Salah satu kesenian yang tumbuh di daerah Betawi adalah

25 Minggu Sep 2016

Posted by firdahtuljannah in Tak Berkategori

≈ Tinggalkan komentar

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.

Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat Betawi.

Kesenian Betawi tersebut antara lain :

1. Lenong 2. Topeng Blantik. 3. Tari Topeng, 4. Ondel-ondel, 5. Tari Ronggeng Topeng

6. dan lain-lain

Seni suara dan seni musiknya adalah :

1. Sambrah, 2. Rebana, 3. Gambang kromong,

4. Tanjidor dan sejenisnya

bahkan wayangpun ada, wayang kulit Betawi mengunakan bahasa dialek Melayu Betawi.

Wayang Betawi

wayang betawi

Wayang adalah salah satu khazanah budaya tanah air yang banyak ditemui di berbagai daerah, terutama di Jawa. Wayang yang amat dekat dengan masyarakatnya, kerap dimanfaatkan sebagai media penyebar berbagai informasi. Wayang, tumbuh dan berkembang seiring dengan masyarakatnya, ia mampu merubah bentuk dan tetap mendapat tempat, sekecil apapun itu

Jakarta, sebagai pusat negara, juga memiliki seni tradisional wayang. Orang banyak menyebutnya dengan wayang kulit Betawi. Jenis kesenian di Betawi ini, konon lahir ketika Sultan Agung dari Kerajaan Mataram menginjakkan kakinya di tataran Sunda Kelapa. Selain membawa pasukan, turut pula rombongan kesenian wayang kulit.

Ternyata tampilan wayang dari Mataram ini begitu memukau penduduk setempat, khususnya yang berdiam di kawasan Tambun, Bekasi. Kemudian muncullah satu bentuk baru dari wayang kulit Jawa, yaitu wayang yang berbahasa Melayu Betawi, Wayang Kulit Betawi.

Seperti halnya seni wayang lain, wayang kulit Betawi memilik tokoh sentral, seorang dalang.
Sebagaimana lazimnya, wayang kulit Betawi ini juga menggunakan kelir, yang disini disebut “kere”. Alat musik pengiringnya terdiri dari kendang, terompet, rebab, saron, keromong, kecrek, kempul dan gong. Yang tampak lain dalam wayang kulit Betawi adalah, masuknya unsur Sunda yang kental. Meski dialog dengan bahasa Betawi, namun musik pengiring hingga lantunan lagunya berasal dari tanah Pajajaran.

Sepintas, tak ada perbedaan yang berarti dengan wayang kulit lainnya. Hanya barangkali bentuk gapit atau pegangan wayang, pada wayang kulit Betawi tak dijumpai bahan tanduk, namun menggunakan rotan. Wayang kulit Betawi juga didominasi warna merah cerah.

Lakon yang sering dimainkan adalah carangan, cerita yang disusun sendiri oleh dalang dengan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata. Cerita lain khas Betawi adalah Bambang Sinar Matahari, Cepot Jadi Raja dan Barong Buta Sapujagat. Umumnya, cerita yang dimainkan sangat kontekstual dengan keadaan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, wayang kulit Betawi penampilannya lebih bebas, lebih demokratis. Logatnyapun akrab dengan masyarakat Betawi, dan dialog yang ditampilkan menggunakan bahas Indonesia pergaulan, mudah dipahami segala lapisan masyarakat dari berbagai suku.

Hanya saja, orang Betawi diyakini hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, sehingga kedua lakon inilah yang kerap dikedepankan para dalangnya. Ada perang dan kaya banyolan.

Walau tampilannya begitu komunikatif, wayang kulit Betawi tak sepopuler wayang kulit Jawa. Selama ini, wayang kulit Betawi hanya dimainkan di daerah pinggiran, lokasi asal tumbuhnya wayang kulit Betawi. Sepanjang perjalanan riwayatnya, wayang kulit Betawi tampil dengan penuh kesederhanaan, sehingga boleh dibilang menepikan aspek estetika, moral dan falsafah.

Di balik kesederhanaan tampilannya, wayang kulit Betawi justru sebenarnya memiliki peluang untuk tumbuh. Ia memiliki kekuatan dalam penggunaan bahasa. Selama ini, bahasa kerap menjadi halangan untuk mengenal seni wayang. Pada wayang kulit Betawi, tidak. Ia justru kekuatan. Tinggal sang dalanglah yang mengemasnya menjadi sebuah tontonan memikat.

Kesenian daerah masyarakat Betawi cukup menarik untuk dicari tahu, suku Betawi merupakan suku asli yang menetap di wilayah DKI Jakarta, mereka merupakan keturunan penduduk yang tinggal di Batavia atau nama DKI Jakarta pada masa kolonial sejak abad ke 17. Setiap daerah memang memiliki ciri khas masing masing tentunya, mulai dari kebudayaan, bahasa, adat istiadat, hingga kuliner yang beragam, berbicara mengenai Jakarta tidak hanya dikenal sebagai kota besar dengan banyaknya gedung gedung tinggi menjulang tapi juga dikenal dengan kuliner yang lezat dan kesenian yang sudah turun temurun dilakukan hingga saat ini.

Kamu pasti mengenal beberapa tokoh Betawi yang sangat populer seperti Deddy Mizwar, Ismail Marzuki, hingga Siti Nurbaya Bakar. Meskipun hidup di era teknologi yang sangat modern ini, masyarakat Betawi juga tidak lupa untuk melestarikan budaya dan kesenian daerah mereka, siapa sangka ternyata kesenian Betawi sudah banyak yang terkenal hingga ke berbagai Negara. Gak heran kalau turis asing tertarik berkunjung ke Jakarta untuk melihat kesenian yang ada di Jakarta, berikut ini kesenian Jakarta yang sangat populer dan masih dilakukan hingga kini.

Kesenian Daerah Masyarakat Betawi Yang Sangat Populer

1. Tanjidor

Kesenian yang pertama ini pastinya kamu sudah tidak asing mendengar namanya, Tanjidor merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Betawi yang sangat identik dengan iringan musik yang khas. Acara pertunjukan Tanjidor ini biasanya menggunakan alat music seperti lariet, terompet, piston, trombone, dan masih banyak lagi, pertunjukan kesenian ini memiliki pemain musik biasanya terdiri dari sekitar 7 sampai 10 orang. Sebenarnya awalnya , tanjidor ini lebih sering dimainkan oleh para budak untuk menghibur majikannya, kemudian seiring dihapuskannya perbudakan, pertunjukan tanjidor digunakan sebagai iringan pesta atau perayaan pernikahan, ternyata pertunjukan ini tidak lepas dari pengaruh budaya Eropa yaitu Portugis.

2. Ondel-Ondel

Kesenian daerah masyarakat Betawi yang satu ini pastinya kamu sudah tidak asing dan sering melihatnya di pinggir jalan. Boneka yang bernama Ondel Ondel ini merupakan boneka ini seringkali ditampilkan saat hari ulang tahun Jakarta, kalau kamu pernah berkunjung saat ulang tahun Jakarta pastinya kamu melihat ada banyak Ondel Ondel dengan hiasan yang menarik. Pada umumnya, boneka Ondel Ondel mempunyai bentuk dan corak yang sama, walaupun warnanya cukup bervariasi, biasanya Ondel Ondel akan diarah dengan diiringi musik yang khas. Sebenarnya fungsi Ondel Ondel sendiri sebagai penolak malapetaka atau makhluk halus yang bergentayangan, namun kini seiring berjalannya waktu, Ondel Ondel justru lebih sering dipertunjukkan untuk merayakan pernikahan, pesta rakyat, hingga penyambutan tamu kehormatan.

3. Lenong

Siapa yang tidak kenal pertunjukan Lenong? Seperti hamper kebanyakan orang sudah mengenal pertunjukan yang satu ini, Lenong sendiri merupakan salah satu teater khas Betawi yang sudah berkembang pada abad ke-19. Pertunjukan Lenong ini sangat identik dengan pertunjukan komedi, namun juga dilengkapi dengan beberapa alat musik untuk memeriahkan pertunjukan seperti gendang, kromong, gong, kecrek, dan masih banyak lagi. Dan untuk para pemain Lenong disebut dengan panjak dan ronggeng, panjak sendiri memiliki arti pemain laki laki, sedangkan ronggeng merupakan pemain perempuan, awalnya Lenong diangkat dari kisah kisah kerajaan namun seiring berkembangnya zaman Lenong diangkat dari kisah kehidupan sehari hari.

4. Wayang Golek Betawi

Kesenian daerah masyarakat Betawi yang satu ini hampir mirip dengan kesenian di Jawa Timur, Jawa Tengan dan DI Yogyakarta. Wayang yang berasal Betawi ini memiliki jenis wayang golek yang unik, menurut sejarahnya wayang golek betawi diciptakan oleh seorang yang bernama Tizar Purbaya. Pertunjukan wayang golek betawi sendiri merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian seperti lenong, wayang, hingga gambang kromong dan yang membuat pertunjukan ini unik yaitu boneka yang ditampilkan dapat mengeluarkan asap, berjoget, dan menjadi hantu.

5. Palang Pintu

Kesenian dari Betawi selanjutnya yaitu Palang Pintu yang merupakan sebuah kesenian Betawi dengan perpaduan antara silat dan juga pantun. Kesenian Palang pintu ini biasanya ditampilkan pada salah satu rangkaian dalam pernikahan masyarakat Betawi, nantinya sang pengantin pria akan mendapat tantangan dari mempelai wanita untuk menguji kepiawaian bela diri serta kepandaian dalam mengaji. Kemudian ada para jawara yang mewakili sang mempelai laki laki dan perempuan akan saling menunjukan kemampuan dalam menunjukkan gerakan silat sambil melontarkan pantun satu sama lain, yang menariknya yaitu pantun pantun yang dilontarkan sering sekali membuat penonton tertawa.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA