KOMPAS.com - Tak seperti di usia bayi, anak balita umumnya sudah memiliki pola tidur yang teratur dan bisa tidur malam lebih panjang tanpa sering terbangun. Meski begitu, sebagian anak masih mengalami gangguan tidur.
Ketahui apa saja pemicunya dan cara mengatasinya.
- Menolak tidur siang
Anak berusia dua tahunan biasanya mulai menolak diajak tidur siang. Ini bisa menjadi tanda si kecil sudah siap mengurangi jam tidurnya karena jam tidur
malam sudah panjang.
"Anak balita sudah bisa terjaga dalam waktu yang lebih panjang di siang hari dibanding bayi," kata Judith Owens, direktur kedokteran tidur dari rumah sakit anak Boston, AS.
Bila balita Anda masih sering tidur siang, wajar jika sesekali ia menolaknya, karena pola tidurnya memang masih bervariasi dari hari ke hari. Tidak perlu memaksa anak untuk tidur. Kenali tanda anak butuh tidur siang, misalnya ia tampak rewel karena lelah.
-
Berkeringat
Sebagian anak mengeluarkan banyak keringat saat mereka sedang mengalami tidur dalam, atau periode tidur yang paling nyenyak dan sangat penting. Pada tahap tidur ini tubuhnya sedang memulihkan diri dan bersiap menghadapi hari baru.
Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keringat berlebihnya ini. Buat tidurnya lebih nyaman dengan cara mengatur suhu ruangan agar sejuk dan pakaikan baju tidur dengan bahan yang adem.
Waspadai bila balita mengorok atau ia seperti berhenti bernapas saat tidur, dikombinasikan dengan keringat berlebih. Konsultasikan pada dokter.
- Menangis saat diletakkan di tempat tidur
Salah satu tantangan orangtua adalah saat si kecil mendadak menangis dan terbangun saat ia akan diletakkan di tempat tidur. Salah satu penyebabnya adalah kecemasan berpisah, yang lazim dialami bayi berusia 10-18 bulan.
Untuk menyiasatinya, dampingi anak sampai ia tertidur pulas dan katakan bahwa Anda ada di sampingnya. Bila si kecil sudah tidur di kamar terpisah, lakukan secara bertahap sampai anak bisa beradaptasi dengan pola tidurnya. Beri pelukan dan kehangatan untuknya agar tidurnya tenang.
- Terbangun di tengah malam
Balita terkadang terbangun di tengah malam, terutama jika ia baru memelajari keterampilan baru, seperti berjalan. Ia akan menjadi fokus pada kemampuan barunya itu sampai susah tidur.
Penyebab lain yang membuat anak terbangun adalah suasana lingkungan yang kurang nyaman, misalnya bising, panas, dan sebagainya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Halodoc, Jakarta - Tidak hanya mimpi buruk, kenyamanan dan kualitas tidur Si Kecil di malam hari bisa terganggu ketika mengalami night terror deee. Night terror sendiri merupakan kondisi yang muncul saat tidur, biasanya terjadi pada beberapa jam pertama setelah seseorang tidur.
Seseorang yang mengalami night terror akan terbangun dari tidurnya, lalu mulai panik, berkeringat, menjerit, atau menangis histeris. Setelah melewati kondisi itu dan benar-benar terbangun, mereka hanya bisa mengingat gambaran yang mengerikan atau tak mengingat apa-apa sama sekali.
Baca juga: Alami Patah Hati, Dapatkah Sebabkan Sering Mimpi Buruk?
Night terror biasanya terjadi pada 2–3 jam setelah anak mulai tertidur. Saat kondisi ini terjadi, tanpa sadar Si Kecil mungkin saja bisa menendang barang-barang yang ada di sekitarnya atau berjalan dari tempat tidurnya. Nah, hal inilah yang bisa membahayakan dirinya.
Ditandai dengan Berbagai Gejala
Menurut pandangan dunia medis, night terror merupakan kondisi yang cukup langka, biasanya terjadi di kalangan anak-anak berumur 4–12 tahun. Ada pula yang mengalaminya ketika dalam masa pertumbuhan. Lantas, seperti apa sih gejala dari gangguan tidur ini?
Gejala utamanya, yaitu satu atau lebih episode terbangun dari tidur dengan berteriak karena panik, disertai kecemasan yang hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik, seperti jantung berdebar-debar, napas cepat, pupil melebar, dan berkeringat.
Episode ini dapat berulang dengan durasi setiap episode sekitar 1–10 menit, dan biasanya terjadi pada sepertiga awal fase tidur malam.
Pengidap relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk memengaruhi keadaan teror malamnya. Kemudian, dalam beberapa menit setelah terbangun, biasanya pengidap akan mengalami disorientasi dan gerakan-gerakan berulang.
Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua bayangan yang terpilah-pilah).
Stres Hingga Perubahan Lingkungan
Sayangnya, sampai saat ini penyebab pasti dari night terror belum diketahui. Namun, kondisi ini sering terkait dengan stres emosional, kelelahan, demam, kurang tidur, gangguan pernapasan, cedera kepala, dan perubahan lingkungan, seperti suara dan cahaya.
Baca juga: Tidur Anak Tidak Nyenyak? Yuk, Kenali Penyebabnya
Selain itu, ada pula hal lainnya yang bisa menjadi pemicunya, seperti konsumsi jenis obat yang memengaruhi sistem saraf pusat, atau pengaruh dari anestesi atau obat bius bila anak baru melakukan operasi. Ada pula dugaan bahwa night terror berkaitan dengan genetik atau alkohol.
Tips Mencegah Night Terror
Meski penyebab pastinya belum diketahui, tetapi setidaknya ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk mencegah night terror. Nah, berikut ini beberapa tips yang bisa membantu mengatasi masalah tidur anak:
- Jangan biarkan anak terlalu lelah. Tetapkan waktu tidur rutin (jam tidur dan bangun) dan tetaplah berpatokan dengan itu, bahkan di akhir pekan. Pastikan Si Kecil mendapatkan jumlah tidur yang dia butuhkan. Anak-anak dapat tidur dengan sangat nyenyak jika jam tidurnya teratur.
- Lakukan rutinitas yang menenangkan kira-kira satu jam sebelum tidur. Rutinitasnya harus mencakup kegiatan santai, seperti mendengarkan musik lembut, membaca, atau memandikan Si Kecil dengan air hangat. Hindari membiarkan anak menggunakan perangkat elektronik saat mendekati jam tidur. Bila perlu, singkirkan perangkat elektronik dari kamar tidur anak untuk menghindari godaan.
- Jaga agar kamar tidur tetap sejuk dan nyaman.
- Jangan ajak anak beraktivitas setelah menyelesaikan rutinitas tidurnya. Saat sudah jam tidur, beri mereka ciuman dan tinggalkan mereka.
Baca juga:Bayi Juga Bisa Insomnia, Benarkah?
Ketika Si Kecil mengalami teror tidur, biasanya mereka akan menangis, ketakutan, menjerit, detak jantungnya bertambah cepat, hingga berkeringat. Perlu ibu perhatikan, bila anak mengalami beberapa kondisi di bawah, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut.
- Anak berumur kurang dari 3,5 tahun mengalami night terror paling tidak seminggu sekali.
- Anak yang lebih dewasa mengalami night terror sekali atau dua kali setiap bulannya.
Night terror pada anak bisa sangat mengganggu kenyamanan tidurnya, yang tentu saja berdampak pada kondisi di siang hari. Tidur tak nyenyak bisa membuat anak kelelahan di siang hari dan tidak bersemangat. Ibu bisa berdiskusi dengan dokter anak jika Si Kecil mengalami night terror. Buka aplikasi Halodoc dan ibu akan mendapatkan solusi dan arahan terbaik langsung dari dokter ahli.
Referensi:Healthline Parenthood. Diakses pada 2021. Is My Baby Having Night Terrors?Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Sleep Terror (Night Terror).Kids Health. Diakses pada 2021. Night Terror.