Salah satu cagar alam yang merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan hewan gajah adalah

Taman Nasional Way Kambas terkenal sebagai tempat konservasi gajah sumatera yang merupakan hewan asli Pulau Sumatera. Kawasan ini terdiri dari hutan air rawa dengan hamparan padang rumput, semak belukar, serta hutan pantai. Luas secara keseluruhan mencapai 125.000 hektar.Jumlah gajah yang dilatih di Way Kambas mencapai 300 gajah. Gajah-gajah tersebut nantinya akan disebarkan ke sejumlah kebun binatang yang ada di Indonesia.Way Kambas bukan hanya rumah bagi gajah sumatera, tetapi juga binatang yang dilindungi lain seperti beruang madu, badak sumatera, harimau ssumatera, rusa sambas, kijang, kucing emas, tapi juga beberapa hewan lain yang terancam punah.Bagi Anda yang ingin mengunjungi Way Kambas, Anda dapat melihat dari dekat tentang proses penangkaran satwa. Di sore hari, Anda dapat menikmati atraksi menarik yang disuguhkan oleh gajah-gajah disana, seperti atraksi mengusung kayu, atraksi membajak sawah, serta sirkus. Di akhir pekan, atraksi yang bisa Anda nikmati misalnya adalah pertandingan bola antar gajah.Taman Nasional Way Kambas terletak di Raja Basa Lama, Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Bagi Anda yang menginap di BATIQA Hotel Lampung, lokasi ini dapat ditempuh dalam kurun waktu 2,5 jam berkendara.Setiap harinya, Taman Nasional Way Kambas dibuka untuk umum mulai dari pukul 08.00-18.00. Anda perlu membayar tiket masuk seharga Rp 7.000/orang dan Rp 10.000 untuk kendaraan roda empat Anda. Sebelum Anda memasuki kawasan Taman Nasional Way Kambas, Anda akan mudah menemui penjaja pisang. Anda bisa membeli pisang yang dijajakan itu untuk kemudian diberikan kepada gajah yang ada disana, harga nya berkisar di angka Rp 10.000.Saat berada di dalam Taman Nasional Way Kambas, Anda dapat mencoba menaiki gajah yang ada dengan membayar biaya retribusi sebesar Rp 20.000 untuk satu putaran yang berjarak 50-100 meter. Satu ekor gajah dapat dinaiki oleh 2 pengunjung dan 1 pawang.

Pastikan Anda menyempatkan diri untuk melihat gajah-gajah tersebut mandi di pagi hari, bila Anda ingin merasakan pengalaman ini, Anda harus sudah di lokasi pada pukul 6 pagi.

Lihat Foto

Shutterstock

Burung cendrawasih

KOMPAS.com - Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang luar biasa. Ini merupakan hasil dari wilayah Indonesia yang luas dengan beragamnya kondisi alam di Indonesia.

Sayangnya, beberapa populasi hewan endemik di Indonesia semakin menurun dan terancam kepunahan. Oleh karena itu, kita harus melakukan upaya-upaya pelestarian hewan untuk mencegah mereka dari kepunahan.

Bagaimana upaya pelestarian hewan yang bisa kita lakukan?

Secara garis besar, terdapat dua macam upaya pelestarian hewan langka, yaitu pelestarian in situ dan pelestarian ex situ.

1. Pelestarian in situ

Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan pada habitat asli hewan itu berada. Contoh pelestarian in situ adalah suaka margasatwa.

2. Pelestarian ex situ

Pelestarian ex situ dilakukan di luar habitat aslinya. Contoh pelestarian ex situ adalah Taman Safari dan kebun binatang.

Baca juga: Mengapa Perlu Dilakukan Pelestarian terhadap Hewan yang Langka?

Upaya pelestarian lainnya

Selain upaya di atas, kita sebagai masyarakat juga bisa melakukan pelestarian hewan sebagai berikut:

  • Tidak berburu hewan sembarangan
  • Melindungi hewan-hewan langka
  • Membudidayakan hewan langka
  • Mencari alternatif pemanfaatan hewan-hewan langka dengan menciptakan pengganti bahan sintetis.

Upaya pelestarian hewan oleh pemerintah

Pemerintah juga bertanggung jawab untuk melindungi hewan-hewan langka di Indonesia. Pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah kepunahan hewan-hewan langka. Berikut beberapa diantaranya:

  1. Membuat suaka margasatwa
  2. Membuat cagar alam
  3. Inseminasi buatan
  4. Membuat kebun binatang
  5. Penangkaran.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah taman nasional perlindungan gajah yang terletak di daerah Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Indonesia. Selain di Way Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) juga bisa ditemui di Minas, Riau. Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di kawasan ini semakin berkurang jumlahnya.

Taman Nasional Way Kambas

IUCN Kategori II (Taman Nasional)

TN Way Kambas

Lokasi TNWK di SumatraLetakKabupaten Lampung Timur, Lampung, Sumatra, IndonesiaKota terdekatBandar Lampung
MetroKoordinat4°55′S 105°45′E / 4.917°S 105.750°E / -4.917; 105.750Koordinat: 4°55′S 105°45′E / 4.917°S 105.750°E / -4.917; 105.750Luas1.300 km2[1]Didirikan1989[1]Pengunjung2.553 (tahun 2007[2])Pihak pengelolaKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah pertama di Indonesia. Dengan nama awal Pusat Latihan Gajah (PLG) namun semenjak beberapa tahun terakhir ini namanya berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Di Way Kambas juga tedapat International Rhino Foundation yang bertugas menjaga spesies badak agar tidak terancam punah.

Sejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31 ha.

Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya.

Berdasarkan sejarah Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Resident Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.

Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA).

Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha. Pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta, dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas 130,000 ha.

Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas, dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.[3]

Sejarah Alasan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai kawasan pelestarian alam, adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar, diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), enam jenis primata, rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris), beruang madu.[4]

Bahkan saat ini Taman Nasional Way Kambas ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park). Penetapan ini menjadikan TNWK sebagai Taman Warisan ASEAN ke-4 di Indonesia atau ke-36 di Asia Tenggara.[5][6][7]

Taman nasional way kambas Berada pada ketinggian antara 0—50 mdpl dengan topografi datar sampai dengan landai, kawasan ini mempunyai 4 (empat) tipe ekosistem utama yaitu:

  1. Ekosistem hutan hujan dataran rendah mendominasi di daerah sebelah barat kawasan. Daerah ini terletak pada daerah yang paling tinggi dibandingkan dengan lain. Jenis yang mendominasi adalah meranti (Shorea sp), rengas (Gluta renghas), keruing (Dipterocarpus sp), puspa (Schima walichii).
  2. Ekosistem riparian di way kambas bukan ekosistem lazim yang telah dikenal selama ini. Ekosistem ini berada pada zona peralihan antara air dan darat, sehingga belum dikategorikan kedalam ekosistem yang ada.
  3. Ekosistem hutan pantai di way kambas atau lebih dikenal pantai saja, ini dicirikan dengan kondisi lingkungan yang terletak di dekat laut namun tidak mendapat genangan baik air laut dan tawar. Dengan jenis tanah biasanya didominasi oleh pasir. Ekosistem hutan pantai ini khususnya terletak di sepanjang pantai timur TN Way Kambas. Salah satu penciri hutan pantai antara lain ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia).
  4. Ekosistem hutan mangrove/payau di way kambas terletak disekitar pantai dimana terdapat pergantian/salinasi antara air asin dan tawar secara teratur. Umumnya terletak disepanjang pantai timur kawasan TN Way Kambas. Ekosistem ini mempunyai peran atau manfaat nyata dalam mendukung sumber kehidupan manusia. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak bagi jenis-jenis ikan dan udang laut.[8]

 

Gajah di Way Kambas

Di Taman Nasional Way Kambas ini terdapat hewan yang hampir punah di antaranya Badak sumatera, Gajah Sumatra, Harimau sumatera, Mentok Rimba, Buaya sepit, Kijang, Tapir, Rusa dan Beruang Madu. Jenis-jenis primata seperti lutung, Owa, siamang, dan lain-lain. Di bagian pesisir sering ditemukan berbagai jenis burung antara lain Bangau Tongtong, Sempidan Biru, Kuau raja, Burung Pependang Timur, dan beberapa burung lainnya. [9]

Untuk tanaman banyak diketemukan Api-api, Pidada, Nipah, pandan.

  1. ^ a b "World Database on Protected Areas: Record of Way Kambas National Park". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2015-10-30. 
  2. ^ Forestry statistics of Indonesia 2007 Diarsipkan 2013-04-05 di Wayback Machine., diakses 20 Mei 2010
  3. ^ Admin. "Sejarah Taman Nasional Way Kambas". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08. 
  4. ^ //waykambas.org/sejarah-taman-nasional-way-kambas/
  5. ^ "ASEAN Heritage Parks". chm.aseanbiodiversity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2020-06-08. 
  6. ^ Lampung, Diskominfotik Provinsi. "Way Kambas Resmi Ditetapkan Sebagai ASEAN Heritage Park - Way Kambas Resmi Ditetapkan Sebagai ASEAN Heritage Park". Provinsi Lampung (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08. 
  7. ^ "Taman Nasional Way Kambas Ditetapkan Jadi Taman Warisan ASEAN - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2020-06-08. 
  8. ^ Admin. "Ekosistem Hutan Way kambas". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08. 
  9. ^ Admin. "Potensi Fauna TNWK". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08. 

  • informasi di situs Departemen Kehutanan Diarsipkan 2011-08-11 di Wayback Machine.
  • Situs Resmi Taman Nasional Way Kambas
  • Lampung Helau

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taman_Nasional_Way_Kambas&oldid=19658258"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA