Seni teater tradisional apakah yang sampai sekarang masih digemari masyarakat Riau

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 8 are not shown in this preview.

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kemajemukan budayanya, tak lupa pula dengan seni yang ada di dalamnya. Salah satunya yaitu, Teater. Pasti kita tidak asing dengan kata teater.

Namun, apa sih teater itu? Menurut Riantiarno, teater merupakan sebuah pertunjukan yang berasal dari naskah drama. Teater juga bisa berarti keseluruhan kegiatan (tempat, isi, bentuk kegiatan, kelompok penggiat) yang saling berhubungan.

Teater merupakan bentuk seni karena mampu membuat manusia memahami dunianya dan menemukan makna kehidupan. Sebab teater merupakan pertunjukan yang ditontonon banyak orang, maka ia memiliki unsur unsur utama yaitu gerak, suara, dan rupa.

Nah, pada tulisan kali ini, saya ingin mengajak teman-teman semua untuk membahas teater makyong.

Apa itu teater makyong?

Sejarahnya, bentuk teater seperti makyong juga ada di Malaysia, Singapura, dan Muangthai. Makyong dijaga dengan baik di istana Patani. Pada tahun 1612, seorang Belanda bernama Peter Flores menyaksikan teater di Patani yang mana diperankan oleh wanita.

Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Makyong adalah bahasa Melayu. Teater makyong merupakan gabungan seni tari, musik, sastra, dan tradisi yang berasal dari Riau. Makyong bisa dipentaskan pada malam atau siang hari.

Kapan dan Di mana makyong diselenggarakan?

Biasanya, pertunjukan Makyong dipertunjukkan di tempat-tempat terbuka. Pada zaman dahulu, makyong dipentaskan selama 15 hari 15 malam. Namun saat ini, biasanya hanya satu sampai dua jam saja.

Ciri khas dari teater makyong ini adalah diiringi dengan musik tradisional seperti, gendang, serunai, rebab, gong, dan mong-mong (gong yang bentuknya kecil). Sementara, semua pemain memakai topeng dan sebagian pemainnya adalah wanita.

Bagaimana alur pementasan makyong?

Mulanya, pertunjukan dimulai dengan upacara Buang Bahasa atau membuka tanah yang dilakukan oleh Ketua Panjak (atau yang biasa disebut sebagai pawang). Acara dilanjutkan dengan tradisi menaruh sesajen dan diakhiri dengan gemuruh bunyi yang magis.

Selama upacara berlangsung, tidak ada yang menginjak arena permainan. Upacara tersebut bertujuan agar pertunjukan berjalan dengan lancar.

Kemudian, masuklah seorang pemain bertopeng yang menyanyi, menari, dan bercerita tentang isi cerita yang akan dimainkan. Setelah itu, masuklah pemain lain dan pertunjukan dimulai. Tak lupa pemain wanitanya mengenakan canggai, yaitu kuku buatan yang panjang.

Lakon-lakon yang dipentaskan di pertunjukan makyong antara lain Mega Sakti, Cerita Rondang, Nenek dan Danu, Putra Lokan, Tuan Putri Rakne Mas, Wak Peran Hutan, dan Gunung Intan. Sifat lakonnya adalah komedi atau melodrama.

Pertunjukan teater makyong sangat digemari karena kebanyakan ceritanya menceritakan tentang istana dan memiliki pesan moral di dalamnya. Pada zaman modern ini, tak jarang cerita makyong dibuat menjadi lucu agar tetap eksis.

Berdasarkan pemaparan di atas, teater makyong tergolong sebagai teater rakyat/tradisional. Sebab, teater makyong merupakan lakon tanpa naskah, penyajiannya lewat dialog, tari, nyanyian, diiringi musik-musik tradisional, dan diselenggarakan di tempat terbuka.

Setelah mengetahui makyong, ternyata sangat menarik ya. Mari kita lestarikan seni tetater makyong agar tidak hilang begitu saja.

Referensi:

Riantiarno, Nano, 2011, Kitab Teater, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sumardjo, Jakob, 1992, Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Mengenal Mak Yong, seni teater tradisional Melayu.

Editor: Widi Wahyuning Tyas

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Provinsi Kepulauan Riau memiliki beragam budaya dan kesenian yang masih lestari hingga kini.

Didiami oleh masyarakat Melayu, kebudayaan dan kesenian yang ada di kota dan kabupaten di Kepri juga kental dengan nuansa Melayu.

Salah satu yang masih terjaga hingga kini yakni seni teater tradisional Mak Yong.

Kesenian ini cukup populer di Batam dan Bintan.

Mak Yong sering ditampilkan pada perayaan-perayaan besar untuk memeriahkan acara.

Keunikan dan pemeran

Dalam pertunjukannya, Mak Yong banyak menceritakan tentang kehidupan istana, lengkap dengan pesan moral yang hendak disampaikan.

Namun, tatkala harus berhadapan dengan modernisasi seni pertunjukan, Mak Yong kini bertransisi menjadi teater yang kocak agar tetap disukai.

Alunan musik tetawak, gendang, dan rebab terdengar mengalun, menandai dimulainya pementasan Mak Yong.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Tags:

Koropak.co.id, 22 April 2022 19:14:30

Eris Kuswara

Koropak.co.id - Hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah sebentar lagi. Selain identik dengan acara silaturahmi dan makan ketupat, biasanya lebaran juga turut dimeriahkan dengan perayaan tradisional yang dimana isi acaranya disesuaikan dengan kebudayaan setempat.

Diketahui beberapa daerah di Indonesia, seperti di provinsi Maluku dan Kalimantan Barat (Kalbar) memiliki tradisi unik untuk menyambut hari raya Idulfitri. Sehingga, kalian yang akan melakukan mudik Lebaran pun tentunya dapat memanfaatkan waktu liburan ini untuk menyaksikan tradisi unik tersebut.

Daripada penasaran, berikut Koropak merangkum dari berbagai sumber beberapa daerah di Indonesia yang memiliki perayaan khusus untuk menyambut hari raya Idul Fitri:

1. Grebeg Syawal (Yogyakarta)

Grebeg Syawal merupakan tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta yang dilangsungkan setiap tanggal 1 Syawal atau bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Tradisi ini sendiri dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur dikarenakan telah melewati bulan Ramadan sekaligus juga merupakan bentuk amal raja kepada masyarakat dengan membagikan hasil panen seperti buah-buahan dan umbi-umbian.  

Biasanya, acara Grebeg Syawal ini dimulai setelah Salat Idul Fitri. Prajurit dari keraton pun akan menggotong dengan jumlah total 7 bangunan atau gunungan berbentuk kerucut yang terbuat dari hasil bumi dan kudapan seperti wajik dan apem.

Lima Gunungan akan dibawa dari halaman keraton menuju Masjid Agung atau Masjid Gedhe yang terletak di jalan Kauman. Sedangkan untuk sisanya akan dibawa ke Pura Pakualam dan Kantor Kepatihan.

Dalam tradisi itu, ulama dan abdi dalem kerajaan pun akan berdoa untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan bagi keluarga kerajaan dan masyarakat. Lima Gunungan ini nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat setelah didoakan di dalam masjid. Masyarakat percaya bahwa mereka yang mendapatkan makanan atau hasil panen tersebut akan mendapatkan berkah.

2. Makan Bedulang (Belitung)

Makan bedulang merupakan acara makan bersama yang terkenal di Belitung. Pada umumnya acara ini dilangsungkan untuk acara penting seperti hari raya Idul Fitri dan upacara pernikahan.

Di dalam tradisi makan bedulang ini, keluarga atau tamu akan duduk berempat saling berhadapan untuk makan bersama. Selain itu, makanan pun akan disajikan di atas baki atau dulang untuk setiap 4 orang.

Hidangan yang disajikan di dalam tudung saji tersebut tentunya berbeda-beda dan disesuaikan dengan sumber alam daerah tersebut. Akan tetapi, hidangan seperti opor ayam dan makanan laut biasanya selalu ada dan menu hidangan yang disajikan pun pada umumnya hanya dimasak untuk acara-acara penting saja.

Untuk yang betugas membuka tudung adalah orang yang usianya masih muda. Orang tersebut pun kemudian akan  mempersilakan mereka yang lebih tua untuk mengambil makanan terlebih dahulu. Diketahui hal itu bertujuan untuk menghormati orang yang lebih tua.

3. Barong Ider Bumi (Banyuwangi)


Baca : Tek Tek Kentongan Bambu Jadi Media Bangunkan Sahur di Blora

Barong Ider Bumi merupakan ritual tolak bala dan selamatan warga Desa Kemiren di Banyuwangi yang dilakukan di hari kedua Hari Raya Idul Fitri di bulan Syawal. Di dalam ritual ini, biasanya warga akan mengenakan kostum seperti barong dan ayam.

Kemudian mereka akan berjalan dari sisi timur desa ke sisi barat desa sambil diiringi oleh penari dan pemain musik. Dikutip dari laman Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, sejarah ritual Barong Ider Bumi sendiri dimulai dari tahun 1800-an. 

Kala itu, Desa Kemiren dilanda wabah dan banyak warga yang meninggal. Sehingga warga pun kemudian berkunjung ke Makam Buyut Cili untuk meminta petunjuk. Selang beberapa saat, mereka mendapat petunjuk untuk melakukan prosesi arak-arakan di sepanjang jalan desa dan upacara selamatan. 

Upacara selamatan tersebut dilakukan di atas tikar dan dimulai dengan doa dalam bahasa Osing dan bahasa Arab. Setelah itu, warga kemudian akan makan bersama seusai acara berdoa selesai. Untuk hidangan khas yang disajikan di dalam tradisi Barong Ider Bumi biasanya adalah pecel pithik. 

4. Meriam Karbit (Pontianak, Kalimantan Barat)

Meriam Karbit merupakan sebuah tradisi yang di mana warga setempat akan menyalakan meriam, lalu kemudian akan terdengar dentuman yang saling bersahut-sahutan di malam sebelum hari raya Idul Fitri. Tradisi ini sendiri diketahui sudah lama dilangsungkan di Pontianak, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah Pontianak Timur, Selatan, Tenggara, dan di tepi Sungai Kapuas.

Dilansir dari laman Pemerintah Kota Pontianak, setidaknya terdapat kurang lebih 40 kelompok Meriam Karbit yang aktif di kota Pontianak. Sementara itu, untuk badan meriam sendiri terbuat dari kayu meranti atau mabang yang panjangnya 5 hingga 6 meter dengan diameter sekitar 50 hingga 70 centimeter.

5. Tradisi Pukul Sapu (Maluku Tengah)

Tradisi Pukul Sapu atau yang juga dikenal dengan nama Pukul Menyapu ini diketahui sudah dilangsungkan sejak tahun 1646-an di Negeri Morella, Kabupaten Maluku Tengah di provinsi Maluku. Tradisi ini biasanya dilakukan 7 hari setelah hari raya Idul Fitri.

Dirangkum dari laman rri.co.id, dalam pelaksanaannya, para pemuda yang akan melakukan atraksi Pukul Sapu ini sebelumnya akan melakukan ritual adat terlebih dahulu. Tujuan dari dilangsungkannya ritual ini sendiri, agar luka yang nantinya terdapat di tubuh pemain akan tidak terasa sakit dan cepat sembuh.

Untuk memainkan tradisi Pukul Sapu, pemuda-pemuda tersebut akan terbagi menjadi 2 grup yang mana di setiap grupnya itu berisi 10 orang. Acara pun akan dibuka dengan pukulan penghormatan yang dilakukan oleh Raja dan Saniri Negeri Morella. 

Saat pertunjukan dimulai, pemain akan menggunakan sapu lidi yang dipukulkan ke badan lawan. Menariknya, pemain juga tidak akan marah setelah pertunjukan selesai.

Konon, untuk luka dan darah yang terdapat di tubuh pemain itu merupakan simbol perjuangan dalam melawan penjajah. Dengan hadirnya tradisi Pukul Sapu ini, tentunya juga diharapkan warga Maluku akan selalu rela berkorban untuk kepentingan bersama.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA