Pendekatan pembelajaran sesuai dengan KEBERAGAMAN peserta didik

Keberagaman peserta didik di kelas inklusif memiliki karakteristik tersendiri, baik pada peserta didik reguler maupun pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).   Keberadaan PDBK dipayungi Undang Undang Dasar 1945 pasal 31, ayat 1 mengamanatkan bahwa; “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan ayat 2; “Setiap  warga  Negara  wajib  mengikuti  pendidikan  dasar dan pemerintah wajib membiayainya’.   Dengan demikian, peserta didik dalam kelas walaupun berbeda keyakinan, fisik, gender, latar belakang keluarga, harapan, kemampuan, kelebihan peserta didik memiliki hak untuk belajar.

Implementasi di kelas, guru secara perlahan dan pasti memberikan penanaman sikap simpati dan empati kepada peserta didik reguler bahwa dalam masyarakat itu memiliki karakteristik keragaman bentuk, keyakinan, sosial, dan karakter peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan demikian, ciptakan susana kebersamaan dalam berbagai aktivitas agar seluruh peserta didik membaur dan saling interaksi, sehingga akan tampak mereka bersosialisasi dan saling tolong menolong antarsesama.

Guru sangat penting memberikan wawasan kepada peserta didik bahwa masyarakat majemuk tradisional perlu mempertimbangkan adanya pluralitas horizontal (adanya perbedaan etnik, sub-sub etnik) dan pluralitas vertical (adanya pelapisan-pelapisan sosial).

Penamaan istilah “peserta didik” kepada siswa di sekolah dewasa ini sudah tepat, mengingat cara pandang ini yang lebih positif dibanding dengan istilah “murid atau siswa”. Hal ini, kata “peserta didik” dapat mengakomodasi keberagaman peserta didik dalam melihat kebutuhannya. 

Kata “kebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi masalah dan kebutuhan peserta didik dan bukan pada label yang menyertainya. Oleh karena itu, guru hendaknya memandang setiap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) memiliki karakteristik unik. Karakteristik PDBK ini berkaitan dengan bagaimana cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini akan menuntun guru dalam menyusun akomodasi program untuk mengatasi hambatan dan mengoptimalkan potensi peserta didik.Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa dalam Kompetensi Paedagogik Guru salah satunya adalah memahami krakteristik peserta didik maka diharapkan sebelaum melakukan pembelajaran setiap guru dapat melakukan identifikasi dan asesmen. Hal ini untuk dijadikan sebagai dasar dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Indikator Kualitas Hidup Peserta Didik

Ada empat indikator kualitas hidup bagi setiap peserta didik, yakni sebagai berikut:

  1. To Live, setiap peserta didik di sekolah inklusif memilki hak untuk hidup mengembangkan potensi dirinya, tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh kondisi hambatan yang dimilikinya. Peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusif tidak boleh dibiarkan hanya sebagai “pelengkap kuota kelas inklusif”, tetapi keberadaan peserta didik di kelas inklusif harus menjadi tantangan bagi guru untuk berkreatif dalam mengembangkan layanan pembelajaran akomodatif.
  2. To Love, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus merasa terlindungi, mengikuti kegiatan pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya secara ramah, nyaman dan tidak dibiarkan mendapat bully dari peserta didik lainnya. Bahkan guru harus mengembangkan sikap saling menyayangi, mencintai sebagai sesama warga sekolah.
  3. To Play, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus memperooleh kesempatan yang sama untuk mengikuti aktivitas belajar secara aktif dan bermain di sekolah, seperti dalam diskusi kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan yang diadakan sekolah. Peserta didik berkebutuhan khusus harus memperoleh hak yang sama untuk memperoleh kesempatan aktivitas permainan di kelas dan lingkungan sekolah.
  4. To Work, setiap peserta dididk di sekolah inklusif memperoleh hak yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam upaya mengembangkan potensi dirinya untuk nantinya menjadi individu yang mandiri dalam memasuki dunia kerja. Peserta didik berkebutuhan khusus tidak boleh dihadirkan di kelas hanya sebagai “pelengkap penderita” akan tetapi harus diberikan layanan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan layanan pendidikannya.

sumber: Modul 1 Bimtek Guru Pembimbing Khusus Dirjen GTK

Laela Sagita, M.Sc., Prodi Matematika UPY (2011) PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTIONS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA. In: Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas Sebelas Maret.

Preview

Text
Prosiding 2.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar tidak hanya dari segi kecerdasan intelektual peserta didik tetapi juga dari segi gaya belajar, kesiapan peserta didik, serta minat belajar matematika (learning style, readiness, interest). Setiap pribadi peserta didik mempunyai keunikan masing-masing, hal ini menimbulkan terjadinya perbedaan learning style dari peserta didik. Salah satu tugas seorang guru adalah untuk membantu dan memfasilitasi peserta didik untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dengan perbedaan karakter yang telah terbentuk oleh faktor di atas. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan adalah Differentiated Instructions , yaitu salah satu cara belajar matematika yang digunakan untuk keberagaman karakter peserta didik. Langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran Differentiated Instructions diawali dengan pre-assessment yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe gaya belajar peserta didik atau mengukur kemampuan awal peserta didik, dan selanjutnya adalah proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter peserta didik (by content, by proses, by product). Pendekatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakter peserta didik akan memberikan hasil yang kurang maksimal, salah satunya dari hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika diperlukan penyesuaian terhadap learning style masing-masing peserta didik, dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Actions (login required)

View Item

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya bahwa proses pendidikan itu dilakukan secara sengaja dan penuh dengan kesadaran dan ditambah lagi dengan terencana melalui proses belajar mengajar (Tim penyusun, 2003).

Hal ini menunjukkan bahwa hakekat pendidikan adalah sebuah pengembangan kecerdasan yang melahirkan sebuah karakter. Pendidikan dapat dipahami dan didekati dari berbagai dimensi. Pendidikan itu merupakan proses yang tidak akan pernah selesai (never ending process). Manusia itu adalah hasil dari proses belajar mengajar dan belajar itu merupakan salah satu proses didalam kepribadian siswa (Hakim, 2000:1)

Proses belajar tersebut sudah dimulai sejak manusia ada di dunia ini. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apa pun, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena proses belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dan didalam proses belajar mengajar itu perlu diperhatikan mengenai pendekatan-pendekatan dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau ketangkasan. Seperti dikemukakan oleh Slameto (2003: 97) bahwa ”kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan yang menghubungkannya dengan subyek yang sedang diajar”.

Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa, maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Penerapan metode pendekatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.

Dengan pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Dengan tujuan yang jelas, maka kita dapat menetapkan arah dan sasaran dengan pasti. Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan sistem, setiap guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lain, dan dapat dijadikan kriteria efektivitas proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistem adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Pendekatan pembelajaran dapat merancang proses belajar mengajar dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Jadi berpikir sistematis adalah berpikir bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.

Pendekatan pembelajarn dapat memberikan umpan balik. Melalui umpan balik, dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan telah berhasil dicapai atau belum. Sehingga sangat penting sekalai bila pendidik memilih dengan cermat pendekatan-pendekatan dalam mengajar yang sesuai dengan perubahan kurikulum yang selalu berubah. Maka penulis ingin menelaah lebih lanjut mengenai Perkembangan pendekatan pembelajaran serta merancang implementasinya dalam proses belajar mengajar.

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, dapat ditarik beberapa permasalahan antara lain :

  • Bagaimanakah konsep dan perkembangan pendekatan pembelajaran?
  • Apakah jenis-jenis pendekatan pembelajaran yang ada dalam proses belajar mengajar?
  • Bagaimanakah rancangan implementasi pendekatan perkembangan yang cocok dalam kurikulum sekarang?

Tujuan penulisan makalah  ini secara umum  untuk dapat mengetahui pendekatan pembelajaran serta merancang implementasinya dalam proses belajar mengajar..

Adapun tujuan secara khusus dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Memahami konsep dan perkembangan pendekatan pembelajaran.
  • Mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran yang ada dalam proses belajar mengajar.
  • Memahami rancangan implementasi pendekatan perkembangan yang cocok dalam kurikulum sekarang.

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah  ini adalah penulis menggunakan studi pustaka, dimana penulis mencari sumber-sumber dari buku-buku dan media internet yang bertalian dengan judul yang telah di diberikan oleh dosen.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Konsep dan Perkembangan Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan adalah cara umum dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian, dalam hal ini adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran  yang masih dalam arti umum  yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi (Winastwan, 2010).

Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran.  Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada pengajar.

Apapun pendekatan yang akan dipilih merupakan hasil dari penelitian dan solusi yang tepat dengan kondisi yang tepat. Selain dari pada itu pendekatan pembelajaran juga memiliki kerakteristik yang dapat digunakan antara lain.

  • Indetifikasi, menetapkan sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin dicapai harus dilatari oleh lingkungan yang kali ini berpatok pada masyarakat.
  • Pemilihan cara paling efektif untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan.
  • Menentukan langkah yang akan dicapai mulai dari awal hingga akhir, dengan tujuan agar mudah dalam memantau kinerja.
  • Menetapkan criteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan.

Karekteristik yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam pembelajran dan dapat menepatkan pendekatan pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat anda putuskan sendiri menginggat kemampuan  dari setiap sumber daya dan lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita. Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan bersama.

Adapun fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

  • Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
  • Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
  • Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
  • Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul.
  • Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

2.2       Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran dalam proses belajar mengajar

Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter  siswa, kurikulum dan meteri pembelajaran. Sehingga seorang pendidik harus tahu jenis-jenis pendekatan pembelajaran dan pemahamannya. Adapaun jenis-jenis pendekatan pembelajaran antara lain :

Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:

  1. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya.
  2. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
  3. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
  4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
  5. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual :

  1. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
  2. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
  3. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Parapeserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
  4. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.

Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:

  1. Memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat.
  2. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok.
  3. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan.
  4. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru.
  5. Memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
  6. Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada.
  7. Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru.M
  8. emberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik.
  9. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.

Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:

  1. Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
  2. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
  3. Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
  4. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibinauntuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.

Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakanuntukkepentinganpengajaran.

Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.

Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.

Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.

Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.

Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005).

Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.

Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan. Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

  1. (Student-centred learning)

SCL lebih merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru.Dalam pendekatan SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah didapatkan sebelumnya.

  1. Pembelajaran aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1)      Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,

2)      Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran,

3)      Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran,

4)      Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,

5)      Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Contohnya kita bisa lihat pada salah satu teknik pembelajaran aktif yaitu Exam questions writing : Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran tidak hanya diperolehdengan memberikan ujian atau tes. Meminta setiap siswa untuk membuat soal ujianatau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa mencerna materi pelajaranyang telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa membahas dan memberikomentar atas beberapa soal yang dibuat oleh siswa di depan kelas dan/ataumemberikan umpan balik kemudian.

  1. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan berfokus pada pembelajaran secara mendalam dengan pengalaman yang relevan, materi pembelajaran terintegrasi, dan disusun sendiri oleh siswa.

Contohnya: Guru memberikan data mentah dan materi-materi yang interaktif, setelah itu mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon, sehingga siswa terdorong berpikir tingkat tinggi dan terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa

  1. Contextual Teaching and Learning

Merupakan suatu pendekatan yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara dan tenaga kerja. CTL menekankan pada berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, dan pengumpulan, penganalisisan, pensitesisan informasi dan data dari berbagai sumber titik pandang.

Contohnya: membantu para siswa dalam belajar bagaimana memonitor belajar mereka sendiri. CTL ini sesuai dengan ungkapan: Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian hantarkan mereka dari dunia kita ke dunia mereka kembali.

Pendekatan yang bercirikan pada struktur tugas, struktur tujuan dan penghargaan (reward). Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini dua atau lebih individu bekerjasama, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya pada model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, guru meminta anak didik berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Setelah itu guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan tentang apa yang telah didiskusikannya.

Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Contohnya: guru kreatif dalam variasi metode mengajar dan membuat alat peraga, siswa juga diajak dan diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan ide atau gagasannya.

Kata kunci pendekatan inquiry adalah menemukan sendiri, yaitu pendekatan yang pembelajarannya mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah. Sedangkan pendekatan discovery hampir sama dengan inquiry, tetapi anak menemukan sendiri dari materi yang telah diberikan kepada mereka sebelumnya.

Contoh: inquiry discovery dengan pembelajaran terbimbing  adalah sebagai berikut (1) guru menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa dan memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan; (2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (3) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; (4) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok; (5) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.

Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk mampu memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang dipelajari.

Contohnya guru memberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan, lalu siswa diminta untuk memahami masalah terlebih dahulu, setelah dipahami masalah itu dirumuskan, mengajukan beberapa alternative pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih solusi yang lebih tepat sehingga masalah dapat diselesaikan.

Problem Based Learning  (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Contohnya: seorang guru meorientasikan anak didik kepada masalah, setelah itu mengorganisasikan anak didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah tersebut.

2.3       Rancangan Implementasi Pendekatan Pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Dalam merancang implementasi pendekatan pembelajaran, harus disesuaikan dengan perubahan kurikulum yang sedang berlasung. Karena pendekatan akan lebih efektif dan efisien ketika pendekatan tersebut lebih cepat mewujudkan tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ada.

Salah satu kurikulum yang sedang hangat-hangatnya diterapkan pada masa sekarang adalah Kurikulum tahun 2013 (K13). Untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang cocok dalam kurikulum 2013 dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
  2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
  3. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Berikut adalah contoh rancangan dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M) dalam kurikulum 2013 yaitu :

Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:

  1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
  2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
  3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
  4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
  5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
  • Pendekatan berbasis masalah

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

  1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
  2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
  3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
  • Pendekatan Berbasis Proyek

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

  1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
  2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
  3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
  4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
  5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
  • Pendekatan berorientasi pada siswa

Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) bukan pendekatan baru di dunia pendidikan, tetapi memang Pembelajaran Berpusat Pada Siswa Baru bagi dunia pendidikan Indonesia. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa  (Student Centred Learning) merupakan pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013 tertuang secara jelas dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Pada dokumen regulasi tersebut Pembelajaran Berpusat Pada Siswa  (Student Centred Learning) sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013 perlu diikuti dengan penyempurnaan pola pikir (mindset) sebagai berikut (Permendikbud No. 70 Thn 2013) :

Perubahan dari pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya) pada Pembelajaran Kurikulum 2013.  Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;

Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) pada Pembelajaran Kurikulum 2013. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) pada Pembelajaran Kurikulum 2013. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia pada Pembelajaran Kurikulum 2013. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik pada Pembelajaran Kurikulum 2013. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ; dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis pada Pembelajaran Kurikulum 2013 .

Dengan penerapan pendekatan-pendekatan di atas secara terpadu, proses pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) pada pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang menguasai 4 (empat) kompetensi inti lulusan yaitu :

  1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

    4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Prinsip Dasar Pembelajaran berpusat pada siswa

Pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning) yang menjadi ciri pembelajaran kurikulum 2013 merujuk pada teori constructivism yang menempatkan siswa sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang memerlukanberbagai aktifitas / kegiatan untuk mengembangkannya menjadi pemahaman yang bermakna terhadap sesuatu hal. Dalam pandangan pembelajaran kurikulum 2013 ini siswa perlu dan harus terlibat mengkonstruksi pemahaman melalui penalaran oleh diri sendiri maupun dalam kelompok diskusi atau suatu kelompok kecil yang membahas suatu materi belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam proses membangun pengetahuan tersebut.

Pada pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning) ini siswa mengambil tanggung jawab yang lebih untuk memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Tugas belajar yang harus mereka selesaikan bersifat lebih terbuka dan menantang untuk dikuasai (boleh jadi mempunyai varian penyelesaian tergantung pada situasinya). Siswa lebih terlibat jauh dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi (high order thinking). Dalam pendekatan ini siswa secara berdiskusi dengan kelompoknya mengeksplorasi secara mandiri terhadap suatu permasalahan.

Di dalam implementasi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) yang sesuai pendekatan-pendekatan berikut harus dipenuhi agar lebih menjamin implementasi yang tepat. Pendekatan-pendekatan yang penting adalah:

  • Siswa harus jelas apa yang mereka butuhkan untuk dicapai.
  • Mereka harus melihat belajar sebagai sesuatu yg bermakna.
  • Bimbingan (atau panduan) harus disediakan untuk membantu siswa mencapai hasil yang diinginkan
  • harus ada kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dari berbagai sumber belajar.

BAB III

PENUTUP

3.1       Simpulan

Pendekatan adalah cara umum dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian, dalam hal ini adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran  yang masih dalam arti umum  yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi

Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter  siswa, kurikulum dan meteri pembelajaran. Sehingga seorang pendidik harus tahu jenis-jenis pendekatan pembelajaran dan pemahamannya. Adapaun jenis-jenis pendekatan pembelajaran antara lain :

  1. Pendekatan Individual
  2. Pendekatan Kelompok
  3. Pendekatan Bervariasi
  4. Pendekatan Edukatif
  5.  Pendekatan Keagamaan
  6. Pendekatan Kebermaknaan
  7. Pendekatan Deduktif
  8. Pendekatan Induktif
  9. (Student-centred learning)
  10. Pembelajaran aktif (Active Learning)
  11. Pendekatan Konstruktivisme
  12. Contextual Teaching and Learning
  13. 13. Cooperative Learning
  14. 14. Creative Learning
  15. Inquiry dan Discovery
  16. 16. Problem Solving
  17. Problem Based Learning

Dalam merancang implementasi pendekatan pembelajaran, harus disesuaikan dengan perubahan kurikulum yang sedang berlasung. Karena pendekatan akan lebih efektif dan efisien ketika pendekatan tersebut lebih cepat mewujudkan tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ada. Berikut adalah contoh rancangan dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M) dalam kurikulum 2013 yaitu :Pendekatan Inkuiri, Pendekatan berbasis masalah, Pendekatan Berbasis Proyek, Pendekatan berorientasi pada siswa.

3.2       Saran

Dari makalah  yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari  bahwa makalah  ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi penulis berharap kritik yang bersifat membangun, untuk perbaikan dan kesempuraan dari makalah ini.

Selain itu penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami dan memperhatikan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan kurikulum yang semakin berkembang dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Thursan, 2000. Belajar secara efektif (panduan menemukan teknik belajar, memilih jurusan, dan menentukan cita-cita. Penerbit : Jakarta : Puspa Swara.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim penyusun, 2013. Peraturan Pemerintah Pendidiakan dan Kebudayaan. (Permendikbud No. 70 Thn 2013)

___________, 2003. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA