupan di dunia dan akhirat.

Dikutip dari laman NU Online, Asmaul Husna memiliki keistimewaan-keistimewaan seperti satunya adalah sebagai doa.

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ - ١٨٠

Arab Latin:

Wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya'malụn

Artinya:

“Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."(QS. Al A'raf [7]:180)

Arti Asmaul Husna Al Ahad

Salah satu Asmaul Husna yang dimiliki oleh Allah SWT adalah Al Ahad. Asmaul Husna Al Ahad memiliki arti, yaitu Yang Maha Esa.

Akar kata Al Ahad dalam bahasa Arab Klasik memiliki beberapa arti lain seperti yang satu menjadi satu-satunya, satu saja, satu-satunya untuk bersatu, dan menyatukan.

Asmaul Husna Al Ahad secara sederhana memiliki makna bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya Dzat yang tidak memiliki tandingan dan tidak akan tertandingi.

Di samping itu, Dzat-Nya selalu sendiri dari dulu, sekarang dan nanti serta tidak ada seorang pun yang dapat menyamai diri dan sifat-sifat indah-Nya.

Penyebutan terkait pemahaman Asmaul Husna Al Ahad ditampilkan beberapa kali di dalam Al-Qur'an.

Beberapa contoh penyebutan Al Ahad seperti dalam Surah Al-Ikhlas ayat 1 dan Surah Hajj ayat 34.

Dalil Asmaul Husna Al Ahad dalam Al Qur’an

1. Surah Al Ikhlas Ayat 1

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ - ١

Arab Latin:

Qul huwallāhu aḥad

Artinya:

"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa'". (QS. Al Ikhlas [112]:1)

2. Surah Hajj Ayat 34

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ - ٣٤

Arab Latin:

Wa likulli ummatin ja'alnā mansakal liyażkurusmallāhi 'alā mā razaqahum mim bahīmatil-an'ām, fa ilāhukum ilāhuw wāḥidun fa lahū aslimụ, wa basysyiril-mukhbitīn

Artinya:

“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."(QS. Al Hajj [22]:34)

Makna Membaca Asmaul Husna Al Ahad

Asmaul Husna Al Ahad dapat dijadikan sebagai wirid dan zikir untuk mengingatkan diri, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Mengadakan ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya.

Kemudian, selain dijadikan sebagai wirid dan zikir, Asmaul Husna Al Ahad juga dapat dijadikan sebagai contoh sifat dan sikap dalam menjalani kehidupan di dunia. Sehingga, memunculkan sifat dan sikap yang terpuji bagi diri maupun untuk orang lain.

Pengamalan Asmaul Husna Al Ahad dalam diri seorang muslim dapat diwujudkan dengan menerapkan berbagai perilaku seperti percaya bahwa hanya Allah SWT sebagai tuhan yang patut disembah, percaya bahwa semua sifat-sifat-Nya tidak dapat dibandingkan dengan makhluk, serta hanya meminta dan memohon kepada-Nya.

Baca juga:

  • Asmaul Husna Al-Maajid Artinya Maha Mulia: Makna & Dalil Al-Qur'an
  • Asmaul Husna Al Qayyum Artinya Allah Maha Mandiri & Makna Sifatnya
  • 99 Asmaul Husna & Artinya: Makna Nama-Nama Baik Allah SWT
  • Asmaul Husna Al Wakiil Artinya Maha Memelihara & Dalil di Al-Qur'an

Baca juga artikel terkait ASMAUL HUSNA AL AHAD atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/tha)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Perbesar

Ilustrasi Al-Qur’an Credit: freepik.com

Memahami Al-Ahad adalah salah satu nama terbaik lagi indah Allah SWT dari 99 asmaul husna lainnya. Asmaul husna Al-Ahad artinya Yang Maha Esa. Al-Ahad artinya Allah SWT tak memiliki bandingan, tidak tertandingi, dan tak terbagi.

Melansir dari laman resmi Al-Qur’an Indonesia, asmaul husna Al-Ahad artinya berasal dari akar kata a-h-d dalam bahasa Arab Klasik diartikan sebagai: yang satu menjadi satu-satunya, satu saja, satu-satunya untuk bersatu, menyatukan.

“Al-Ahad artinya Zat yang dulu, sekarang, dan nanti akan tetap sendirian. Tidak ada seorang pun yang dapat menyamai Dirinya dan semua sifat-Nya yang indah!” dijelaskan.

Asmaul husna Al-Ahad artinya Allah SWT Yang Maha Tunggal. Keesaan Allah SWT murni dan dalam Al-Qur’an hanya ditujukan atau merujuk pada sosok Allah SWT saja.

Hal yang sama dijelaskan dalam buku berjudul Rahasia Keajaiban Asmaul Husna oleh Syafi'ie el-Bantanie, asmaul husna Al-Ahad artinya Allah SWT itu tunggal, tidak beranak, juga tidak diperanakkan. Allah SWT tidak serupa dengan siapa pun.

Bagaimana meneladani asmaul husna Al-Ahad artinya Yang Maha Esa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Dalam buku berjudul Asmaul Husna dan Kisah-Kisah Teladannya oleh Teguh Sulistyowati dan As-Sukoharj, yang mengisahkan Bilal bin Rabah seorang hamba sahaya dari Bani Zum'ah di kota Makkah.

Bilal masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW dengan sembunyi-sembunyi. Sampai akhirnya diketahui tuannya Umayyah dan dia dibuat marah karenanya, kemudian menyiksa Bilal setiap hari.

Selama disiksa dengan keteguhan, Bilal selalu meneriakkan asmaul husna Al Ahad yang artinya Yang Maha Esa atau Yang Maha Tunggal. Tak pelak, hal ini membuat Ummayah semakin marah dan mengeraskan cambukan kepada Bilal

"Ahad, Ahad! Hanya Allah yang Esa yang berhak disembah!"

Siksaan tersebut tidak lantas menggentarkan Bilal. Sebaliknya, dengan sabar Bilal terus menjawab, "Ahad! Ahad!"

NAMA ALLAH AL-AHAD DAN AL-WAHID (YANG MAHA ESA)

Nama al-Ahad ini hanya disebutkan dalam satu surat saja, yaitu di dalam Surat al-Ikhlash.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Katakanlah, “Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa. Allâh adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [al-Ikhlash/112:1-4]

Surat al-Ikhlâsh ini merupakan surat yang sangat mulia, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa surat al-Ikhlâsh sama dengan sepertiga al-Qur’ân karena di dalamnya terdapat penjelasan khusus tentang nama-nama Allâh yang maha Mulia dan sifat-sifat-Nya yang maha Agung.

Adapun nama al-Wahid, nama ini telah Allâh sebutkan berulang-kali di beberapa tempat dalam al-Qur’ân, diantaranya :

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Dan ilahmu adalah ilah Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. [al-Baqarah/2:163]

أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allâh Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ? [Yusuf/12:39]

قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Dan sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allâh Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. [Shad/38:65]

قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Katakanlah, “Allâh adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Rabb Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” [ar-Ra’d/13:16]

Dua nama Allâh Azza wa Jalla diatas sama-sama menunjukkan ke-Esaan-Nya. Maksudnya hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang memiliki sifat mulia, agung , besar dan bagus. Tidak ada dzat yang mirip dengan dzat-Nya dan tidak ada sifat yang menyerupai sifat-Nya. Tidak ada sekutu dan pembantu dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Allâh Azza wa Jalla satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahi, tidak boleh dipersekutukan dalam hal cinta dan pengagungan. Sikap merendahkan diri dan tunduk hanya kepada-Nya saja. Dialah Allâh Azza wa Jalla , Dzat yang agung sifat-Nya, sehingga hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang layak untuk menyandang segala kesempurnaan. Tidak ada satu maklukpun yang mengetahui sifat Allâh Azza wa Jalla atau sebagian dari sifat-Nya dengan sempurna. Dengan demikian bagaimana mungkin seseorang akan dapat menyerupai sebagian dari sifat-Nya.

Lafadz (al-Wahid) disebut berulang-ulang dalam al-Qur’ân berkaitan dengan pembahasan dan penjelasan tentang tauhid serta pembatalan syirik. Allâh Azza wa Jalla berfirman ketika menjelaskan tentang keMaha-Eesaan-Nya dan tentang kewajiban Ikhlas kepada-Nya:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Dan ilahmu adalah ilah Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. [al-Baqarah/2:163]

قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Katakanlah Hai Muhammad, “Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allâh Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.” [Shad/38:65]

إِنَّ إِلَٰهَكُمْ لَوَاحِدٌ﴿٤﴾رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ

Sesungguhnya ilahmu benar-benar Esa, Rabbnya langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dan Rabbnya tempat-tempat terbit matahari [ash-Shâffât/37:4-5]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga menggunakan nama al-Wahid ketika menjelaskan bahwa keMaha-Esaan-Nya adalah inti dakwah dan inti risalah semua Rasul. Sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah, ‘Bahwasanya ilahmu adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya). [al-Anbiyâ’/21:108]

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Ilah kamu adalah Ilah yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” [Fushshilat/41:6]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga menggunakan nama al-Wahid dalam kontek dakwah agar orang tunduk dan patuh kepada Allâh Azza wa Jalla serta berserah diri dibawah keagungan-Nya, Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Maka Sesembahanmu ialah Sesembahan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allâh). [al-Hajj/22:34]

قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah, “Bahwasanya Ilahmu adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya). [al-Anbiyâ’/21:108]

وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan Ilah kami dan Ilahmu adalah satu; dan kami hanya berserah diri kepada-Nya. [al-‘Ankabut/29:46]

Nama tersebut juga disebut ketika Allâh mensucikan diri-Nya dari anggapan-anggapan dan tuduhan bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah salah satu dari yang tiga dan menjadikan seseorang sebagai anak. Sungguh Maha suci Allâh dari tuduhan itu. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لَاصْطَفَىٰ مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ سُبْحَانَهُ ۖ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Kalau sekiranya Allâh hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Maha Suci Allâh. Dialah Allâh Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. [az-Zumar/39:4]

وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ

Dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allâh adalah Ilah Yang Maha Esa. [an-Nisâ/4:171]

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allâh salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang benar selain dari Ilah Yang Esa.” [al-Mâidah/5:73]

Dengan nama itu pula Allâh Azza wa Jalla menjelaskan aqidah orang-orang musyrik yang batil. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allâh” Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur’ân ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai (atau mendengar) al-Qur’ân. Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allâh ?” Katakanlah, “Aku tidak mengakui.” Katakanlah, “Sesungguhnya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allâh).” [al-An’âm/6:19]

وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Allâh berfirman, “Janganlah kamu mengibadahi dua tuhan; sesungguhnya Dialah Ilah Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”. [an-Nahl/16:51]

أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allâh Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? [Yusuf/12:39]

Juga ketika Allâh menjelaskan keagungan, kekuasaan dan tunduknya semua makhluq kepadaNya pada hari kiaamat, Allâh berfirman:

يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allâh. (Lalu Allâh berfirman), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allâh Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.[al-Mu’min/40:16]

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allâh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. [Ibrâhîm/14:48]

Kesimpulan dari dua nama Allâh yaitu al-Ahad dan al-Wahid adalah Maha Esanya Rabb l dalam semua kesempurnaan-Nya, tidak ada yang menandingi-Nya. Dengan demikian, kewajiban setiap hamba yang mengetahui semua itu adalah mentauhidkan Allâh, baik dengan keyakinan, perkataan maupun perbuatan. Hendaknya mengakui pula keutamaan dan ke-Esaan Allâh yang mutlak serta mentauhidkan-Nya dalam semua bentuk peribadatan.

Beberapa pelajaran atau petunjuk yang dapat kita ringkas dari dua nama ini, antara lain:
1. Tidak ada yang menyamai dan menandingi Allâh, serta tidak ada yang setara dengan-Nya dalam segala segi. Allâh Maha Suci dan Maha Tinggi, tidak ada yang menyamai-Nya dan tidak ada pula yang manandingi-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? [Maryam/19:65]

Juga berfirman dalam Surat al-Ikhlas/112 : 4

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Begitu pula dalam Surat asy-Syûra/42 :11

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Baca Juga  Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr

2. Batilnya pemahaman takyîf yaitu, usaha seseorang dengan akalnya yang lemah untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla . Usaha semacam itu tidak mungkin bisa terwujud, hanya sia-sia belaka. Karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satu-Nya yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia, maka tidak ada satu dzatpun yang bisa menjadi serikat-Nya, tidak ada yang dapat menyerupai-Nya. Tidak ada satu akalpun yang dapat mengetahui hakikat Allâh Azza wa Jalla , bahkan kesempurnaan apapun yang terlintas dalam benak makhluk, maka Allâh Subhanahu wa Ta’alaebih besar dan lebih agung dari itu semua.

3. Penetapan seluruh sifat Allâh yang sempurna,tidak ada satu sifat yang menunjukkan kemuliaan dan keindahan melainkan sifat tersebut telah dimiliki Allâh Azza wa Jalla , karna hanya Allâhlah yang memiliki sifat sempurna secara mutlaq dan tidak ada kekurangan sedikitpun pada-Nya.

4. Bahwa semua sifat yang Allâh Azza wa Jalla miliki, merupakan sifat-sifat paling agung yang berada pada puncak keagungan. Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam surah an-Najm/53 : 42

وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ

“Dan bahwasanya kepada Rabbmulah kesudahan (segala sesuatu).”

Maka bagi-Nyalah pendengaran paling sempurna dan penglihatan paling sempurna. Semua sifat-Nya adalah sifat paling sempurna. Sebagaimana Allâh berfirman :

وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ

Dan Allâh mempunyai sifat yang Maha Tinggi. [an-Nahl/16:60]

5. Mahasucinya Allâh dari segala kekurangan dan aib. Karena itu merupakan sifat para makhluk, sementara Allâh adalah Dzat yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia tanpa ada satu makhlukpun yang semisal dengan-Nya, sebagaimana firman Allâh ketika menyatakan kesucian diri-Nya dari sifat memperanak dalam surat az-Zumar/39 :4

سُبْحَانَهُ ۖ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

“Maha Suci Allâh. Dialah Allâh Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”

6. Wajibnya berikrar ( menyatakan) bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki kesempurnaan sifat yang mutlak, baik dalam Dzat, sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Dan keyakinan itu hendaknya tertanam dalam hati. Ini disebut Tauhid Ilmi (berkaitan dengan pemahaman).

7. Wajibnya meng-Esakan Allâh dan ikhlas dalam beribadah, serta meyakini bahwa Allâh Azza wa Jalla satu-satunya Pencipta dan Pemberi rizki yang dapat memberi maupun menahannya, dapat merendahkan serta mengangkat derajat hamba-Nya, dan dapat menghidupkan serta mematikan. Oleh karna itu wajib meng-Esakan Allâh Azza wa Jalla dalam semua sisi peribadatan. Ini di sebut Tauhid ‘Amali (berkaitan dengan pengamalan).

8. Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik dan semua aliran sesat yang sama sekali tidak menghormati dan mengagungkan Allâh Azza wa Jalla dengan penghormatan dan pengagungan yang semestinya. Tidak pula mengakui ke-Esaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala , sehingga mereka membuat sekutu-sekutu bagi Allâh Azza wa Jalla , membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan berburuk sangka kepada Allâh, mencela serta meremehkan Rububiyah Allâh dan melakukan pelanggaran terhadap tujuan diciptakannya manusia yaitu mentauhidkan (mengesakan) Allâh, tunduk dan patuh dengan melaksanakan semua peribadatan kepada Allâh. Mereka kesal dan mendongkol bila disebut kalimat TAUHID, jiwa mereka jauh dari kebenaran dan petunjuk Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Dan apabila hanya nama Allâh saja disebut, kesAllâh hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allâh yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. [ az-Zumar/39:45]

Juga berfirman dalam surat al-Isra’ :

وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ

Dan apabila kamu menyebut Rabbmu saja dalam al-Qur’ân, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. [al-Isrâ’/17:46]

Juga dalam surat Ghâfir atau al-Mu’min :

ذَٰلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ ۖ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا ۚ فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

Yang demikian itu karena kamu kafir apabila hanya Allâh saja yang diibadahi. Tetapi kamu percaya apabila Allâh dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allâh Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. [Ghâfir/40:12]

Demikianlah, semoga Allâh memberi taufiq kepada kita semua untuk benar-benar mampu mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla dan beriman dengan baik dalam meng-Esakan-Nya. Sesungguhnya hanya Allâh yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.

(Diterjemahkan secara bebas dari kitab: Fiqhu al-Asmâ’ al-Husnâ, karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr, cet. I, 1429 H/2008 M)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XV/1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA