Pernyataan di bawah ini adalah Upaya Pendidik mengembangkan bakat khusus remaja kecuali

Perbedaan antar individu dalam tingkat kemampuan dan prestasi salah satunya dilihat dari bakatnya. Perbedaan bakat itu dibawa sejak lahir dan diasah melalui latihan dan pengalaman. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya diran-cang dengan memperhatikan faktor perbedaan bakat atau kecakapan khusus yang dimiliki oleh para siswa.

William B. Michael, dalam Sumadi (2004:160), memberi definisi mengenai bakat sebagai, “…as a person’s capacity, or hypothetical potential, for

acqui-sitions of a certain more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a task perpect to which the individual has bad little or no previous training”. Jadi, Michael meninjau bakat terutama dari segi kemampuan

individual untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali bergantung kepada latihan mengenai hal tersebut. Sementara Bingham (ibid:161) menitik beratkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, jadi segi penampilan (performance), setelah individu mendapatkan latihan. Woodworth dan Mar-quis memasukkan bakat (aptitude) dalam kemampuan (ability), yang menurut-nya mempumenurut-nyai tiga arti, yaitu :

a. Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur lang-sung dengan alat atau tes tertentu;

b. Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tindak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman;

c. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

76

dimensi perseptual, psikomotor, dan intelektual. Uraiannya :

a. Dimensi Perseptual : Adalah kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi fator-faktor :

1) Kepekaan indera; 2) Perhatian;

3) Orientasi ruang; 4) Orientasi waktu;

5) Luasnya daerah persepasi; 6) Kecepatan persepsi, dsb.

b. Dimensi Psikomotor : Mencakup enam faktor, yaitu : 1) Faktor kekuatan;

2) Faktor impuls;

3) Faktor kecepatan gerak;

4) Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas dua macam : a) Kecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi; b) Kecepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan. 5) Faktor koordinasi;

6) Faktor keluwesan (flexibility).

c. Dimensi Intelektual : Dimensi inilah yang umumnya mendapat perhati-an serius karena mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini memiliki

lima faktor, yaitu :

1) Faktor ingatan, yang meliputi : a) Ingatan mengenai substansi; b) Ingatan mengenai relasi; c) Ingatan mengenai sistem. 2) Faktor pengenalan, yang meliputi :

a) Pengenalan terhadap keseluruhan informasi; b) Pengenalan terhadap golongan (kelas); c) Pengenalan terhadap bubungan-hubungan; d) Pengenalan terhadap bentuk atau struktur; e) Pengenalan terhadap kesimpulan.

77 3) Faktor evaluatif, yang meliputi :

a) Evaluasi mengenai identitas; b) Evaluasi mengenai relasi-relasi; c) Evaluasi terhadap sistem;

d) Evaluasi terhadap penting tidaknya problem (kepekaan terhadap masalah yang dihadapi).

4) Faktor berpikir konvergen, yang meliputi : a) Faktor untuk menghasilkan nama-nama;

b) Faktor untuk menghasilkan hubungan-hubungan; c) Faktor untuk menghasilkan sistem-sistem;

d) Faktor untuk menghasilkan transformasi;

e) Faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik. 5) Faktor berpikir divergen, yang meliputi :

a) Faktor untuk menghasilkan unit-unit, seperti : word fluency, ideational

fluency, dsb.

b) Faktor untuk mengalihkan kelas-kelas secara spontan;

c) Faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan; d) Faktor untuk menghasilkan sistem, seperti expressional fluency. e) Faktor untuk transformasi divergen;

f) Faktor untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.

Kesimpulannya, bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademik khusus). Bakat khusus ini disebut juga talent atau talenta. Sedangkan kemampuan adalah daya jiwa untuk melakukan sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.

2. Jenis-jenis Bakat Khusus.

Setiap orang mempunyai bakat khusus yang berbeda-beda. Pengenalan bakat khusus ini mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, kemudian pada bidang pendidikan. Hampir semua ahli ilmu jiwa yang menyusun tes untuk mengungkap

78

bakat khusus, berangkat dari dasar pemikiran analisis faktor. Menurut Guilford, pada setiap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor khusus. Pemberian nama jenis-jenis bakat khusus biasanya dilakukan berdasarkan bidang di mana bakat dimaksud berfungsi, misalnya bakat matematika, olah raga, seni, bahasa, musik, teknik, dsb. Demikianlah maka bakat khusus ini sangat bergantung pada konteks kebudayaan tempat seseorang hidup dan dibesarkan. Jadi, faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi pengembangan bakat khusus.

3. Hubungan antara Bakat dengan Prestasi.

Dengan bakat, seseorang dapat mencapai prestasi di bidang tertentu, akan tetapi tentu saja diperlukan juga latihan, pengalaman, pengetahuan, dan motivasi, serta kesempatan untuk mengembangkannya. Orang tua dan guru harus menaruh perhatian terhadap bakat anak-anaknya/siswanya dan mengusahakan untuk menyalurkan pengembangan bakatnya itu melalui kesempatan pendidikan dan pelatihan. Keunggulan meraka dalam salah satu bidang, misalnya olah raga, seni, matematika, dll. merupakan hasil interaksi bakat yang dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan yang

menunjang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat terletak pada individu anak itu sendiri dan lingkungannya.

a. Anak itu Sendiri. Jika anak kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakatnya yang dia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin juga karena mempunyai kesulitan atau masalah pribadi, maka akan terhambat dalam pengembangan bakatnya;

b. Lingkungan. Misalnya orang tuanya kurang mampu menyediakan ke-sempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak, atau mungkin secara ekonomis mampu tetapi kurang memberi perhatian, maka akan terhambat juga dalam pengembangan bakatnya.

79 5. Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia.

a. Pengertian Anak Berbakat.

Pendidikan sekolah untuk anak/remaja di Indonesia ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan usianya, mulai TK, SD, SLTP, dan SLTA. Kuri-kulum yang digunakan bersifat terpusat (centralized), artinya dipakai secara umum untuk seluruh wilayah Indonesia. Terlihat di sini bahwa ada beberapa hal yang belum tertangani dengan baik, di antaranya penanganan terhadap anak berbakat. Padahal anak berbakat perlu penanganan khusus agar potensi yang ada pada dirinya tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan khusus, seperti halnya SLB. Bedanya, SLB menangani anak-anak yang memiliki kelemahan karena tidak berfungsinya salah satu bagian pada tubuhnya (tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dsb).

Pendidikan anak berbakat di Indonesia diperlakukan sama dengan pendidikan pada umumnya, dan hanya dilihat secara sistematik dari program, fasilitas, guru, masukan, dan tujuan (Raka Joni, 1982). Pada-hal secara alamiah dan universal manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, seperti bakat, inteligensia, kepribadian, kondisi jasmani, dsb. sehingga mestinya dipikirkan cara menangani penyaluran berbagai perbedaan ini. Pendidikan anak berbakat merupakan bagian terpadu dari pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat agar berfungsi sesuai dengan potensinya, sehingga diharapkan suatu saat dia akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupannya sesuai dengan aktualisasi potensinya. Hal ini sesuai dengan citra masyarakat yang dianut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat.

Pengertian anak berbakat menurut Swassing, (1985) dalam Fatimah (2008: 74) adalah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat (kemampuan umum, komitmen yang tinggi terhadap tugas, dan kreativitas yang tinggi) dan mengaplikasikannya dalam setiap tindakan yang bernilai. Pengertian lain (ibid :74-75) me-nyebutkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai potensi di atas potensi yang dimiliki anak-anak

80

normal. Dalam hal ini para ahli sepakat bahwa anak berbakat memiliki keunggulan lebih bersifat bawaan daripada memani-pulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan. Di antara keunggulannya adalah superioritas dalam bidang akademik. Ini tidak sulit difahami karena salah satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu adalah inteligensia. Hal lain yang memberi kontribusi pada prestasi ini adalah kepribadian, karena dengan dasar kepribadian yang baik, maka akan lahir karya-karya yang baik pula.

b. Karakteristik Anak Berbakat.

Anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran, sikap, dan aktivitas anggota masyara-kat yang lain, atau dipengaruhi oleh tingmasyara-kat kebudayaan tempat di mana mereka memperoleh pengalaman budaya. Dalam pergaulan inilah mereka merasakan kesedihan dan kebahagiaan. Faktor agama pun memberikan dasar dan norma pribdi anak berbakat. Untuk menge-nali karakteristik anak-anak berbakat, dapat dilihat beberapa aspek, di antaranya potensi, cara menghadapi masalah, dan prestasi.

1) Potensi.

Anak-anak berbakat memiliki potensi unggul. Potensi ini disebabkan oleh faktor keturunan seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) yang menyatakan secara tegas, bahwa tidak ada keraguan faktor genetika memiliki andil besar terhadap kemampuan mental seseorang. Karena itu menurut Jane Healy (1978), dalam Fatimah (2008:76), semua perem-puan harus menyadari pentingnya nutrisi yang baik demi anak yang dikandungnya. Selain itu janin harus terhindar dari keracunan atau pengaruh sinar X yang datang dari luar. Dari aspek proses belajar, faktor inteligensia, motivasi, emosi, dan sosialisasi sangat menentukan pencapaian hasil atau prestasi belajar dalam bentuk kesadaran.

Menurut Terman (1925), pada saat anak dilahirkan, anak ber-bakat memiliki berat badan di atas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka memiliki keunggulan seperti terlihat dari koordinasi,

81

daya tahan tubuh, dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat jika dibandingkan dengan ukuran perkembang-an yang normal. Anak berbakat memiliki superioritas intelektual, dan dalam berpikir sering meloncat dari urutan berpikir yang normal (Gearheart, 1980), mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan memiliki irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing, 1985). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehing-ga kadang orang salah mendiagnosis mereka sebagai anak yang hiperaktif.

Anak-anak berbakat pun memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut French dan Gearheart, anak-anak berbakat memiliki stabilitas emosional yang mantap sehingga mereka mampu mengendalikan masalah-masalah personal (Heward, 1980). Rasa tanggung jawab serta cita rasa humor pun tinggi. Demikian pula karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat adalah cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak-anak berbakat tampil bijaksana.

2) Cara Menghadapi Masalah.

Yang dimaksud menghadapi masalah adalah keterlibatan seluruh aspek biologis dan psikologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih pende-katan, metode, dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecah-an masalah yang efisien dan efektif. Langkah awalnya dia mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980), kemudian akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap peng-ukuran saja. Setelah dipikirkan dengan baik akan memunculkan pemikiran dalam bentuk sikap dan tingkah laku. Tingkah laku yang muncul adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis, yang diajukan kepada dirinya sendiri dan orang lain yang sebaya. Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah antara lain (Fatimah, 2008:77) :

82

mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang konkrit;

b) Terpusat pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;

c) Suka bekerja secara independen dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak;

d) Menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens untuk berkreasi.

3) Prestasi.

Prestasi anak berbakat dapat dilihat dari segi fisik, psikologis, akademik, dan sosial. Secara fisik, anak berbakat memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis. Sejak bayi dia mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan anak-anak normal (Swanson, 1979). Secara psikologis, anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul, dan secara sosial pada umumnya adalah anak populer serta mudah diterima oleh masyara-kat (Geaheart, Heward, 1980). Secara akademik, anak berbakat memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal

cord) yang prima, karenanya dia dapat mencapai tingkat kognitif yang

tinggi. Menurut Bloom, kognitif tingkat tinggi meliputi berpikir aplikasi, analisis, sinte-sis, evaluasi, sedangkan kognitif tingkat rendah terdiri dari berpikir, mengetahui, dan komprehensif.

Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak yang normal, anak-anak berbakat sudah mampu membaca, yang terus berkembang secara konsisten. Mereka mampu menggunakan perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983). Selain memiliki keunggulan-keunggulan, ternyata menurut Swassing (1985), anak-anak berbakat pun mempunyai karak-teristif negatif (Fatimah, 2008:78), yaitu :

a) Mampu mengkatualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit;

b) Dapat mendominasi diskusi;

c) Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya; d) Suka rebut;

83

e) Memilih kegiatan membaca daripada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat atau kegiatan fisik;

f) Suka melawan aturan, petunjuk atau prosedur tertentu;

g) Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas;

h) Bisa frustrasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari; i) Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang; j) Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu;

k) Melawan jadwal yang hanya didasarkan atas pertimbangan waktu saja, bukan atas pertimbangan tugas;

l) Mungkin akan kehilangan intens dengan cepat. c. Menangani Anak Berbakat.

Bakat luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian rangsangan (stimulus) yang sistematis, terancana, dan terjadwal, agar menjadi aktual dan berfungsi dengan baik. Jika dibiarkan mengandalkan asas kematangan saja, tidak akan sempurna sehingga bakat-bakat yang ada tidak akan berkembang dengan baik. Nah, peran lingkungan sebagai pemicu stimulus sangat besar pengaruhnya dalam menentukan sampai di mana tahapan terlaksana, dan hasil akhir suatu perkem-bangan dicapai.

Dalam upaya mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki anak agar bakatnya itu berfungsi optimal, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. 1) Faktor yang terdapat pada individu si anak itu sendiri, yaitu semua ciri

khusus atau bakat secara obyektif. Dalam hal ini terdapat perbedaan bakat :

a) Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) sehingga mempengaruhi aspek-aspek lain;

b) Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, (kognitif, afektif, psikomotorik) atau yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus.

2) Faktor kurikulum, yang meliputi :

84

(child centered), yang sebelumnya telah dilakukan identifikasi tentang keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif;

b) Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus anak berbakat tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain. Jadi perbedaannya hanya terletak pada penekanan dan penambahan suatu bidang sesuai dengan kebutuhannya;

c) Kurikulum khusus diarahkan agar rangsangan yang diberikan ber-pengaruh dalam menambah atau memperkaya program (enrichment

program) tidak semata-mata mempercepat (accelerate) berfungsinya

bakat dimaksud;

d) Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif untuk mencapai sesuatu, dan tidak repro-duktif hanya memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Kreatifitas ini diarahkan agar tertanam sikap hidup yang mau mengabdi, melayani, dan mengamalkan pengetahuannya demi kemaju-an masyarakat, bkemaju-angsa, dkemaju-an negara.

d. Pelaksanaan Pendidikan Anak Berbakat. 1) Skipping atau Akselerasi.

Usia mental (mental age) pada anak yang lebih tinggi daripada usia sebenarnya (chronogical age) akan menimbulkan perasaan tidak puas pada diri mereka belajar bersama anak-anak seumurnya. Karena itu ada upaya untuk meloncatkan ke kelas yang lebih tinggi (skipping atau akselerasi). Akan tetapi hal ini akan memunculkan masalah, di antaranya :

a) Mempermudah timbulnya masalah penyesuaian baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sosialnya;

b) Norma yang berlaku di kelas lebih tinggi belum tentu sesuai dengan nor- ma dari anak berbakat itu;

c) Kesulitan administrasi sekolah yang meliputi pengaturan tenaga penga-jaran karena harus memberikan pelapenga-jaran secara individual kepada anak;

85

onal karena terbatasnya hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.

2) Special Grouping Segregation (Pendidikan dalam Kelompok Khusus). Untuk melaksanakan pendidikan dalam kelompok, terdapat beberapa kemungkinan, yaitu :

a) Model A.

Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah di mana anak berbakat mengikuti secara penuh pelajaran di sekolah, tetapi setelah itu mem-peroleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Akan tetapi model ini ada kelemahannya :

- Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang diperlukan untuk mengembangkan aspek kepribadiannya, misalnya pergaulan, olah raga, kesenian, dll.

- Pada waktu mengikuti kelas biasa, dia merasa bosan, dan bagi anak-anak kecil kemungkinan akan menggan ggu teman-teman lainnya; - Di kelas biasa, anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk

mencapai hasil yang sebaik-baiknya. b) Model B.

Anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (mungkin hanya 75%, 60%, atau 50%) ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajarannya tetap sehingga menguntungkan karena anak masih mempunyai waktu untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya. Dengan jumlah jam pelajaran cukup lama di kelas khusus, keuntungan lainnya bagi anak adalah mem-peroleh kesempatan bersaing dengan teman-teman lain yang mempunyai potensi berbeda. Namun kele-mahannya seperti pada model A, yaitu anak merasa bosan ketika ber- ada di kelas biasa, dan mungkin menganggap semua mata pelajaran mudah, sehingga tumbuh kesombongan dan terlalu percaya diri.

c) Model C.

Anak-anak berbakat dimasukkan dalam kelas khusus secara pe-nuh. Kurikulumnya dibuat khusus demikian pula guru-gurunya. Keuntungan

86

model ini adalah mudah mengatur pelaksanaannya, dan pada siswa pun terjadi persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampu-annya. Jumlah mata pelajaran dan kece-patan dalam menyelesaikannya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Namun kerugiannya akan terjadi pada anak-anak normal yang sebaya, sehingga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Kerugian lainnya adalah perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan gutru-guru mudah menim-bulkan perasaan harga diri berlebihan (superiority complex) karena merasa berada pada kelas yang “eksklusif”.

d) Model D.

Ini adalah sekolah khusus yang hanya mendidik anak-anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah mudah diatur, tetapi dari sudut anak banyak kerugiannya, karena mereka akan terlempar jauh dari lingkungan sosialnya, dan menjadi anggota kelompok sosial khusus (istimewa). Dilihat dari aspek kepribadian, perkem-bangannya sangat mengkhawatirkan karena pergaulannya yang terbatas dan sulit menye-suaikan diri, padahal dengan pergaulan yang luas dan bervariasi, nilai sebagai anggota masyarakat akan tumbuh.

3) Implementasi Kurikulum Bidang Studi Tertentu.

Beberapa kegiatan khusus sebagai contoh program dalam menjalankan kurikulum anak berbakat di SD :

a) Membaca; b) Menulis;

c) Berhitung/matematika; d) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); e) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); f) Kesehatan;

g) Bahasa dan Kesenian. 4) Metode Belajar dan Guru.

Metode belajar yang paling cocok bagi anak berbakat adalah belajar melalui kelompok kecil atau individual. Jika anak berbakat harus belajar

87

dalam kelompok besar, pendekatannya adalah full out enrichment, dan akselerasi harus menjadi dasar untuk pengembangan pada perbedaan potensinya. Dalam hal ini guru sebagai pembimbing harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya memiliki inteligensia yang tinggi dan minat luas dalam berbagai bidang, mau belajar bersama siswa terus-menerus, dll. Minat ini harus disampaikan dengan baik.

6. Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasinya terhadap Penye-lenggaraan Pendidikan.

Sebelum upaya pengembangan bakat-bakat khusus dilakukan bagi para siswa di sekolah, diperlukan informasi yang menyangkut :

a. Cara mengidentifikasi para siswa yang mempunyai bakat-bakat khusus; b. Karakteristik atau ciri-ciri siswa yang mempunyai bakat khusus;

c. Alat-alat yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat khusus.

Sampai sekarang belum ditemukan tes bakat khusus yang cukup luas daerah pemakaiannya (seperti tes inteligensia). Berbagai tes bakat seperti misalnya : a. FACT (Flanegen Aptitude Classification Test) yang disusun oleh Flanegen; b. DAT (Differential Aptitude Test) yang disusun oleh Binnet;

c. M-T Test (Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak, masih sangat terbatas jangkauan dan daerah berlakunya. Hal ini mengingat tes bakat sangat terikat oleh konteks kebudayaan tempat tes itu disusun dan dilaksanakan, di samping keterikatan pola kebudayaan di mana anak berbakat dibesarkan.

Tes atau alat ukur apa yang digunakan tentu saja bergantung pada macam bakat yang ingin dikenali. Biasanya orang tua mengenali bakat khusus anak dengan pengamatan (observasi) terhadap apa yang selalu dikerjakan dan digemari anak. Dengan mengenali bakat khusus anak-anak, orang tua dan guru harus memahami dan memenuhi kebutuhan mereka, antara lain dengan menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Juga dapat membantu anak-anak dalam me-mahami potensi dirinya, dan tidak melihatnya sebagai suatu beban, melainkan sebagai suatu anugrah yang harus

88

dihargai dan dikembangkan. Manfaat dari pengenalan bakat khusus anak-anak ini antara lain dapat membantu sekolah dalam penyusunan program dan prosedur pemanduan anak-anak berbakat, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka. Sebagai contoh, orang tua memberikan keterangan tentang :

a. Hobi dan minat yang khusus; b. Jenis buku yang disenangi; c. Masalah dan kebutuhan pokok; d. Prestasi yang pernah dicapai; e. Pengalaman-pangalaman khusus; f. Kegiatan kelompok yang disenangi; g. Kegiatan mandiri yang disenangi; h. Sikap anak terhadap sekolah dan guru; i. Cita-cita di masa depan, dll.

Anak akan merasa aman secara psikologis jika :

a. Guru sebagai pendidik dapat menerima sebagaimana adanya tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya semua siswa baik dan mampu;

b. Guru sebagai pendidik mengusahakan suasana yang mengondisikan anak tidak merasa dinilai. Mengapa? Karena memberi penilaian terhadap