Pada tahun berapa persatuan sepak bola seluruh indonesia dibentuk

TRIBUNNEWSWIKI.COM - PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) adalah organisasi yang bertanggung jawab mengelola sepak bola di Indonesia.

PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia.

PSSI didirikan oleh tujuh klub Bumiputra, yakni Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB/Persebaya), Voetbal Indonesische Jakarta (VIJ/Persija), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB/Persib), Persatuan Sepakbola Mataram (PSM Yogya), Voerslandsche Voetbal Bond (VVB/Persis Solo), Madioensche Voetbalbond (VVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM/PPSM Magelang). (2)

Ketua umum pertama PSSI adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo yang sekaligus sebagai penggagas berdirinya PSSI.

Sudah 91 tahun yang lalu PSSI lahir dan menjadi wadah organisasi sepakbola di Indonesia.

Baca: Evan Dimas

Baca: Bambang Pamungkas

PSSI terbentuk pada tanggal 19 April 1930 di Solo, awal mulanya organisasi ini bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia.

Organisasi yang lahir pada Zaman penjajahan Belanda ini didirikan oleh seorang insyinyur sipil bernama Soeratin Sosrosogondo. (2)

Soeratin bekerja di sebuah perusahaan bangunan Belanda bernama ‘’Sizten en Lausada’’ yang memiliki kantor pusat di Yogyakarta.

Di perusahaan tersebut, Soeratin adalah satu-satunya orang Indonesia yang menduduki jajaran petinggi perusahaan konstruksi tersebut.

Baca: Stadion Sriwedari

Namun, adanya dorongan sangat tinggi dari jiwa nasionalisnya, Soeratin muda mengundurkan diri dari perusahaan besar tersebut.

Pascamundur dari perusahaan Belanda tersebut, Soeratin memilih untuk menyibukkan diri dengan aktif dalam pergerakan, Soeratin yang hobi sepak bola membuat ia memutuskan untuk menjadikan olahraga bola tersebut sebagai sarana terbaik dalam menumbuhkan nasionalisme pada kalangan pemuda untuk menentang Belanda. (2)

Setelah itu, Soeratin melakukan berbagai pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola yang ada di Bandung, Solo dan juga Yogyakarta.

Pertemuan pada saat itu tidak semudah melakukan pertemuan di masa sekarang ini, Soeratin harus melakukan pertemuan dengan kontak pribadi untuk menghindari sergapan Polisi Belanda atau PID.

Pertemuan yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil dengan diadakanya pertemuan di hotel kecil di Jakarta, bersama Soeri- ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) disertai pengurus yang lainnya.

Hasilnya pun, memutuskan untuk dilakukan pematangan gagasan perlunya pembentukan sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan. (2)

Dari pertemuan berbagai organisasi penting di masa tersebut, maka lahirlah PSSI (Persatuan Sepakraga Seloeroh Indonesia) sekaligus menetapkan Ir Soeratin sebagai ketua Umum PSSI pertama.

Nama PSSI pun resmi berubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia pada kongres di Solo tepatnya pada tahun 1950.

Pasca terbentuknya PSSI, Soeratin beserta jajaranya pun bergegas menyusun program yang bisa dibilang ‘’menentang’’ berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda melalui NIVB. (2)

Untuk memanfaatkan potensi yang besar dari sepak bola, PSSI telah merumuskan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) yang dituangkan dalam buku Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia.

Suasan Timnas Indonesia U-19 saat menjalani Pemusatan Latihan di Kota Split, Kroasia. (Dokumen PSSI)

Filanesia adalah sebuah filosofi yang akan menjadi fondasi dan karakter sepak bola Indonesia, baik untuk pembinaan usia dini sampai profesional dari segi individu maupun tim.

Filosofi ini telah menjadi salah satu perhatian khusus kepengurusan PSSI periode 2016-2020.

Di bawah komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo, langkah awal pembentukan filosofi ini dilakukan sejak awal tahun 2017 di mana gaya sepak bola khas Indonesia ini sudah menjalani studi, praktek lapangan, diskusi panel, dan seminar dengan seluruh pelatih Liga 1, praktisi olahraga, dan personel teknis lainnya.

Baca: Boaz Solossa

Filosofi ini akan memberikan panduan dalam hal lingkup sepak bola, seperti penjenjangan latihan berdasarkan usia, pengembangan teknik pemain, dan ciri-ciri bermain di lapangan. (1)

1. Soeratin Sosrosoegondo 1930 - 19402. Artono Martosoewignyo 1941 - 19493. Maladi 1950 - 19594. Abdul Wahab Djojohadikoesoemo 1960 - 19645. Maulwi Saelan 1964 - 19676.Kosasih Poerwanegara 1967 - 19747. Bardosono 1975 - 19778. Ali Sadikin 1977 - 19819. Sjarnoebi Said 1982 - 198310. Kardono 1983 - 199111. Azwar Anas 1991 - 199912. Agum Gumelar 1999 - 200313. Nurdin Halid 2003 - 201114. Djohar Arifin Husin 2011 - 201515. La Nyalla Mattalitti 2015 - 201616. Edy Rahmayadi 2016 - Januari 201917. Joko Driyono Januari - Maret 201918. Iwan Budianto Maret - November 2019

19. Mochamad Iriawan November 2019 - Sekarang (1)

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan (kiri), bersama calon pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong. (MEDIA RESMI PSSI)

Piala AFC U-19 (1): 1961

Piala Pelajar Asia U-18 (4): 1984, 1985, 1994, 1996

Piala Pelajar Asia U-15 (2): 2009, 2011

SEA Games (2): 1987, 1991

Piala AFF U-19 (1): 2013

Piala AFF U-16 (1): 2018

Piala AFF U-22 (1): 2019

(Tribunnewswiki.com/Khairul)

Soeratin sedang memberikan pidatonya di Stadion Sriwedari, Solo, saat pembukaan kompetisi PSSI tahun 1943. (Repro Bola.com/Dok. Koran Pemandangan)

Bola.com, Jakarta - Hari ini, PSSI menginjak usia yang ke-92 tahun, Senin (19/4/2022). Begitu panjang cerita perjalanan dari induk organisasi sepak bola Indonesia, bahkan sebelum negara ini merdeka.

Sejarah sepak bola Indonesia tak bisa dilepaskan dari pergerakan Sumpah Pemuda. Dorongan mendirikan PSSI berasal dari anak-anak muda yang terlibat dalam deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

PSSI resmi berdiri 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Di awal berdirinya organisasi olahraga yang satu ini dijadikan wadah bagi pemuda-pemuda seantero Tanah Air untuk melakukan perlawanan menghadapi penjajah Belanda lewat medium sepak bola.

Tokoh muda, Ir Soeratin Sosrosoegondo, berperan besar di awal masa berdirinya PSSI. Sebagai pemuda yang gemar bermain sepak bola, Soeratin melihat bahwa organisasi sepak bola menjadi medium yang pas untuk mendorong pergerakan Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928. Bal-balan menjadi olahraga yang amat populer saat itu. Banyak pemuda memainkannya.

Soeratin yang dikenal sebagai pribadi yang kritis intens mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan secara rahasia untuk menghindari sergapan Polisi Belanda.

Berita Video, Jadwal Lengkap Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2021

Patung Soeratin, pendiri PSSI di depan Balai Persis Solo, tempat digelarnya Kongres PSSI pertama periode 1930-1940. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Sebuah pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, mencapai kata sepakat perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional.

Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno.

Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Ending-nya Soeratin beserta sejumlah tokoh muda menggelar pertemuan pada tanggal 19 April 1930.

Pertemuan ini dihadiri wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond  (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji).

Dari rapat tersebut, mencuat kesepakatan bersama untuk  mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh  Indonesia.

Nama PSSI lalu diubah dalam kongres organisasi yang dihelat di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Soeratin sebagai ketua umumnya.

Timnas Indonesia dengan sebutan Hindia Belanda saat Piala Dunia 1938 di Prancis. (AFC)

Berdirinya PSSI langsung diikuti dengan keikut sertaan Indonesia ikut berpartisipasi di Piala Dunia 1938 Prancis. Keinginan untuk terlibat di perhelatan akbar sepak bola dunia ini menyisakan kontroversi, mengingat kala itu Indonesia masih menjadi negara jajahan Belanda. Republik Indonesia belum berdiri.

Indonesia berlaga di turnamen ini dengan nama Dutch East Indies (Hindia Belanda) setelah lolos dari babak kualifikasi tanpa harus bertanding. Kualifikasi Zona Asia hanya diwakili oleh Indonesia dan Jepang, nama terakhir mengundurkan diri karena sedang berada dalam situasi perang dengan Cina.

Sesuai yang dikutip dari situs stay4liv diceritakan pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau Organisasi Sepak Bola Hindia-Belanda di Batavia bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia) yang telah berdiri 19 April 1930.

PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, ingin pemain mereka yang dikirimkan. NIVU dan PSSI kemudian membuat kesepakatan pada 5 Januari 1937, salah satu butirnya yakni dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia atau semacam seleksi tim.

Sayang, NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. Konon, NIVU melakukannya karena tak mau kehilangan muka, karena PSSI masa itu memiliki tim yang kuat, termasuk kipernya yaitu R. Maladi.

Soeratin marah besar atas hal ini. PSSI lantas membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU saat Kongres PSSI di Solo pada 1938.

Ditangani pelatih Johannes van Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia-Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.

Sulit untuk mengetahui secara pasti daftar susunan pemain Hindia-Belanda yang ikut bertanding, mengingat ketika itu Tim Hindia-Belanda hanya melakukan satu kali pertandingan dan juga minimnya pencatatan informasi pada masa itu.

Namun yang resmi tercatat oleh FIFA adalah sebagai berikut: Mo Heng Tan (penjaga gawang), Achmad Nawir (kapten), Hong Djien Tan, Frans Meeng, Tjaak Pattiwael, Hans Taihuttu, Suvarte Soedarmadji, Anwar Sutan, Henk Sommers, Frans Hukon, dan Jack Samuels.

Sementara itu di bangku cadangan pemain-pemain yang ikut ambil bagian antara lain: J. Harting (kiper), Mo Heng Bing, Dorst, Teilherber, G. Faulhaber, R. Telwe, See Han Tan, dan G. Van den Burgh.

Kesebelasan Hindia Belanda (NIVU) saat tampil di Piala Dunia 1938. (Istimewa)

Skuat Hindia Belanda berangkat pada tanggal 18 Maret 1938 menggunakan Kapal MS Johan van Oldenbarnevelt dari Tandjong Priok, Batavia menuju Belanda.

Tim Hindia-Belanda pun akhirnya tiba di Pelabuhan Rotterdam setelah terombang-ambing oleh badai petir selama 3 bulan. Untuk memulihkan kondisi fisik dan mental, mereka melakukan beberapa pertandingan uji coba. Surat kabar Sin Po (yang selalu menyebut NIVU sebagai Tim Indonesia) intens melaporkan perjalanan NIVU ke Eropa.

Sin Po edisi 26 Mei 1938 memberitakan van Bommel dari NIVU telah menghadap Menteri Urusan Tanah Jajahan yang akan menerima Tim Indonesia pada 31 Mei.

Sin Po 27 Mei 1938 memberitakan hasil pertandingan Indonesia melawan HBS, skor 2-2. Edisi 28 Mei 1938, dilaporkan bahwa Mo Heng (kiper) cedera sehingga diragukan bisa tampil di Prancis, juga bahwa Tim Indonesia menyaksikan pertandingan Liga Belanda antara Heracles melawan Feyenoord.

Selanjutnya Sin Po 2 Juni 1938 melansir, Indonesia menang atas klub Haarlem dengan skor 5-3. Mereka bermain dengan formasi 2-2-6, sebuah strategi yang berorientasi menyerang.

Strategi inilah yang telah mereka siapkan untuk melawan Hongaria, lawan pertama mereka, yang begitu dijagokan di Piala Dunia 1938. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju Paris dengan kereta api diiringi oleh yel-yel dari sekelompok suporter, antara lain nyanyian “Kora kora, nee” yang mirip dengan nyanyian “Ole, ole, ole” yang populer sekarang ini.

5 Juni 1938, pukul 17.00 waktu setempat, tibalah saatnya pertandingan antara Hongaria dan Hindia-Belanda. Pertandingan berlangsung di Velodrome Municipal di kota Reims, 129 km dari Paris, dihadiri oleh sekitar 9.000 penonton dan wartawan dari 27 negara berbeda.

Sebelum kick-off, para pemain Hindia-Belanda lupa melakukan kegiatan ritual mereka, seperti Mo sang kiper yang lupa menepuk-nepuk kedua tiang gawang, dan si gelandang kidal “Boedie,” yang melupakan kebiasaannya membulat-bulatkan rumput lapangan dengan jarinya terus menerus sampai berair, dan menghirupnya.

Mereka pun bermain dengan formasi menyerang 2-2-6, namun tak bisa berbuat banyak. Baru 13 menit permainan berjalan, gawang Mo Heng sudah berhasil dibobol penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Disusul gol-gol lainnya di menit 15, 28, dan 35.

Babak pertama berakhir 4-0, namun dua gol lagi berhasil disarangkan pemain Hongaria ke gawang Hindia-Belanda yang menjadikan skor akhir 6-0. Tim NIVU harus menyudahi petualangan di World Cup lebih dini, karena turnamen akbar garapan FIFA kala itu menggunakan sistem format knock-out.

Momen Piala Dunia 1938 jadi bukti kongkrit perlawanan anak-anak muda bangsa lewat corong PSSI untuk mendorong kemerdekaan bangsa kita. Selamat Sumpah Pemuda!

*) Tulisan pernah dimuat di Bola.com pada 19 April 2017 dengan judul 5 Peristiwa Fenomenal Sepanjang 87 Tahun Usia PSSI

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA