Sebutkan hal hal yang harus diperhatikan agar memiliki keimanan kepada rasul dengan benar

Penulis: Indra Kurniawan

hetanews.com-

Allah mengutus para Nabi dan Rasul dari jenis manusia atau malaikat untuk menyampaikan risalah-Nya kepada semesta Alam.

Beriman kepada para Nabi dan Rasul adalah rukun iman ke-empat setelah mengimani kitab-kitab Allah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam ketika ditanya oleh Jibril apa itu iman beliau menjawab:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

"Engkau beriman kepada Allah, malaikat – malaikat-Nya, kitab - kitab-Nya, rasul - rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk" [HR Muslim]

Beriman kepada para rasul adalah membenarkannya dan mengikuti syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam. Sehingga beriman kepada rasul mengandung dua hal, membenarkan dan patuh.

Allah mengancam orang yang menyelisihi rasul dengan neraka karena perintah rasul adalah perintah Allah, Ia berfirman:

وَمَن يَعْصِ اللَّـهَ وَرَ‌سُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ‌ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya". [QS Al Jinn: 23]

Beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam mengimani Nabi dan Rasul:

1.    Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman:

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْ‌سَلِينَ

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” [QS As Syu'ara: 105].

Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.

2.    Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.

3.     Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.

4.   Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya:

فَلَا وَرَ‌بِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ‌ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَ‌جًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [QS An Nisa': 65]

5.    Rasulullah adalah manusia biasa yang Allah beri wahyu dan tidak memiliki sifat rububiyah apalagi uluhiyah sedikit pun, Allah berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ‌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ

"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". [QS Al Kahfi: 110]. Allah juga berfirman:

قُل لَّا أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَائِنُ اللَّـهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ

"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." [QS Al An'am: 50].

Sehingga tidak boleh menyekutukan Allah dalam ibadah dengan seorang pun dari kalangan Nabi dan Rasul.

Kesalahan dalam beriman kepada Rasul:

1.    Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi. Ini adalah suatu kesalahan yang banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah wafat, menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cahaya di atas cahaya (sebagaimana kita dapat temui dalam sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu merupakan hak milik Allah ta’ala semata. Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga merupakan makhluk yang diciptakan Allah ta’ala. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan dari manusia biasa lainnya, namun mereka tidak berhak disembah ataupun diagungkan seperti pengagungan pada Allah ta’ala. Mereka dapat dimintai pertolongan dan berkah ketika masih hidup namun tidak ketika telah wafat.

2.    Menyatakan sifat wajib bagi Nabi ada 4, yaitu: shidiq, amanah, fatonah dan tabligh. Jika maksud pensifatan ini untuk melebihkan Nabi di atas manusia lainnya, maka sebaliknya ini merendahkan Nabi karena memungkinkan Nabi memiliki sifat lain yang buruk. Yang benar adalah Nabi memiliki semua sifat yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” [QS Al Qalam: 4]. Mustahil bagi orang yang akan memperbaiki akhlak manusia tapi memiliki akhlak-akhlak yang buruk dan yang lebih penting lagi, pensifatan ini tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3.    Mengatakan bahwa ada nabi perempuan, seluruh Nabi dan Rasul adalah dari laki laki sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَرْ‌سَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِ‌جَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَ‌ىٰ

"Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri." [QS Yusuf: 109

Illustrasi Cara Beriman Kepada Rasul. Foto: Unsplash

Beriman kepada rasul merupakan rukun Iman yang keempat dalam ajaran Islam. Iman kepada rasul berarti meyakini dan mempercayai bahwa Allah mengutus kepada satu orang dari kalangan mereka yang menyeru untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Mengutip buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan Tim Ganesha Operation, setiap Muslim diwajibkan untuk meyakini adanya nabi dan rasul. Itu karena nabi dan rasul adalah manusia yang sempurna (insani kamil), memiliki sifat terjaga dari segala perbuatan dosa (maksum), serta apa yang disampaikan merupakan wahyu Allah, bukan hawa nafsu sendiri.

Dalam Alquran surat An Nisa ayat 136, Allah SWT berfirman:

Arab:يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh."

Lantas, bagaimana cara beriman kepada rasul yang harus dilakukan setiap Muslim? Simak penjelasannya di bawah ini!

5 Cara Beriman Kepada Rasul

Illustrasi Cara Beriman Kepada Rasul. Foto: Unsplash

Beriman kepada nabi dan rasul hukumnya adalah wajib. Berikut ini cara beriman kepada rasul yang harus dilakukan setiap Muslim menurut Abdul Hadi Awang dalam buku Beriman Kepada Rasul.

1. Percaya bahwa rasul merupakan manusia utusan Allah SWT

Setiap Muslim harus percaya bahwa rasul adalah manusia pilihan Allah yang diutus demi keselamatan manusia. Allah berfirman:

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

Artinya: “Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. An Nisa: 165).

2. Meyakini ajaran yang dibawa oleh para rasul

Setelah mempercayai bahwa rasul utusan Allah, selanjutnya adalah meyakini ajaran yang dibawa mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy Syura dan Al Mu’minun yang berbunyi:

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Artinya: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…. ”(QS. Asy Syura: 13).

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ

Artinya: “Allah berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al Mu’minun: 51-52).

3. Percaya dan yakin kepada semua rasul

Rasul jumlahnya ada banyak, namun yang wajib diketahui hanya 25 saja. Meski begitu, umat Muslim harus mempercayai mereka yang namanya tertulis atau tidak di dalam Alquran. Allah berfirman:

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ

Artinya: “Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (la-in) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu.” (QS. An Nisa: 164).

4. Berdoa seperti para rasul

Dalam Aquran, tercantum banyak doa para nabi saat menghadapi setiap kesulitan. Maka dari itu, seorang Muslim juga dianjurkan berdoa dengan menggunakan doa tersebut.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا وَأُرِيْدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً ِلأُمَّتِيْ فِي اْلآخِرَةِ (رواه البخاري و مسلم)

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Setiap Nabi memiliki do’a yang mustajab yang dia berdo’a dengan do’a yang mustajab itu, maka aku ingin menyimpan do’aku sebagai syafa’at untuk umatku di akherat.’” (HR. Bukhari).

5. Meneladani sifat para rasul

Jika percaya pada nabi dan rasul, maka hendaknya seorang Muslim juga akan meneladani sifat-sifatnya. Rasulullah SAW bersabda:

نما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh.”(HR. Bukhari).

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA