Sebutkan tiga contoh bangunan atau kantor pemerintahan yang memiliki gonjong seperti rumah gadang

Lihat Foto

IWAN SETIYAWAN

Rumah-rumah dengan atap berbentuk bagonjong di Kawasan Seribu Rumah Gadang, Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Jumat (26/1). Di kawasan ini masih banyak ditemui rumah-rumah gadang khas Minangkabau dengan atap berbentuk bagonjong. Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 26-01-2018 Untuk lipsus Hari Pers Nasional

KOMPAS.com - Jika Anda melihat bentuk atap atau rumah di berbagai warung makan masakan Padang, satu hal yang langsung terlihat adalah bentuk atap rumah adat Minangkabau yang unik. 

Atap rumah yang disebut atap bergonjong ini seakan menjadi simbol identitas masyarakat Minangkabau di luar daerah Sumatera Barat.

Simbol identitas masyarakat Minangkabau

Atap bergonjong merupakan simbol yang menandakan identitas orang Minang. Misalnya hanya dengan sekilas melihat bentuk atap meruncing tersebut, orang akan langsung tahu bahwa pemiliknya pasti orang Minang atau memiliki keturunan Minangkabau.

Atap bergonjong juga digunakan untuk menunjukkan status sosial. Bentuk atap yang mirip dengan tanduk itu merupakan representasi kerbau yang menjadi binatang paling dihormati oleh masyarakat adat.

Konon bentuk tanduk kerbau ini dilatarbelakangi oleh peristiwa adu kerbau yang dibawa oleh utusan dari Majapahit dan kerbau Minang.

Dalam peristiwa tersebut, utusan dari Majapahit membawa kerbau besar sedangkan kerbau dari Minang hanya menggunakan anak kerbau yang sengaja tak diberi makan agar kelaparan.

Anak kerbau tersebut kemudian diberi tanduk buatan dari besi yang terdiri dari enam besi tajam. Pertarungan pun dimenangkan oleh kerbau Minang.

Lihat Foto

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Rumah gadang di Sumatera Barat bukan hanya rumah biasa karena menjadi simbol adat Minang-kabau yang menganut kultur matrilineal. Kebertahanan rumah gadang berarti masih langgengnya adat Minangkabau. Namun, kini kian jarang rumah gadang yang terawat dengan baik di Sumbar.

Bentuk atap bergonjong

Bentuk atap bergonjong mirip seperti susunan sirih. Gonjong merupakan bagian yang menjulang dan dihiasi ornamen pada puncaknya. Ornamen ini memiliki makna hirarki dalam kekuasaan pengambilan keputusan.

Liputan6.com, Padang - Rumah gadang. Atap runcing menghadap ke langit menjadi ciri khas rumah adat orang Minangkabau yang dengan mudah dijumpai hingga kini.

Corak bangunan ini bertahan menghiasi arsitektur di Sumatera Barat berdampingan dengan gaya arsitektur Eropa hingga minimalis yang berkembang belakangan ini. Di sejumlah daerah, rumah gadang menjadi ikon pariwisata seperti Saribu Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan, Sumbar.

Arsitektur Masjid Raya Sumbar di perempatan jalan Khatib Sulaeman, Padang, juga mengadopsi pola Rumah Gadang bergaya futuristik pada bagian atapnya. Ciri khas dari rumah gadang yang mudah diingat siapa pun, yakni pola atap bagonjong.

Dalam agenda adat, gambaran terkait rumah gadang bisa ditemukan dari sebait pepatah di bawah ini: "Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak­nyo aluang bunian."

Intinya rumah gadang tak hanya diartikan secara ukuran yang besar. Filosofinya lebih kepada fungsinya yang besar.

Hasanadi, dkk dalam bukunya Mahakarya Rumah Gadang Minangkabau, menyebutkan, ciri khas rumah gadang terletak pada bentuk atapnya seperti tanduk kerbau atau bergonjong.

"Pada umumnya, rumah gadang memanjang dari utara ke selatan, sedangkan bagian depannya ada yang menghadap timur dan barat," tulis Hasanadi.

Ia mengelompokkan rumah gadang dalam dua bentuk utama yang mengacu pada geografis: daerah darek (darat) dan daerah rantau. Lebih kecil, Hasanadi mengelompokkan rumah gadang dalam dua kelompok besar: ‘Rumah gadang koto piliang’ dan rumah gadang bodi Chaniago.

Kelompok besar pertama memiliki anjungan dan serambi, sedangkan kelompok kedua tidak memiliki anjungan dengan pola lantai yang rata tanpa tingkatan.

"Anjungan merupakan tempat terhormat di dalam suatu rumah yang posisinya ditinggikan beberapa centimeter dari permukaan lantai bangunan."

Dari jumlah atap gonjong, rumah gadang dikelompokkan dalam delapan tipe: rumah gadang bagonjong dua, ini difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga. Kemudian rumah gadang bagonjong empat, merupakan milik kaum yang menjadi keturunan ninik mamak penyandang gelar sako Datuk panghulu.

Ketiga, rumah gadang bagonjong lima, milik kaum penyandang gelar sako Datuak penghulu Kepala Paruik difungsikan sebagai tempat tinggal dan acara adat. Keempat, rumah gadang bagonjong enam’, milik Datuak Penghulu Kepala Suku, pegawai adat dan keturunan bangsawan.

Kelima, rumah gadang bergonjong delapan, milik keturunan bangsawan setingkat menteri pembantu raja alam. Keenam, rumah gadang panjang, tangganya lebih dari satu.

Ketujuh, bangunan istana berisi enam gonjong dan dua tambahan gonjong paranginan. Terakhir, bangunan gadang di rantau yang memanjang ke arah belakang.

Rumah adat ini menjadi identik dengan Minangkabau saat Sumbar dipimpin Gubernur Azwar Anas dengan mengeluarkan peraturan gubernur. Peraturan gubernur tersebut mewajibkan bangunan publik dan fasilitas umum beratap gonjong.

Artikel ini bukan mengenai rumah gadang, yang dijuluki sebagai rumah bagonjong.

Rumah Bagonjong adalah sebutan populer untuk gedung pusat perkantoran yang ditempati oleh Gubernur Sumatra Barat bersama pegawai Pemerintah Provinsi Sumatra Barat. Gedung ini terletak di Jalan Sudirman, Padang berhadapan dengan kediaman resmi gubernur atau Gubernuran Sumatra Barat. Terdiri dari empat lantai, arsitektur Rumah Bagonjong mengawali tren bangunan pemerintahan dengan sentuhan arsitektur vernakular di Sumatra Barat. Gedung ini sempat bertahan lama sebagai kantor gubernur termegah di Indonesia.

Rumah Bagonjong

Kantor Gubernur Sumatra Barat pada 2021 setelah retrofit

Lokasi Kota Padang, Sumatra Barat Alamat Jalan Sudirman, Padang Koordinat 0°56′15″S 100°21′38″E / 0.937633°S 100.360462°E / -0.937633; 100.360462 Status Retrofit Tanggal groundbreaking 22 Maret 1961 Tanggal renovasi 2014 Penggunaan Kantor Gubernur Sumatra Barat dan Wakil Gubernur Sumatra Barat Jumlah lantai 4 Luas lantai 2.220 m² Kapasitas ruangan 1.361 orang Perusahaan Arsitek Syamsul Asri Pemilik Pemerintah Provinsi Sumatra Barat

Istilah rumah bagonjong merujuk pada bentuk atap gedung yang mengikuti bentuk gonjong pada rumah gadang, rumah adat Minangkabau. Penampilan atap gonjong pada gedung ini menandai maraknya penggunaan gonjong sebagai identitas provinsi, termasuk lambang provinsi Sumatra Barat. Pada 1970-an, Gubernur Azwar Anas mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan bangunan pemerintahan di Sumatra Barat dibangun dengan atap gonjong, menyusul himbauan gubernur sebelumnya Harun Zain.

Meskipun mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi Sumatra Barat yang terjadi pada 30 September 2009, gedung ini masih tetap dioperasikan. Memasuki pertengahan September 2014, pemerintah provinsi memulai pengerjaan retrofit, memperbaiki dan memperkuat struktur bangunan tanpa meruntuhkan gedung.

 

Lambang Sumatra Barat, rancangan guru besar seni rupa Ibenzani Usman pada 1971, menampilkan siluet gonjong menanggapi berdirinya Kantor Gubernur Sumatra Barat.

Wacana untuk mendirikan kantor gubernur muncul bersaamaan dengan pembentukan provinsi Sumatra Barat pada 1958. Pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Kaharudin Datuk Rangkayo Basa memulai persiapan pembangunan dengan membeli petak tanah di jalan yang kini bernama Jalan Sudirman (sebelumnya Jalan Sukarno).[1] Bangunan kantor gubernur menempati area seluas empat hektare, berbagi dengan area yang diperuntukkan untuk gedung markas Kepolisian Daerah Sumatra Barat pada petak tanah yang sama.[2] Saat ini, kedua gedung dipisahkan oleh gang menuju Kelurahan Padang Pasir.

Rancangan bangunan dikerjakan oleh Biro Urip, biro arsitek tertua di Bandung[3] dengan konsep bangunan modern berlantai empat. Bangunan memanjang menghadap jalan dengan dua sayap yang masing-masing dilengkapi dengan fasilitas lift.[4][5]

Di tengah pembangunan, terjadi perubahan pada bentuk atap dari semula hanya dak beton diubah menjadi atap berbentuk gonjong. Gagasan menampilkan gonjong muncul dari hasil diskusi antara Gubernur Kaharuddin dengan Miral Manan, seorang budayawan. Penambahan gonjong di bangunan pemerintah dimaksudkan sebagai upaya "menonjolkan suatu ciri Minangkabau" pasca-Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berpusat di Sumatra Tengah.[6]

 

Rumah Bagonjong pada 1971.

Peletakan batu pertama pembangunan Rumah Bagonjong dilakukan Gubernur Kaharudin pada 22 Maret 1961.[2] Tahap awal pembangunan meliputi pondasi dan lantai dasar yang dikerjakan oleh PT Biro Asri. Pembangunan tahap awal selesai pada 1963, dilanjutkan pengerjaan lantai bertingkat dan atap. Tahap lanjutan dikerjakan oleh PT Rangkiang sampai 1965.[5] Dua arsitek yang terlibat yakni Mathias, yang secara bersamaan merupakan Kepala Bagian Gedung Dinas PU Sumatra Barat dan Syamsul Asri, pemilik PT Rangkiang. Keduanya merupakan jebolan Institut Teknologi Bandung.

Pengerjaan pembangunan melibatkan sekitar 200 orang tenaga setiap harinya. Batu dan pasir diangkut dari Duku, Padang Pariaman. Besi dan paku didatangkan dari Jakarta. Masuk ke tahap pembangunan atap gonjong, pengerjaan dipimpin oleh Syamsul Asri. Ia melakukan survei ke sejumlah nagari di Sumatra Barat untuk mengobservasi bentuk-bentuk gonjong serta membuat badan bangunan dengan atap gonjong serasi. Untuk atap, material terdiri dari kayu rasak untuk kuda-kuda dan kayu banio untuk lengkungan gonjong yang dipasok oleh Perusahaan Kayu Budjang di Padang.[7]

Pembangunan Kantor Gubernur Sumatera Barat benar-benar selesai setelah melewati 14 tahap pembangunan selama 10 tahun. Peresmiannya dilakukan setelah peralihan kepemimpinan ke Gubernur Harun Zain.[5] Saat diresmikan, gedung ini menjadi kantor pemerintahan pertama di Sumatra Barat yang berlantai empat sekaligus pertama yang memakai gonjong.[5]

Atap gedung memiliki enam gonjong utama dan satu gonjong yang menghadap ke depan. Material atap semula terbuat dari sirap. Namun, beberapa tahun kemudian diganti dengan dekrabon, dan belakangan diganti lagi dengan genteng metal.[5]

Gempa bumi berkekuatan besar pada 2007 dan 2009 berdampak pada kekuatan struktur bangunan. Pada 2014, pemerintah provinsi memulai pengerjaan retrofit untuk mengembalikan kondisi struktur bangunan dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya. Tahap pertama pengerjaan memakai anggaran dari APBD sebesar Rp4 miliar, dilanjutkan dengan tahap kedua dengan anggaran Rp22 miliar yang selesai pada akhir 2015. Materi pengerjaan meliputi perbaikan struktur mulai dari pondasi, kolom, dan balok-balok. Pemakaian gedung masih menunggu tahap ketiga yang direncakan akan menggunakan anggaran Rp15 miliar. Retorfit ditargetkan selesai pada September 2016.[8][9]

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kantor Gubernur Sumatra Barat.
  •  

    Gubernuran Sumatra Barat

Catatan kaki

  1. ^ Freek Colombijn 1994, hlm. 137.
  2. ^ a b Karsyah 2005, hlm. 34.
  3. ^ //majalah.tempo.co/read/ilmu-dan-teknologi/48627/pasaran-arsitek-indonesia-dari-dunia-yang-baru-tumbuh&user=register
  4. ^ Karsyah 2005, hlm. 33.
  5. ^ a b c d e Chaniago & Khairul 1998, hlm. 352.
  6. ^ Chaniago & Khairul 1998, hlm. 350.
  7. ^ Chaniago & Khairul 1998, hlm. 351.
  8. ^ "Pasca-Gempa, Rehab Kantor Gubernur Sumbar Ditargetkan Selesai September"[pranala nonaktif permanen]. Okezone.com. 23 April 2016.
  9. ^ //dprd.sumbarprov.go.id/home/berita/1/322

Daftar pustaka

  • Hasril Chaniago dan Khairul Jasmi (1998). Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa: Gubernur di Tengah Pergolakan. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 979-416-582-4.
  • Freek Colombijn (1994). Patches of Padang: The History of an Indonesian Town in the Twentieth Century and the Use of Urban Space. Balando: Research School CNWS. Diakses tanggal 1 April 2020. 
  • Lindo Karsyah (2005). Dari Gubernur M. Nasroen sampai Zainal Bakar, 1947–2005. Genta Singgalang Press.
  • "Lima Tahun Pascagempa, Kantor Pemerintah Masih Rusak Pemprov Butuh Rp600 Miliar.". 14 September 2014. Padang Ekspres.
  • "Kantor Gubernur Diperbaiki, Pelayanan Pindah ke Escape Building". 15 September 2014. KlikPositif.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Bagonjong&oldid=19262642"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA