Pencetus gagasan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibangun bersebelahan adalah

1. Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral

Di samping sebagai ikon kebhinekaan, pembangunan terowongan ini berfungsi memudahkan akses jamaah antar bangunan rumah ibadah untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir tanpa mengganggu arus lalu lintas.

Page 2

Terpopuler

2

Siswanya Diprovokasi, Guru Turun Tangan Cegah Tawuran

3

2 Kapolsek Berhijab di Polda Metro Jaya, Nomor 1 Peraih Adhi Makayasa

Page 3

Terpopuler

2

Siswanya Diprovokasi, Guru Turun Tangan Cegah Tawuran

3

2 Kapolsek Berhijab di Polda Metro Jaya, Nomor 1 Peraih Adhi Makayasa

Lihat Foto

KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO

Suasana Masjid Istiqlal selepas ibadah Shalat Jumat, Jumat [9/4/2021]

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Istiqlal bukan hanya sekedar bangunan megah yang digunakan umat Islam untuk beribadah. Lebih dari itu, masjid yang terletak Jakarta Pusat ini juga menjadi bentuk rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia serta simbol toleransi antar umat beragama.

Kepala Sub Bagian Humas Masjid Istiqlal Nur Khayin menceritakan, ide pembangunan Masjid Istiqlal muncul sejak era awal kemerdekaan Indonesia

"Dimulai ketika penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda tahun 1949. Lalu tahun 1950 ada ide untuk mendirikan masjid yang besar atas rasa syukur kemerdekaan," kata Nur Khayin saat ditemui Kompas.com di Masjid Istiqlal, Senin [19/4/2021] kemarin.

Baca juga: Kisah Ironis Friedrich Silaban, Hidup Susah Usai Rancang Masjid Istiqlal yang Monumental

Kata "Istiqlal" yang diambil dari bahasa Arab memiliki arti merdeka. Karena itu, kata tersebut dipilih sebagai rasa syukur sekaligus simbol kemerdekaan.

Nur Khayin menceritakan, saat itu ide awal pendirian masjid ini datang dari Menteri Agama KH Wahid Hasyim bersama tokoh Islam Anwar Tjokro Aminoto.

Pada 1954, ide untuk membangun Masjid Istiqlal semakin matang dan akhirnya disampaikan kepada Presiden Soekarno.

"Ide ini pun mendapat sambutan yang hangat dari Presiden Soekarno. Bahkan Presiden Soekarno juga ikut memimpin langsung menjadi panitia," ujar Nur Khayin.

Pada 1954, sayembara untuk merancang arsitektur Masjid Istiqlal dimulai. Menurut Nur, saat itu da 30 arsitek yang ikut mendaftar. Namun, hanya 22 yang akhirnya menyerahkan berkas.

Dewan juri akhirnya menetapkan seorang arsitek nasrani, Friedrich Silaban, sebagai pemenang sayembara. Meski nonmuslim, tetapi Friedrich Silaban dianggap bisa memadukan unsur Islam dan nasionalisme dalam rancangannya.

Misalnya kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, 1945. Terdapat ukiran ayat kursi yang melingkari bagian dalam kubah.

Kenapa Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Dibangun Berdampingan? Ini Tiga Alasannya

Pernah gak sih terbesit pertanyaan “kenapa ya kok Masjid Istiqlal dibangun tepat berdampingan dengan Gereja Katedral? Emangnya gak mengganggu ibadah satu sama lain ya? Pertanyaan itu sempat mampir di pikiran saya dan membuat saya mencari jawabannya. Sebenarnya, pembangunan Gereja Katedral dilakukan sebanyak dua kali. Pada kali pertama terjadi di tahun 1808. Dirintis oleh Pastor Nelissen dan Pastor Prinsen.

Awalnya, Gereja Katedral hanya berupa dinding rakitan bambu yang dihibahkan dari pemerintah Belanda. Karena dana yang kurang mencukupi, renovasi besar-besaran gereja ditunda. Gereja seluas 8×32 tersebut sayangnya terbakar bersamaan rumah pedagang Tionghoa pada tanggal 27 Juni 1826. Peristiwa tersebut mendorong untuk pembangunan Gereja Katedral kali kedua di tahun 1891 dengan luas 60×20 yang awalnya bernama Gereja St Maria Diangkat ke Surga dan berubah nama menjadi Gereja Katedral. Kemudian, diresmikan pada tahun 1901.

Sedangkan Masjid Istiqlal, diawali dengan sayembara arsitek pembangunan. Frederick Silaban, seorang Protestan yang memenangkan sayembara. Kemudian, terjadi kontrovesi tata letak masjid. Bung Karno dan Bung Hatta sempat berbeda pendapat. Akhirnya, singkat cerita peletakan batu pun dilakukan pada tahun 1951. Bung Hatta mengikuti pendapat Bung Karno yang mengarahkan untuk membangun Masjid Itiqlal tepat berhadapan dengan Gereja Katedral. Nah, Kembali ke persoalan awal, kira-kira apa sih yang melatarbelakangi peletakan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berhadapan?

Pertama, Bung Karno menghendaki bahwa tata letak pembangunan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berhadapan tersebut menjadi simbol toleransi antar agama di Indonesia. Ternyata, sikap toleransi yang tinggi dari seorang pemimpin Negara berpengaruh besar dan menentukan regulasi Negara. Apresiasi terhormat untuk pemimpin pertama Negara kita yaitu Bapak Ir. Soekarno yang memberikan teladan baik kepada kita untuk mengimplementasikan sikap toleransi di masyarakat.

Kedua, sikap toleransi dari umat muslim dan katolik telah menyumbang banyak suara perdamaian antar agama. Tanpa sikap toleransi yang berasal dari umat masing-masing agama tersebut maka dapat menimbulkan demo besar-besaran atau bahkan ledakan bom hingga detik ini. Namun faktanya tidak terjadi. Artinya sikap toleransi yang dijunjung tinggi dan diterapkan dapat menghapus segala pergeseran sebab agama maupun politik. Walaupun, dulu pada tahun 2000 sempat terjadi ledakan bom saat Misa Malam Natal di pagar Katedral. Selain itu, sikap toleransi yang ditunjukkan oleh umat dari masing-masing agama adalah penggunaan halaman masjid Katedral saat diadakannya beberapa acara besar dalam Islam.

Ketiga, setelah Bung Karno menghendaki bahwa peletakan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berhadapan tersebut menjadi simbol toleransi umat bergama, maka diharapkan tidak hanya agama saja yang toleransi, akan tetapi juga antar umatnya sehingga mampu menjaga kerukunan dan perdamain. Didukung dengan watak dan karakteristik warga Indonesia yang cenderung ramah dan saling menghargai.

Nah, apakah sejarah peletakan pembangunan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tersebut masih membuat kita untuk tidak saling menghargai dan menjaga kerukunan? Marilah saat ini hilangkan perasaan fanatik akan kebenaran diri sendiri atau kelompok sendiri dengan mengesampingkan orang lain maupaun komunitas lain. Karena memang sejarah juga sudah memberikan contoh dan teladan toleransi yang baik.

Terpopuler

3

Viral Video Horor Kemacetan Arus Mudik Lebaran 2022, Begini Faktanya

4

Oknum Polisi di Bogor Peras Pengendara yang Kena Tilang Rp2,2 Juta

5

Kronologis Oknum Polisi Peras Pengendara Rp2,2 Juta sebagai Denda Tilang

Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis [15/12]. Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. [Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan]

Dikenal sebagai bangsa dengan nilai toleransi yang tinggi, masyarakat di Indonesia amat menghargai indahnya perbedaan. Di Ibukota, keindahan toleransi tersebut disimbolkan dengan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibangun bersebelahan.

Sejak pertama kali dicetuskan gagasan untuk membuat masjid terbesar di Indonesia, Presiden Soekarno sudah memiliki ide untuk membangun Masjid Istiqlal berdekatan dengan Gereja Katedral yang telah dibangun lebih dulu pada tahun 1901.

Saat itu Soekarno menghendaki Masjid Istiqlal dibangun berdampingan dengan Gereja Katedral untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai dasar negara Indonesia, yakni Pancasila.

Indahnya perbedaan juga terlihat dari arsitek yang mendisain Masjid Istiqlal, yakni Fredrerich Silaban, yang beragama Kristen Katolik. Disain masjid Frederich yang bertemakan ketuhanan membuatnya menjadi juara dalam sayembara rancangan Masjid Istiqlal pada tahun 1955.

Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis [15/12]. Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. [Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan]

Sejak keduanya dibangun berdampingan, toleransi antar umat beragamanya patut diancungi jempol. Toleransi tersebut kerap ditunjukkan khususnya pada hari besar keagamaan.

Setiap hari raya Idul Fitri, umat Nasrani dengan senang hati merelakan halaman Gereja Katedral sebagai tempat parkir kendaraan jemaah yang akan beribadah di Masjid Istiqlal. Begitu juga saat perayaan Paskah dan Natal. Pengurus masjid mempersilahkan umat Kristiani untuk memarkirkan kendaraannya di halaman masjid.

Baru-baru ini solidaritas juga terlihat saat umat Muslim melaksanakan aksi Bela Islam 112 yang berpusat di Masjid Istiqlal. Pasangan pengantin yang akan melaksanakan pernikahan di Gereja Katedral mendapatkan pengawalan oleh peserta aksi.

Melihat kendaraan yang ditumpangi pasangan Asido dan Felicia yang kesulitan menembus kerumunan massa, membuat sejumlah peserta aksi turun tangan dan mengawal pasangan tersebut hingga halaman Gereja Katedral.

Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis [15/12]. Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. [Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan]

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA