Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mendapatkan kekebalan aktif alami adalah

Cara utama dalam melindungi kesehatan dari serangan organisme atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit adalah dengan memiliki daya tahan tubuh atau sistem imunitas yang kuat. Untuk meningkatkan sistem imunitas dalam tubuh maka perlu menerapkan pola hidup yang sehat. Kali ini, kita akan membahas mengenai imunitas berdasarkan cara mendapatkannya.

Ya, pada dasarnya, sistem imunitas tubuh secara normal dapat bekerja sangat efisien dalam menghadapi musuh/ kuman penyakit tersebut. Namun, saat sistem imunitas ini dalam kondisi lemah, maka tubuh pun akan mudah terserang penyakit.

Oleh sebab itu, agar tubuh kembali kebal terhadap penyakit, maka sistem imunitas perlu dijaga dan ditingkatkan. Berdasarkan cara mendapatkannya, imunitas dibedakan menjadi dua, yaitu imunitas aktif dan imunitas pasif.

Imunitas aktif terjadi ketika tubuh secara aktif memproduksi antibodi. Contoh dari imunitas aktif alami adalah seseorang yang memperoleh kekebalan karena sakit akibat masuknya patogen ke dalam tubuh. Sedangkan imunitas aktif buatan dapat diperoleh dengan cara vaksinasi atau imunisasi.

Baca juga: Cegah Corona, Ini 7 Tips Tingkatkan Imun Tubuh

Imunisasi atau vaksinasi adalah metode untuk membangkitkan sistem imun seseorang dengan menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang telah dimatikan atau dilemahkan. Contoh vaksin yang dibuat dari patogen yang telah dimatikan misalnya vaksin TAB (untuk tifoid), vaksin salk (untuk poliomyelitis), dan vaksin rabies.

Sementara itu, contoh vaksin yang terbuat dari patogen yang telah dilemahkan yaitu vaksin campak dan vaksin BCG (untuk TBC). Beberapa vaksin juga hanya dibuat dengan menggunakan bagian dari patogen seperti protein tertentu, dinding sel dan flagelum. Vaksin ini disebut vaksin aseluler.

Imunitas pasif terjadi ketika antibodi berasal dari luar tubuh. Contoh imunitas pasif alami adalah ketika seorang bayi yang baru lahir mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta. Contoh imunitas pasif buatan adalah pemberian serum ke dalam tubuh seseorang.

Serum mengandung antibodi yang dihasilkan di dalam tubuh organisme lain seperti sapi dan kuda. Antibodi ini dapat melindungi seseorang dari penyakit tertentu dalam jangka waktu 2 hingga 3 minggu. Walaupun berumur pendek namun metode imunisasi pasif dapat memberikan kekebalan dengan cepat.

Pertambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 semakin naik tiap harinya. Seiring meningkatnya upaya tracing dari puskesmas dan keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, diperlukan kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bersama – sama memutus rantai penularan Covid-19. Pada Bulan Januari 2021 lalu, sudah mulai dilaksanakan vaksinasi Tahap Pertama bagi tenaga kesehatan. Vaksin yang digunakan adalah Vaksin Sinovac.

Sekilas Tentang Vaksin Covid-19

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan/imunitas aktif terhadap penyakit tertentu. Umumnya vaksin mengandung zat yang mewakili kuman penyebab penyakit yaitu kuman yang dilemahkan.

Imunitas pada tubuh manusia didapatkan melalui dua jenis cara yaitu :

  • Imunitas alami yaitu imunitas yang didapatkan seseorang setelah terkena penyakit. Terbagi menjadi dua :
  • Imunitas aktif alami : zat antibodi (imun) terbentuk setelah terkena penyakit
  • Imunitas pasif alami : zat antibodi diturunkan dari ibu ke janin melalui plasenta
  • Imunitas buatan yaitu imunitas yang didapatkan melalui rangsangan zat antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh
  • Imunitas aktif buatan : zat antibodi (imun) terbentuk setelah pemberian vaksin
  • Imunitas pasif buatan : imunitas terbentuk setelah pemberian zat antibodi dalam tubuh

Uji coba vaksin harus melalui lima tahap, yaitu :

Tahap I (penelitian dasar) : meneliti virus, sel-sel yang terkait virus, sel-sel yang diinfeksi virus dan perbanyakan sel untuk melihat bagaimana reaksinya dan dilanjutkan dengan ekstraksi virus dalam jumlah lebih banyak. Pada tahap ini telah dimulai pembuatan vaksin dalam jumlah terbatas.

Tahap II (uji pre klinis) : memastikan bahwa vaksin yang dibuat aman untuk diuji coba ke manusia. Sebelumnya diuji dulu dalam sel kemudian dilanjutkan pada hewan untuk melakukan percobaan (studi envitro dan envivo).

Tahap III, IV, V (uji klinis)

  • Fase satu : untuk menentukan dosis aman bagi manusia
  • Fase dua : untuk menilai efektivitas*, dosis optimal, frekuensi pemberian dan efek samping jangka pendek vaksin. Dilakukan uji coba pada manusia dengan sampel sebanyak 100 – 500 orang.
  • Fase tiga : untuk memastikan keamanan, efektivitas, keuntungan yang melebihi risiko penggunaan pada populasi yang lebih besar. Dilakukan uji coba pada manusia dengan sampel sebanyak 1000 – 5000 orang.

Pada Tanggal 10 Januari 2020, para ahli telah menemukan genome (DNA) virus Covid-19 yang berasal dari Cina. Salah satu perusahaan farmasi di Cina bernama Sinovac Biotech mampu untuk mengembangkan vaksinnya. Di Indonesia sendiri, ada enam lembaga yang turut mengembangkan vaksin Covid-19 (genom virus berasal dari Indonesia) dimana empat diantaranya adalah Perguruan Tinggi (UGM, UI, ITB, UNAIR). Vaksin tersebut dikenal dengan nama Vaksin Merah Putih.

Di tahap awal, uji klinis Vaksin Sinovac diperuntukkan bagi orang sehat berusia 18 – 59 tahun. Cina telah melalui uji klinis fase ketiga dan vaksin ini telah diuji kembali di Indonesia (Bandung). Dari uji klinis di Bandung, didapatkan hasil efikasi** Sinovac sebesar 65,3% yang artinya orang yang mendapatkan Vaksin Sinovac, resiko terinfeksi Covid-19nya berkurang 65,3% dibanding yang tidak tervaksinasi (resiko terinfeksi Covid-19 tiga kali lebih tinggi pada orang yang tidak divaksinasi). Dari hasil tersebut, BPOM menerbitkan ijin efikasi Sinovac 65,3%. MUI juga telah menyatakan kehalalan Vaksin Covid-19. Pada Tanggal 5 Februari 2021, BPOM telah mengeluarkan ijin pemberian Vaksin Sinovac untuk usia 60 tahun ke atas.  

Tahapan Vaksinasi

Tahap Pertama diberikan untuk seluruh tenaga kesehatan berusia 18 – 59 tahun. Untuk tahap kedua diberikan pada petugas publik dan lansia.

Petugas Publik adalah pejabat negara. atlet dan mereka yang bertugas langsung melayani masyarakat untuk kepentingan administrasi kependudukan, ijin usaha, pendidikan, keagamaan, keamanan, transportasi, pemenuhan aspirasi, informasi serta kebutuhan sehari – hari.

Meliputi :

  1. Pendidik : guru, dosen, tenaga pendidik
  2. Pedagang Pasar Tradisional
  3. Tokoh Agama dan Penyuluh Agama
  4. Wakil Rakyat : DPD, DPRD Provinsi/Kota
  5. Pejabat Negara : Walikota, Wakil Walikota, Sekretaris Daerah
  6. Pegawai Pemerintah : Aparatur Sipil Negara dan Tenaga Honorer
  7. Keamanan : TNI, POLRI, Satpol PP
  8. Pelayan masyarakat : Karyawan BUMD, BUMN, BPJS, Perangkat Kelurahan
  9. Transportasi : sopir bus, angkot, ojek online, karyawan PT KAI
  10. Atlet
  11. Wartawan dan pekerja media
  12. Petugas Pariwisata, hotel, restoran

Lansia adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.

Proses / Alur Pelayanan Vaksinasi Covid-19

Terdiri dari 4 meja:

Meja 1 (Pendaftaran dan Verifikasi) : calon penerima vaksin menunjukkan e-ticket dan bukti identitas

Meja 2 (Skrining) : petugas kesehatan melakukan anamnesa dan pemeriksaan kesehatan sederhana untuk melihat kondisi kesehatan serta mengidentifikasi ada tidaknya penyakit penyerta. Bila calon penerima vaksin sehat, vaksinasi dapat dilanjutkan

Meja 3 (Vaksinasi) : calon penerima vaksin diberikan Vaksin Covid-19 secara aman

Meja 4 (Pencatatan dan Observasi) : petugas kesehatan mencatat hasil pelayanan vaksinasi. Penerima vaksinasi diobservasi selama 30 menit untuk memonitor kemungkinan KIPI. Selesai observasi, penerima vaksin memperoleh kartu vaksinasi.

Gerakan 3 M (Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan sesering mungkin) yang diperkenalkan Bulan September 2020, kemudian menjadi 5 M di Bulan Februari 2021 (2 M yang ditambahkan yaitu Menghindari kerumunan dan Membatasi mobilitas) digencarkan dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19. Pembentukan Satgas Jogo Tonggo di Tingkat RW dan Satgas Covid-19 di Tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota dalam upaya pemantauan protokol kesehatan di masyarakat serta keterlibatan lintas sektor dalam penegakan protokol kesehatan di lingkup kerjanya masing – masing merupakan upaya nyata memutus rantai penularan penyakit.

Mengapa 5 M ?

Terjadinya Gelombang Kedua Infeksi Virus Covid-19 di Cina dan India, menjadi pembelajaran untuk negara lain dalam memperketat protokol kesehatan (5M).

Di India, saat grafik kasus aktif Covid-19 mulai menurun tajam, Bulan Januari 2021, Pemerintah India menyatakan telah mencapai Herd Immunity (imunitas kelompok), sehingga memberikan kelonggaran aktivitas di luar rumah. Masyarakat merasa aman dan mulai menyelenggarakan peribadatan (berkumpul dan mandi beramai – ramai di Sungai Gangga) tanpa menerapkan protokol kesehatan. Saat itulah, kasus Covid-19 kembali naik tajam, meskipun sebelumnya, vaksinasi secara massif/terus menerus telah dilakukan. Virus telah bermutasi dan menyerang anak – anak dengan gejala yang lebih berat. Rumah Sakit kewalahan menerima pasien dan sebagian besar tidak terselamatkan karena pasokan oksigen tidak mencukupi. Sementara jenasah – jenasah diluar terus mengalami penumpukan, krematorium (tempat pembakaran jenasah) tidak bisa melakukan kremasi secara cepat, karena pasien meninggal secara bersamaan. Akibatnya, keluarga pasien menyelenggarakan kremasi di tempat terbuka.  

Oleh karena itu, meskipun telah mendapatkan Vaksinasi Covid-19, protokol kesehatan 5 M harus tetap dijalankan untuk mencegah tertular kembali atau menulari orang lain. Semoga pandemi ini segera berakhir.

Sumber : dihimpun dari berbagai sumber

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA