Pada permainan menirukan burung bangau yang menjadi pemenangnya adalah

Oleh Aneh Unik Oktober 27, 2012

Mencuri istri orang versi suku wodaabe sangat menyita perhatian saya saat menonoton taboo di tv kabel. betapa tidak, dalam kehidupan sekarang ini, apakah terpikirkan jika hal tersebut benar tejadi? seperti yang kami kutip dari surabaya post online, Sekelompok laki-laki berpostur ramping dengan garis wajah simetris berdiri berjajar sambil menari menirukan gerakan burung bangau. Para lelaki itu semuanya mengenakan makeup tanah liat berwarna mencolok, rata-rata kombinasi warna merah, kuning, dan putih.

Begitu tebalnya makeup para lelaki itu, sehingga wajah mereka seakan mengenakan topeng. Bibir mereka juga bergincu tebal, sebagian di antaranya ada yang mempertegas riasan di bagian wajah dengan gigi putih. Sekalipun tak menutup seluruh tubuh ramping para lelaki itu, namun pakaian yang mereka kenakan cukup berkilau. Aksesoris terbuat dari manik-manik makin menambah gaya penampilan kaum pria setengah telanjang itu, kontras dengan kulit mereka yang hitam legam.

Ya, para laki-laki itu adalah pemuda-pemuda suku Wodaabe yang hidup di Gurun Sahara kawasan Niger, Afrika. Di hadapan dewan juri yang semuanya adalah wanita, pemuda-pemuda Wodaabe itu betah menari berjam-jam untuk menarik perhatian dan berusaha menjadi pemenang.


“Mereka sedang mengikuti festival ketampanan yang dinamakan Gerewol. Itu untuk menghormati kesuburan dan air di wilayah pinggiran Sahara Afrika yang kering,” tutur Mette Bovin, antropolog Denmark yang meneliti suku Wodaabe sejak tahun 1970. Mungkin sahabat anehdidunia.com sudah sering membaca hal ini yang sering diberi judul kontes kegantengan atau apalah di blog lain. Kemudian, warna-warna mencolok yang mereka pakai adalah warna simbolis, lanjut Bovin. Merah kekuningan di wajah dikaitkan dengan darah dan kekerasan, hanya bisa dipakai untuk acara tertentu. Sedangkan tanah liat kuning yang digunakan sebagai makeup wajah, merupakan warna sihir dan menyimbolkan perubahan. “Sementara warna hitam yang dipakai untuk menggelapkan bibir dan mempertegaskan mata adalah warna favorit suku Wodaabe, terutama karena sangat bertentangan dengan warna putih, yang mereka anggap sebagai warna simbol kehilangan dan kematian,” kata Bovin, penulis buku Nomads Who Cultivate Beauty.

Dia menambahkan, agar semakin bagus, maka gincu bibir harus dibuat dari tulang burung bangau. Mereka lantas menyanyi dengan menggetarkan bibir dan menari ala burung bangau. “Lipstik bangau” itu diharapkan dapat membuat mereka benar-benar menjiwai unggas yang menurut suku Wodaabe, adalah lambang karisma dan keagungan.

Lantas, apa hadiah bagi pemenang festival ganteng-gantengan itu? Hadiahnya adalah menjadi kekasih dewan juri. Ya, para wanita yang tergabung dalam dewan juri, masing-masing memilih jagoannya lantas berwenang memacari “sang jago”, sekalipun mereka sudah bersuami atau memiliki kekasih laki-laki lain. Tetapi perjodohan model selingkuh-selingkuhan seperti itu tidak hanya terbatas antara juri dan juara. "Anda menari Gerewol untuk mendapatkan kekasih, meskipun anda harus mencuri istri orang lain," kata Djao, seorang peserta Gerewol. Djao melanjutkan, dia bertemu istri keduanya, Tembe pada Gerewol yang diadakan sebelumnya. "Anda dapat menikahinya atau berpacaran." Di bagian lain, Tembe juga sedang mencari pasangan. "Saya sudah melihat tiga pria yang saya sukai."

“Adat suku Wodaabe memang tidak mempermasalahkan jika ada warganya yang mengesampingkan janji pernikahan di Gerewol, untuk sementara waktu atau selamanya,” kata Direktur Human Planet BBC, Tuppence Stone. "Pernikahan pertama diatur saat pria dan wanita masih sangat muda, jadi Gerewol adalah kesempatan untuk berpacaran," lanjutnya. Kebudayaan Wodaabe tidak mengenal poligami. Menikahi pasangan baru berarti meninggalkan yang lama. Sementara di acara taboo di kabel tv menjelaskan bahwa jika si juri yaitu si wanita sudah memilih pria yang disukai, meraka akan mengadakan perjanjian untuk bertemu secara sembunyi tanpa sepengetahuan si suami. jika hal tersebut terjadi, maka mungkin akan terjadi pertumpahan darah. 

Mendongeng menjadi salah satu cara yang tepat dalam menanamkan dan membangun karakter moral pada anak. Untuk para sahabat pendidik dan orangtua, berikut adalah tips singkat tentang mendongeng:

  1. Mendongeng bisa dilakukan oleh siapa saja, baik guru, orang tua, bahkan anak-anak. Pada dasarnya mendongeng sama saja dengan bercerita, hanya saja dongeng adalah cerita fiktif sedangkan cerita adalah bisa berupa kejadian nyata yang pernah terjadi.
  2. Mendongeng bisa dilakukan dengan menggunakan media, misal membacakan buku, wayang kertas, boneka, ataupun tanpa menggunakan media yaitu hanya menggunakan suara, ekspresi, dan gerak anggota badan.
  3. Mendongeng adalah seni tutur, yaitu seni dalam menyampaikan pesan moral. Sehingga suara kita harus diolah sedemikian rupa agar lebih enak didengar, yaitu melalui berlatih vokal.
  4. Pada dasarnya setiap orang memiliki 3 karakter suara, yaitu: 1)Suara biasa, digunakan untuk narasi dongeng, misalnya: “Adik-adik sekarang ibu akan bercerita, pada suatu hari disebuah hutan ada seekor harimau…” 2)Suara rendah, digunakan untuk karakter berbadan besar, seperti harimau, misalnya: “aummm… aku adalah harimau raja di hutan ini, aku merasa lapar sekali…” 3)Suara tinggi, biasa digunakan untuk karakter berbadan kecil, misalnya: “cuit.. cuit.. aku adalah burung merpati, aku suka bersahabat dengan siapa saja…
  5. Sebelum mendongeng, sebaiknya siapkan dongeng/cerita yang akan disampaikan.
  6. Ajak anak-anak untuk duduk menghadap kita atau setengah lingkaran atau sesuai kondisi yang nyaman.
  7. Awali dengan bernyanyi atau bermain tepuk tangan, agar anak fokus dan konsentrasi, misal: “Kalau kau suka hati tepuk tangan.. prok.. prok.. prok..”
  8. Lanjutkan dengan mendongeng semenarik mungkin, mainkan karakter suara, ekspresikan dengan mimik muka, sambil perhatikan kondisi pendengar
  9. Mendongeng tidak harus berdiri, bisa sambil duduk di kursi, bersimpuh, maupun bersila, carilah kondisi yang paling nyaman buat kita.
  10. Perlu diingat bahwa daya konsentrasi anak sangat terbatas, biasanya hanya 10 s.d 15 menit saja, jadi jangan mendongeng terlalu lama.
  11. Akhiri dengan menarik dan happy ending, tegaskan sekali lagi tentang pesan moral dongeng. Misal: “…..demikian dongeng tentang burung merpati sang penolong. Jadi adik-adik semua, kita bisa meniru merpati yang suka menolong binatang lain di hutan, agar kita memiliki banyak teman sahabat dan saudara.”

Contoh dongeng singkat.

Judul: Burung Merpati yang Suka Menolong

Pada suatu hari disebuah hutan yang lebat, hiduplah bermacam-macam binatang, mereka hidup damai dan saling berteman. Pada suatu malam datanglah seekor harimau yang tersesat dari lereng gunung. Harimau itu selalu mengaum mencari mangsa. “Aumm.. aummm… perutku lapar sekali..”

Setiap hari harimau selalu memangsa binatang-binatang dihutan dengan serakah hingga kekenyangan. Semua binatang ketakutan pada harimau.

Siang itu, datanglah seekor burung merpati, terbang berputar-putar dan hinggap didekat harimau, merpati menyapa dengan ramah, “pak harimau, apakah kamu tidak kasihan melihat teman-temanku kau makan setiap hari, lihatlah mereka semua ketakutan melihatmu.”

Harimau pun tertawa mengejek merpati, “Aumm… hahaha… hai burung kecil, aku akan memakan semua binatang dihutan ini termasuk kau juga.”

Merpati pun berpikir untuk memberi pelajaran kepada harimau serakah itu, merpati pun berkata, “pak harimau, tahukah kamu bahwa dagingku adalah yang paling enak dan lezat dihutan ini, kalau kau mau kejarlah aku.” Mendengar jika daging merpati adalah yang paling enak, harimau lalu berlari mengejar merpati. Burung merpati terbang dengan cepat, dan harimau pun tak mau kalah, ia berlari lebih cepat mengejar merpati. Tak disangka-sangka harimau berlari dan terperosok jatuh kedalam sungai.. ceburrr… “aauummmm… toloong.. tolong…” harimau itu hanyut kedalam air sungai yang mengalir deras.

Sejak saat itu, tidak ada lagi binatang serakah seperti harimau, semua penghuni hutan berterimakasih pada burung merpati.

Nah adik-adik, kita tidak boleh serakah seperti harimau, nanti bisa dijauhi oleh teman-teman kita, kita harus seperti burung merpati yang suka menolong dan membantu orang lain.”

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendongeng. Setiap orang memiliki gaya, teknik, ataupun media yang berbeda dalam mendongeng. Meskipun judul dan alur cerita bisa sama, setiap pendongeng akan menampilkan dan menginterpretasikan cerita secara berbeda. Tetapi yang paling penting adalah, bahwa mendongeng adalah suatu pengalaman berbagi dalam menyampaikan pesan-pesan moral secara mengasyikkan tanpa terkesan menggurui ataupun memerintah.

Tidak ada sebuah resep yang dapat dianggap paling manjur dalam mendongeng yang baik. Berlatih, membuat kesalahan, memperbaiki kesalahan, dan keinginan berbagi dengan pendengar, adalah pengalaman terbaik untuk mengasah dan mempertajam kemampuan mendongeng.

Saat terbaik dalam mengembangkan imajinasi dan memperluas minat anak adalah ketika ia mendengarkan cerita. Dari cerita, anak belajar mengenal manusia dan kehidupan serta dirinya sendiri. Melalui cerita-cerita yang kita sampaikan, anak meluaskan dunia dan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, mendongeng atau bercerita adalah hal yang sangat perlu kita lakukan, baik itu oleh guru, maupun orang tua.

Sebagian pendidik dan orang tua mengatakan tidak bisa mendongeng, tidak bisa membuat cerita, tidak bisa menirukan suara-suara binatang, dan berbagai alasan lain yang menganggap bahwa mendongeng itu susah.

Sebagian yang lain mengatakan pernah mendongeng, seminggu sekali, sebulan sekali, atau tidak tentu, bahkan ada yang mengatakan tidak pernah.

Para sahabat skalian,, ternyata mendongeng itu semudah kita berbicara. Berbicara yang baik dengan tujuan yang baik.

Berbicara yang baik, yaitu memiliki alur dari awal hingga akhir. Tempo berbicara memiliki irama dan tidak terburu-buru. Power suara dijaga sehingga tidak terkesan berbisik atau teriak-teriak.

Tujuan yang baik, yaitu memiliki pesan moral apa yang ingin disampaikan. Apakah ingin menyampaikan tentang pentingnya kejujuran, persahabatan, atau menghargai sesama.

Yang utama adalah materi dongengnya. Kita tidak harus bisa menirukan suara-suara binatang, ataupun memperagakan perilaku tokohnya. Tetapi, ada sedikit hal yang perlu diperhatikan, anak usia dini memiliki daya imajinasi yang kuat dan menyukai hal-hal yang unik. Jika kita meng-kombinasikan sajian dongeng kita dengan ilustrasi suara angin, ombak, suara ayam, sapi, ataupun harimau, tentu hal ini semakin menambah ketertarikan dan perhatian anak. Sehingga anak dapat mengikuti alur hingga selesai dan diharapkan dapat memahami pesan moralnya.

Misalnya,, : “Ibu punya cerita, pada suatu hari disebuah hutan yang luas, terdapat sebuah kerajaan binatang, disana tinggal berbagai macam binatang dan mereka hidup dengan rukun dan damai.”

wssshhhhhhhh…..[menirukan suara angin]….  kukuruyuuuukkkk…..[menirukan suara ayam] pagi itu semua binatang bengun dari tidurnya, termasuk raja harimau, aaauummmmm…[menirukan suara hatimau mengaum]… wah perutku terasa lapar, aku mau berburu makanan ditepi sungai sana.

Tiba-tiba, ada seekor tikus yang menghalangi langkah harimu, harimau pun marah dan berkata ,”Hei,, minggir kamu tikus, kau menghalangi langkahku.!” kemudian pak tikus diusir pergi, tetapi pak tikus tidak marah, dia tetap tersenyum.

Ketika harimau berjalan ditepi sungai, tiba-tiba kakinya menginjak perangkap dan badannya terikat oleh jaring yang dibuat oleh pemburu dihutan. Selama berhari-hari harimau terjebak tidak bisa keluar dari jaring itu, harimau kesakitan dan menangis. “aaauummm….[menirukan suara harimau yg menangis]

Suatu hari datanglah pak tikus, dia melihat harimau yang terjebak jaring. Pak Tikus pun segera menolong dengan cara menggigit satu persatu tali jaring itu. dan akhirnya harimau bisa terbebas dari jaringnya.

Harimau berkata “aauummm…. terimakasih pak tikus, engkau telah menyelamatkan aku, bukankah waktu itu aku telah berbuat jahat kepadamu karena engkau menghalangi jalanku pak tikus? aauummm….”, pak tikus menjawab “cit..cit..cit.. aku tidak marah pak harimau, aku suka menolong sesama binatang yang membutuhkan pertolonganku.” Harimau pun mengakui kesalahannya, dan sejak saat itu harimau dan tikus selalu bersahabat dan saling tolong menolong.

“Nahh,, demikian dongeng ibu, kita harus bisa membantu dan menolong teman kita yang membutuhkan pertolongan kita, seperti pak tikus yang suka menolong harimau dan binatang lain.”

(KakCatur-Jan2017)

Sunting

Salam Saha

bat Dongeng… ^_^

Kesulitan mencari moment yang pas untuk mendongeng di kelas bersama anak…???

Nah….jawaban yang tepat adalah “Circle Time”.

Untuk para sahabat pendidik PAUD, berikut adalah beberapa tips mendongeng pada saat circle time. Kira2 seperti apa yaaa….??

Seperti yang kita tahu bahwa dunia anak penuh dengan imajinasi dan khayalan, hal ini merupakan anugerah besar bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Anugerah itulah yang sebaiknya digunakan oleh sahabat sebagai pengantar pembelajaran ketika di kelas.

Imajinasi dan khayalan sebagai pengantar pembelajaran dapat diimplikasikan melalui kegiatan Mendongeng. Tentunya mendongeng yang menarik dan menyenangkan serta disesuaikan dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas.

Mendongeng adalah salah satu cara terbaik dalam menyampaikan sebuah pesan kepada anak-anak, tanpa perlu menasehati panjang lebar ataupun berteriak-teriak. Pesan yang penuh dengan nilai moral itu dapat dikemas sedemikian rupa dalam sebuah rangkaian kata-kata dan alur yang menarik dan membangkitkan daya imajinasi anak, sehingga anak dapat meresapi dan memahami cerita dan pada akhirnya pesan moral yang ingin disampaikan benar-benar berkesan dan dimaknai oleh anak.

Seperti disebutkan di awal, salah satu waktu yang tepat dalam mendongeng adalah pada saat circle time, karena masa peralihan dari waktu rumah dan waktu sekolah dimana anak masih membutuhkan adaptasi untuk menerima pembelajaran di kelas. Dengan dongeng ini diharapkan anak dapat mengetahui tema dan kegiatan belajar yang akan dilakukan selama di sekolah.

Terkadang guru masih bingung dan ragu untuk melakukan kegiatan mendongeng. Berikut ini akan disampaikan tips untuk para sahabat agar selalu siap mendongeng sebagai pengantar pembelajaran di kelas.

Sebelum bercerita, persiapkanlah ini:

  1. Siapkan satu tema cerita yang memiliki muatan nilai moral yang baik dan sebaiknya berkaitan dengan tema pembelajaran.
  2. Pilihlah cerita yang memiliki akhir yang menyenangkan atau “happy ending”, karena biasanya kita pun juga tidak suka jika cerita berakhir tragis maupun menyedihkan, meskipun sang pahlawan akhirnya meninggal misalnya “akhirnya sang ayam pun mati karena menyelamatkan harimau”, akan lebih baik jika “akhirnya sang ayam bisa menyelamatkan harimau, dan merekapun berteman dan menjadi sahabat baik selamanya”.

Jika persiapan sudah matang,,, saatnya memulai cerita…. ^_^

Langkah-langkah berceritanya bisa seperti ini:

  1. Ajak anak untuk membuat setengah lingkaran dan saling berdekatan didepan guru.
  2. Mulailah dengan salam dan bernyanyi bersama,
  3. Kombinasikan dengan permainan tepuk tangan dan tebak-tebakan, hal ini diperlukan untuk membangun kedekatan secara emosional dengan cara kita sama-sama bernyanyi sambil bertepuka tangan dan tertawa gembira bersama.
  4. Ingat,, pra-mendongeng ini jangan terlalu lama. Jika dirasa moment-nya sudah tepat, maka segeralah membuka cerita, sebab daya konsentrasi anak sangatlah singkat.
  5. Bukalah cerita secara umum, diawali dengan “Pada suatu hari….” atau “Pada suatu pagi….” atau “Disebuah hutan yang luas, hiduplah raja harimau…”
  6. Sampaikan cerita/dongeng dengan sebaik-baiknya, jangan terburu-buru.
  7. Gunakan dua atau tiga tokoh saja, dan bedakan karakter suara setiap tokoh cerita (yang mudah misalnya harimau disuarakan dengan suarah nada rendah dengan penekanan di tenggorokan dan ayam dengan suara agak melengking)
  8. Agar cerita menjadi lebih menarik, maka guru dapat menggunakan suara ilustrasi, misalnya suara angin, suara kokok ayam, suara harimau mengaum.
  9. Sampaikan cerita dalam tempo 5 sampai 10 menit atau sesuai kebutuhan saja, karena daya konsentrasi masing2 anak berbeda.
  10. Jika kita melihat kejenuhan pada anak, segeralah menutup cerita.
  11. Tutuplah cerita dengan kesimpulan positif.
  12. Untuk mengetahui pemahaman anak, bisa juga diberikan pertanyaan seputar tokoh cerita, latar cerita, dan alur cerita.

Sementara ini dulu sahabat semua,, esok ada tips lainnya lagi ya…

SALAM SAHABAT DONGENG…..!!! ^_^

(Kak Catur, Januari 2017)

Tag tips mendongeng Sunting

Ada seekor kura-kura yang sedang memandangi seekor ular. Kura-kura itu pun tersenyum padanya. Si ular merasa aneh melihat tingkah si kura-kura. Si ular pun tersinggung melihat kura-kura yang memandanginya sambil tersenyum. Karena penasaran si ular menghampiri kura-kura tersebut.

“Apa yang kau lihat kura-kura? Dan kenapa kau tersenyum padaku. Apakah ada yang lucu pada diriku ini?” ucap si ular yang tersinggung dipandangi oleh kura-kura.

“Hehehe, aku sedang berkhayal jika aku adalah seekor ular sepertimu!” jawab kura-kura.

“Kenapa kau ingin menjadi ular sepertiku?” tanya si ular.

“Ular bisa berjalan dengan cepat dan gesit. Dengan mudahnya kalian memanjat pohon. Sedangkan aku, berjalan dengan dengan lambat seperti ini karena harus membawa tempurungku kemana-mana. Bahkan aku tidak bisa memanjat pohon,” jelas kura-kura.

“Hahahaha…” si ular tertawa dengan keras.

“Kenapa kau tertawa? Apakah lucu khayalanku itu?” tanya kura-kura.

“Kamu hanya melihat kelebihan binatang lain sehingga kelebihan yang kau miliki tidak kamu sadari. Karena tak bersyukur pada dirimu sendiri maka yang kau lihat hanyalah kekuranganmu sendiri!” ucap si ular.

“Apa yang kau tahu tentang aku?’ ucap kura-kura dengan ketus.

“Nikmatilah hidupmu dan jangan kau banding-bandingkan hidupmu dengan hewan lain!” nasehat si ular kepada kura-kura. Si ular pun berlalu meninggalkan kura-kura tersebut.

Beberapa saat kemudian, muncullah seekor burung elang yang terbang ke arah mereka berdua. Kura-kura dengan cepat masuk kedalam tempurungnya dan si ular naik ke pohon. Tetapi dengan keahlian burung elang, si ular dapat diterkam oleh burung elang. Burung elang pun pergi membawa si ular bersamanya.

Pada akhirnya si kura-kura mengerti akan ucapan si ular. Bahwa kehidupan ini penuh dengan keadilan. Semua hewan tercipta dengan kelebihan masing-masing. Hal ini bisa membuatnya sadar dan bersyukur menjadi kura-kura.

Kumpulan Cerita Binatang Seri 10

Alkisah pada suatu masa, seorang petani memiliki sekor sapi. Sapi itu berkerja keras untuk membantu petani dan sebaliknya petani merawat dengan baik sapinya. Stiap petang petani memberi makan sapi dan menepuk-nepuk kepalanya dengan penuh kasing sayang.

Seekor kutu membuat sarang di kepala sapi. Kutu itu terus menerus menggigit kepala sapi yang malang itu. Ia juga mengejek sapi dengan berkata, “Dasar  bodoh, kamu bekerja begitu keras untuk petani, tapi balasannya hanya sedikit gandum dan tepukan di kepalamu. Apa yang membuatmu senang ditepuk-tepuk begitu?” Sapi malang itu memilih untuk tidak menjawab.

Suatu malam, kutu menghampiri sapi dan duduk di dahinya untuk menggigitnya. Tetapi ia tidak memperhatikan kedatangan petani. Sang petani tanpa melihat keberadaan kutu menepuk-nepuk dahi sapinya. Si kutu terjatuh ke lantai dan terluka parah akibat tepukan petani. Setelah petani pergi. Sapi menatap kutu yang ada dibawah dan berkata, “Sekarang kamu tahu bagaimana tepukan petani menolongku menhyingkirkan kamu.”

Pesan Moral: Gangguan selalu mendatangi orang yang senang mengganggu orang lain.

SERIGALA DAN GEMBALA

Dahulu kala, seorang gembala sedang memelihara domba-dombanya, ketika ia melihat seekor serigala membuntutinya. Gembala itu ingin mengejar serigala, tetapi ia melihat bahwa serigala itu tidak menyerang domba-dombanya. Selama berhari-hari, gembala mengawasi serigala, tetapi serigala itu kelihatan tidak mengganggu. Dengan bodoh ia berpikir, “Serigala ini kelihatannya sangat bersahabat.”

Suatu hari, gembala harus pergi sebentar. Ia memanggil serigala dan berkata, ‘Kelihatannya kamu berbeda, kamu tidak pernah mengganggu domba-dombaku.” Serigala licik itu menjawab, “Aku memang seekor serigala, tapi aku menyayangi domba-dombamu. Aku tidak akan pernah mengganggu mereka.” Gembala yang bodoh itu lalu meminta serigala untuk menjaga sebentar domba-dombanya.

Begitu gembala menghilang, serigala menyerang domba-domba dan membunuh mereka. Ketika gembala kembali ia menemukan semua dombanya mati. Ia merasa terpukul dan sadar betapa bodohnya ia telah mempercayai musuhnya.

Pesan Moral: Tetap waspadalah terhadap musuhmu.

BURUNG DAN RUBAH

Pada suatu siang di musim dingin, seekor burung yang lapar hinggap di pohon ara yang tetap berbuah meski bukan musimnya. Katanya dalam hati, “Kalau ara ini sudah masak, pasti lebih enak untuk dimakan.” Lalu burung itu bertengger di pohon dengan sabar, menunggu ara menjadi masak.

Seekor rubah cerdik yang sedang melintas melihat si burung bertengger di pohon ara. Ia memanjat menghampiri burung dan bertanya, “Wahai burung sedang apakah kau disini?” “Aku sedang menunggu ara ini masak supaya bisa kumakan sampai kenyang, wahai Rubah,” sahut burung.

Rubah cerdik itu berkata, “Sebaiknya kau tidak membuang-buang waktu menunggu buah-buah ini masak. Buah tidak pernah masak kalau tumbuh diluar musimnya.” Tetapi burung itu tidak mau mendengarkan nasehat rubah yang bijaksana. Setelah sekian lama si burung menyadari kebenaran kata-kata rubah. Pikirnya, “Kalau saja aku mendengarkan saran rubah aku tidak akan kelaparan begitu lama.”

Pesan Moral: ikutilah saran-saran yang baik.

MUSANG DAN HARIMAU

Pada zaman dahulu, seekor musang dan seekor harimau sepakat untuk berburu bersama. Musang akan membidik mangsa kemudian harimau memburunya.

Setiap kali berburu, harimau mendapatkan bagian makanan yang lebih besar dan meninggalkan begian lebih kecil untuk musang. Tetapi, musang selalu merasa cukup. Ia tidak pernah merasa masih lapar. Tetapi setelah beberapa hari, musang mulai menjadi rakus. Ia berkata dalam hati, “Harimau selalu mendapat bagian lebih besar. Aku berhak untuk mendapatkan yang lebih baik.” Maka ia menghampiri harimau dan berkata, “Mulai hari ini aku akan berburu sendiri.” Harimau menyadari bahwa si musang sudah mulai rakus, maka dengan bijak ia menyetujuinya.

Keesokan harinya, musang menghampiri sekumpulan domba. Ia teringat bagaimana cara harimau berburu, lalu dengan gagah musang berlari menuju kumpulan domba. Bukannya domba hasil buruan yang ia dapatkan,  tetapi justru mendapat pukulan dari si penggembala. Musang berlari kabur terseok-seok, dan berpikir, “Mestinya aku sadar aku ini hanya seekor musang, bukan harimau.”

Pesan Moral: Jangan berusaha menjadi apapun yang bukan diri kita.

SERIGALA, RUBAH, DAN KERA

Suatu hari, serigala mencuri seekor domba dari seorang gembala. Ketika ia sedang menyantap domba itu, tiba-tiba ia merasa sangat haus dan pergi ke sungai didekatnya untuk melepas dahaga. Tiba-tiba muncul seekor rubah dan dengan cepat melahap sisa makanan yang ditinggalkan serigala. Serigala marah melihat musang menghabiskan makanannya. Mereka pun akhirnya bertengkar.

Tak berapa lama kemudian, ada seekor kera yang bijaksana melintas. Serigala dan musang sepakat meminta bantuan kera untuk menyelesaikan pertengkaran mereka.

Kera yang bijaksana itu mendengarkan keduanya. Lalu ia berkata, “Wahai musang, kamu salah karena kamu memakan apa yang ditinggalkan serigala.” Lalu kera berpaling pada serigala dan berkata, “Kamu juga salah karena kamu mencuri domba dari gembala. Kalian berdua mempertengkarkan apa yang bukan milik kalian.” Musang dan serigala pun pergi dengan malu.

Pesan Moral: Tidak ada penghargaan untuk pencuri.

(Dirangkum dari berbagai sumber, kakcatur-Jan2017)

Kumpulan Cerita Binatang Seri 11

Pada zaman dahulu seekor tikus dan seekor katak bersahabat . Semua binatang memperolok persahabatan mereka. Akan tetapi, katak dan tikus mengabaikan olok-olok binatang lain dan tetap bersahabat. Suatu hari katak bertanya pada tikus, “Mengapa kita tidak pergi saja ke tempat  yang disana tidak ada yang menertawakan persahabatan kita?” Tikus pun akhirnya menyetujui.

Katak dan tikus mempersiapkan perjalanan mereka. Segera mereka tiba di sebuah sungai. Katak berkata, “Mengapa kita tidak pergi melalui sungai, pasti akan lebih mudah.” Tetapi tikus menolak dan berkat , “Tetapi kamu kan tahu saya tidak bisa berenang.”

Mereka berdua memikirkan sebuah rencana. Akhirnya tikus menaiki sebuah balok kayu, dan katak mengarahkan balok kayu di air. Agar mereka tidak terpisah, mereka pun mengikatkan sebuah tali ke kaki mereka. Tak lama kemudian ada seekor elang melihat mereka. Ia menangkap tikus, dan katak yang terikat benang ikut terbawa. Elang memangsa kedua binatang itu.

Pesan Moral: Jangan membawa sesuatu yang baik terlalu jauh.

ULANG TAHUN SI RAJA RIMBA

Pada zaman dahulu, ada sebuah perayaan besar di hutan. Hari itu adalah hari ulang tahun singa, sang raja rimba. Gajah menjadi pembawa acara dan ia berkata, “Setiap tamu harus maju satu persatu tampil di depan raja.”

Pertama adalah giliran harimau, Ia naik ke panggung dan menyanyikan sebuah lagu merdu. Kemudian datang kera membawakan permainan akrobat. Ia berjungkir balik dan bergelantungan dari pohon ke pohon. Bahkan ia menari dengan lincah. Singa pun senang. Semua binatang bertepuk tangan dan mengelu-elukan kera.

Selanjutnya giliran unta. Tetapi ia sangat iri dengan tepuk tangan dan sambutan yang diterima kera. Ia bergumam, “Saya yakin saya bisa melakukan yang lebih baik daripada kera. Saya akan menunjukkan pada mereka bagaimana cara menari.” Ia naik ke panggung dan mulai menari. Unta sangat canggung dan jatuh menimpa singa. Semua binatang marah atas kelakuan unta. Unta pun menerima hukuman atas perbuatannya.

Pesan moral: Jangan melakukan sesuatu yang kamu tidak bisa.

PENCURI TERTANGKAP BASAH

Disebuah kota hiduplah seorang pencuri. Meskipun ia telah menjadi kaya dari hasil mencuri, ia tidak bisa menghentikan kebiasaan itu. Suatu hari si pencuri berkunjung ke sebuah kota lain, dan ia memutuskan untuk menginap di sebuah hotel. Karena kebiasaannya, ia mulai mencuri dari tamu-tamu lain yang tinggal di hotel itu.

Penjaga hotel mencurigainya tetapi ia ingin menangkap basah pencuri itu. Keesokan harinya penjaga hotel mengenakan mantelnya yang paling mahal, terbuat dari beludru. Pencuri melihat mantel itu lalu tertarik untuk mencurinya.

Saat pencuri sedang mengintai, penjaga hotel melepas mantel dan meletakkannya di atas kursi. Ia berkata, “Hari ini sangat panas. Saya akan meninggalkan mantel ini disini dan berjalan-jalan.” Ketika penjaga hotel telah pergi, pencuri mengambil mantel itu dan berlari ke kamarnya. Tetapi sebuah jebakan telah dipasang oleh penjaga hotel. Pencuri tertangkap dan dimasukkan ke penjara. Semua benda yang telah dicuri dari tamu-tamu lain ditemukan tersembunyi di kamarnya, lalu dikembalikan ke pemiliknya.

Pesan Moral: Kebiasaan buruk akan membawa sial

AYAM JAGO YANG SOMBONG

Di sebuah desa hiduplah seorang petani. Ia mempunyai peternakan ayam dengan banyak sekali ayam betina. Disana juga ada dua ekor ayam jago. Mereka selalu berdebat tentang siapa yang menjadi pemimpin peternakan.

Salah satu ayam jag berkata, “Saya yang terkuat maka saya akan menjadi pemimpin.” “Saya lebih kuat daripada kamu,” bantah ayam jago yang lain. Akhirnya keduanya setuju mereka bertarung untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pemimpin. Hari saat pertarungan besar pun tiba. Kedua ayam jago itu bertarung hebat dan akhirnya satu ayam jago menjadi pemenang.

Ayam jago pemenanng bermaksud mengumumkan kemenangannya pada dunia. Maka ia bertengger diatas atap dan berkokok keras, “Kukuruyuuuu! Sayalah pemimpin peternakan ini.” Seekor elang besar sedang lewat, ia melihat seekor ayam jago berkokok. Ia menyambar ayam jago itu dan membawanya terbang.

Pesan Moral: Hiduplah dalam damai selalu.

BURUNG BANGAU YANG CERDIK

Dahulu kala didalam hutan, tinggallah seekor rubah. Ia gemar membuat hewan lain terlihat dan merasa bodoh. Suatu hari, seekor bangau masuk kedalam hutan. Ia adalah seekor burung yang sangat bijaksana yang sudah pernah berkunjung ke banyak tempat.

Melihat burung itu, rubah merancang sebuah rencana jahat. “Lucu juga kalau aku bisa mempermainkan dia,” pikirnya. Lalu rubah mengundang bangau itu kerumahnya. Tetapi ketika bangau masuk ke dalam, ia terheran-heran melihat rubah menyediakan sup di piring yang datar. Tentu ia tidak dapat makan karena paruhnya panjang. Rubah tertawa menghina sambil menghirup habis sup yang lezat itu.

Bangau bertekad untuk memberi pelajaran pada rubah. Ia mengundangnya ke rumah dan menyuguhkan sup di kendi besar yang tinggi. Rubah tidak dapat menikmatinya, dan terduduk dengan lapar sambil menyaksikan bangau menghirup semua sup. Rubah tersadar bahwa ia terkena batunya. Menyakiti binatang lain adalah perbuatan yang jahat. Rubah berjanji bahwa mulai saat itu ia akan berbuat baik pada siapa saja.

Pesan Moral: Siapa saja yang menggali lubang akan terperosok sendiri kedalamnya

SINGA DAN HARIMAU BEREBUT MAKANAN

Disebuah hutan yang lebat tinggallah seekor singa dan seekor harimau.  Suatu hari saat berburu, mereka berhasil menangkap seekor rusa. Keduanya bertengkar siapa yang berhak atas rusa itu. “Aku yang pertama menerkamnya, jadi pemilik yang sah adalah aku,” kata harimau. “Aku yang menangkapnya maka aku yang akan menyimpannya, kamu tidak akan mendapatkan apapun,” protes singa.

Pertengakaran itu berubah menjadi perkelahian yang dahsyat. Baik singa maupun harimau sama-sama kuat dan sigap. Tidak satu pun berhasil menang. Setelah berkelahi sekian lama, singa dan harimau menjadi sangat lelah hingga terbaring di tanah. Mereka tidak berdaya lagi untuk bangkit.

Seekor rubah terlihat sedang mengawasi perkelahian singa dan harimau. Setelah mengetahui singa dan harimau terbaring di tanah karena kelelahan, maka rubah pun segera mengambil rusa hasil buruan dan membawanya pulang. Singa dan harimau hanya bisa menatap rubah mengambil daging rusa lezat itu. Keduanya pun menyadari kesalahan mereka. Kata singa, “Kalau saja kita sepakat membagi makanan tadi dengan damai, kita pasti sudah bersantap dengan nikmat.”

Pesan Moral: Hanya pencuri yang diuntungkan jika orang-orang baik bertengkar.

GAGAK INGIN MENJADI ANGSA

Pada suatu masa hiduplah seekor gagak. Suatu hari saat terbang melintasi kolam ia melihat seekor angsa cantik sedang berenang. Ia langsung mendarat dan mengagumi kecantikan sang angsa. Gagak berkata dalam hati, “Kalau saja aku secantik angsa itu.”

Gagak merenung bagaimana angsa itu dapat begitu cantik dan putih. Ia berpikir, “Angsa itu bisa cantik seperti itu karena selalu ada di air. Dia selalu mandi.” Gagak beretekad ia juga akan mandi berkali-kali setiap hari. Ia percaya dengan begitu, ia akan menjadi putih dan cantik seperti angsa.

Meskipun gagak itu mandi berkali-kali penampilannya tetap saja tidak berubah. Tetapi gagak  tidak menyerah. Gagak mandi sangat sering dalam sehari, hingga suatu hari ia jatuh sakit. Sang gagak pun akhirnya menyadari kesalahannya. “Aku harus menghentikan usaha yang menyakitkan ini. Aku harus belajar untuk bahagia menjadi diriku sendiri,” katanya dalam hati. Sejak saat itu gagak selalu merasa sangat bahagia.

Pesan moral: Bahagialah menjadi dirimu sendiri.

PENEBANG KAYU DAN KAPAKNYA

Dahulu kala, seorang penebang kayu yang miskin tak sengaja menjatuhkan kapaknya ke air saat menebang kayu di tepi sungai. Ia sedih karena kapak itu satu-satunya yang ia miliki. Tiba-tiba muncul seorang peri di depannya dan berkata, “Mengapa kamu bersedih?” Penebang kayu yang malang itu manjawab, “Kapakku hilang di dalam air.”

Peri itu pun membantu si penebang kayu mengambil kapaknya kedalam sungai. Tak lama kemudian ia muncul kembali dari dalam air dengan membawa kapak emas. “Inikah kapakmu?” tanya per. “Bukan, itu bukan milikku,” jawab penebang kayu. Peri itu pun mencebur lagi ke sungai, dan kali ini membawa kapak perak. “Itu juga bukan kapakku,” kata penebang kayu. Ketiga kalinya, peri kembali dengan kapak besi tua. Dengan gembira penebang kayu berseru, “Ya, inilah kapakku tadi yang jatuh ke sungai.”

Peri itu tersenyum pada penebang kayu dan berkata, “Meskipun kamu sangat miskin, kamu tidak menjadi rakus saat melihat kapak emas dan perak. Sebagai imbalannya, kamu dapat memiliki keduanya.” Maka peri memberinya kapak itu sebagai hadiah atas kejujuran si penebang kayu.

Pesan Moral: Kejujuran selalu ada imbalannya.

(Dirangkum dari berbagai sumber, kakcatur-Jan2017)

Kumpulan Cerita Binatang Seri 12

Pada zaman dahulu, tinggallah seekor lalat dirumah seorang petani. Suatu hari saat terbang mengitari rumah, ia mengendus aroma madu. Ia menemukan madu yang tercecer dilantai. Lalat itu sangat menyukai rasa madu. Lalat berkata, “Hari ini adalah hari keberuntunganku. Petani dan keluarganya sedang pergi. Aku dapat menikmati semua madu itu sepuas hatiku tanpa gangguan.”

Ia terbang langsung ke arah madu dan mulai menjilatinya. “Lezat dan manis betul, coba teman-temanku ada disini. Mereka juga suka sekali madu ini.” Ia begitu menikmati madunya hingga tidak menyadari bahwa sebenarnya badannya sudah melekat disitu.”

Setelah kekenyangan memakan madu, ia berpikir, “Sekarang aku akan mengajak teman-temanku kesini. Mereka juga akan menikmati madu manis ini.” Tetapi lalat yang malang itu tidak dapat bergerak, karena menempel di madu. Ia coba mengepakkan ssayapnya kuat-kuat, tetapi tetap tidak bisa bergerak. Ia menyadari bahwa dirinya tidak akan bebas lagi. Katanya dalam hati, “Aduh, seharusnya aku tidak gegabah. Mestinya aku lebih berhati-hati.”

Pesan Moral: Sifat tamak selalu tidak baik bagi siapapun.

RUBAH DAN KERA

Dahulu kala didalam hutan, tinggallah seekor kera. Semua hewan di hutan menyayangi kera karena ia sangat mahir menari. Menyaksikan si kera membuat para binatang melupakan keresahan mereka. Suatu hari, para hewan memutuskan untuk mengangkat kera menjadi raja mereka.

Rubah yang bijaksana dan cerdik mengetahui bahwa kera belum mampu mengatur kerajaan. Ia memikirkan cara untuk menunjukkan hal ini pada binatang lain. Maka ia mengundang kera bertamu ke rumahnya. Pada saat yang sama, ia meminta semua hewan untuk bersembunyi disana dan menyaksikan kelakuan kera. Serigala telah menggali lubang di tanah, menutupnya dengan ranting, dan menaruh pisang diatasnya.

Ketika melihat pisang, kera bergegas mengambilnya. Kera menginjak ranting dan jatuh terperosok ke lubang. Semua hewan yang menyaksikan langsung tersadar bahwa kera itu tidak cukup bijak untuk menjadi raja. Mereka berterimakasih pada rubah karena membantu menyadarkan mereka.

Pesan Moral: Hanya orang nodoh yang bertindak tanpa berpikir.

MUSANG TUA BERBURU TIKUS

Bertahun-tahun yang lalu, seekor musang tua tinggal dihutan. Ia merasa kesulitan untuk berburu tikus karena ia tidak sekuat dan sesigap dulu lagi. Ia berkata, “Kalau aku tidak mendapatkan cara untuk menangkap mangsaku, aku pasti kelaparan.”

Musang tua itu sangat cerdik. Ia segera memikirkan sebuah rencana. Ia mengambil tepung dan menebarkannya disekelilingnya lalu ia berguling diatas tepung membentuk bola. Seekor tikus yang melintas mengira musang itu makanan lalu mendekatinya. Musang langsung menerkam tikus dan memakannya. Tidak lama kemudian tikus yang lain pun menjadi korban.

Seekor tikus cerdik yang sudah pernah lepas dari banyak bahaya melihat si musang dari kejauhan. Ia mengetahui bahwa bola tepung itu sebenarnya adalah musang. Ia berteriak dari jarak yang aman, “Musang yang jahat, kamu tidak akan mendapat tikus lagi. Aku sudah melihat tipuanmu.” Tikus itu lalu memberitahu semua tikus lainnya tentang siasat musang. Dengan begitu ia membebaskan teman-temannya dari bahaya besar.

Pesan Moral: Jangan percaya begitu saja dengan apa saja yang kamu lihat.

PETANI YANG SEDIKIT AKAL

Pada zaman dahulu, seorang petani memiliki sebuah pertanian di dekat hutan. Ia memiliki banyak sapi dan domba di peternakannya. Suatu hari petani itu melihat seekor singa di hutan memasuki lahannya melalui pagar yang terbuka. Petani itu berkata dalam hati, “Akan kuberi pelajaran singa itu.” Ia menutup pagar sehingga singa tidak dapat melarikan diri. Lalu ia mengambil senapan dan mulai menembaki singa itu.

Begitu mendengar dentuman senapan, singa berusaha melarikan diri dari peternakan. Tetapi pagar sudah tertutup dan ia tidak dapat kabur. Menyadari dirinya tidak dapat kabur, singa buas itu mulai menyerang sapi dan domba di peternakan serta membunuh banyak makhluk malang itu. Petani sangat ketakutan melihat singa itu menjadi sedemikian buas. Cepat-cepat dibukanya pagar dan singa itu segera berlari keluar.

Lalu petani berpikir, “Kalau saja aku tidak berusaha menjebak singa, aku tidak akan kehilangan bagitu banyak sapi dan dombaku.”

Pesan Moral: Jangan melakukan sesuatu yang mustahil

SERIGALA MEMPERALAT BANGAU

Beberapa tahun silam dihutan hiduplah seekor serigala. Ia memiliki sifat yang licik. Suatu hari ketika ia sedang makan, terdapat tulang tersangkut di kerongkongannya. Serigala berusaha keras untuk mengambilnya tetapi tidak bisa. “Aduh! Tulang ini sangat mengganggu dan menyakitkan,” katanya. “Saya harus mengeluarkannya.”

Tiba-tiba ia bertemu bangau yangs edang melintas. Serigala segera memanggil bangau untuk meminta tolong. “Saya akan memberimu hadiah besar jika kamu menolongku mengambil tulang yang tersangkut di kerongkonganku,” kata serigala.

Sang bangau menjulurkan paruhnya yang panjang ke dalam mulut serigala dan menari keluar tulang itu. Lalu ia menagih hadiah dari serigala. “Mana hadiah untukku?” tanya bangau.

Serigala tidak bermaksud mnghadiahi bangau. Ia berkata, ‘Kamu mampu keluar dari mulut serigala hidup-hidup. Bukankah itu sudah merupakan hadiah yang besar?” Serigala menertawakan bangau dan pergi. Sang bangau bergumam, ‘Betapa bodohnya saya telah menolong serigala yang licik dan mengharapkan hadiah darinya.’

Pesan Moral: Jangan mengharapkan keadilan dari orang yang licik.

KELELAWAR YANG CERDIK

Di sebuah hutan rimba di dekat gunung, hiduplah seekor kelelawar yang bijaksana. Ia akan terbang berkeliling di malam hari dan beristirahat di siang hari. Suatu hari saat ia sedang beristirahat, bergantung disebuah cabang pohon. Ia terlepas dari pegangan dan terjatuh.

Seekor musang melihat kelelawar jatuh, dan menerkamnya. Kelelawar memohon untuk dilepaskan. Ia berkata, “Tolong, bebaskan aku.” “Aku selalu menjadi musuh burung. Tentu saja aku akan memakanmu,” ujar musang. Kelelawar berpikir dengan cepat lalu berkata, “Tetapi aku bukan burung. Perhatikan wajahku, aku seekor tikus.” Musang yang kebingungan itu berpikir sejenak lalu melepaskan kelelawar.

Keesokan harinya saat kelelawar tidur, ia jatuh ke tanah lagi. Musang yang lain menangkap kelelawar. “Kamu tahu,” ujar sang musang, “saya suka sekali tikus.” Kali ini kelelawar yang cerdik menunjukkan sayapnya pada musang dan berkata, “Aku bukan tikus. Lihatlah sayapku, aku seekor burung.” Musang yang kebingungan melepaskan kelelawar. Akhirnya kelelawar berhasil melarikan diri karena kecerdikannya.

Pesan Moral: Kecerdikan dapat menyelamatkanmu dari masalah.

Konon seekor keledai dan seekor kuda tinggal disebuah pertanianyang besar dan luas. Kuda itu dirawat dengan baik oleh pemiliknya, ia mendapatkan makanan dan perhatian terbaik. Tetapi, keledai tidak memperoleh perlakuan yang sama meskipun ia melakukan semua pekerjaan untuk majikannya. Ia berkata dalam hati, “Aku bekerja sangat keras. Tetap saja aku tidak diperlakukan dengan baik. Tapi meskipun kuda tidak melakukan apapun, dia selalu diperhatikan.”

Keledai itu merasa sedih, tetapi ia tetap bekerja dengan keras. Tidak lama kemudian terjadilah peperangan dan sang pemilik menunggang kudanya untuk maju ke medan perang. Setelah berhari-hari petani dan kudanya kembali ke pertanian. Kuda itu terluka sangat parah.

Melihat keadaan kuda, keledai tersadar betapa ia telah salah menilai kuda dan perlakuan terhadapnya. Ia mendekati kuda dan menyapa, “Sahabatku, selama ini aku iri kepadamu. Kamu dirawat dengan baik. Tapi sekarang aku tahu kenapa.” Sejak hari itu, keledai tidak pernah lagi menggerutu karena perlakuan tuannya.

Pesan moral: Selalu merasa puas dengan apa yang kita miliki.

 SINGA YANG SOMBONG

Pada suatu masa, hiduplah seekor singa yang jahat dan sombong yang memaksa semua hewan untuk menghormatinya. Suatu hari, singa melihat seekor nyamuk terbang melintasinya. Nyamuk itu sedang terburu-buru dan tidak melihat singa. Singa mengaum, “Hai makhluk kecil, berani sekali kamu menghina aku.” Tanpa rasa takut, nyamuk menjawab singa, “Meskipun kamu besar, aku tetap lebih kuat darimu.” “Dasar serangga lemah, hari ini aku akan memberimu pelajaran,” geram singa.

Keduanya mulai berkelahi. Singa berusaha keras mengejar nyamuk tetapi gagal karena nyamuk terlalu lincah. Nyamuk terbang melintasi singa dan menusuk wajah serta semua permukaan kulitnya.

Sambil berusaha mengejar nyamuk, singa menggaruk tubuhya hingga melukai diri sendiri. Tidak lama kemudian wajah singa membengkak. Akhirnya, singa menyerah. Nyamuk berkata pada singa, “Mudah-mudahan kamu tidak sombong lagi dengan kekuatanmu.”

Pesan Moral: Orang yang menyombongkan kekuatannya adalah orang yang tidak pandai.

KATAK YANG IRI PADA TEMANNYA

Dimasa lalu hidpulah dua ekor katak yang bersahabat. Katak yang satu tinggal di kolam yang dalam di hutan yang melimpah dengan makanan. Katak yang lain tinggal di selokan di tepi jalan yang tidak banyak airnya. Kedua katak kerap saling berjumpa. Katak yang tinggal dikolam berkata, “Selokan tidak aman ditinggali. Bagaimana kalau kamu ikut dan tinggal bersamaku di kolam?” Tetapi sahabatnya menolak. Katanya, “Aku sudah sangat terbiasa dengan rumahku. Pasti sulit buatku untuk berubah.”

Suatu hari katak yang tinggal di selokan mendengar suara gemuruh. Ia cepat-cepat bangun dan meloncat keluar selokan. Tiba-tiba sebuah gerobak melintasi selokan dan menghancurkan rumah katak itu.

Katak itu tersadar betapa beruntungnya ia dapat luput dari bahaya. Segera ia bergegas ke kolam menemui sahabatnya. Katanya, “Aku sudah belajar banyak. Aku tidak akan pernah lagi mengabaikan nasehat yang baik.”

Pesan Moral: Jangan pernah mengabaikan nasehat baik dari teman.

SINGA JAHAT YANG KELAPARAN

Zaman dahulu di sebuah hutan, hiduplah seekor singa tua yang jahat. Suatu hari ia berkata pada dirinya sendiri, “Seandainya saya dapat mengundang binatang-binatang di hutan ini agar datang kerumahku, maka aku tidak perlu capek-capek berburu.” Kemudian singa mengabarkan ke semua penduduk hutan bahwa ia sedang sakit. Siapapun yang ingin mengunjunginya, dipersilahkan masuk kedalam gua tempat tinggalnya.

Banyak binatang di hutan itu yang menjenguk singa yang katanya sedang sakit. Tetapi singa yang jahat itu memangsa semua binatang yang datang mengunjunginya.

Suatu hari datanglah seekor rubah cerdik kerumahnya. Di luar ia hanya melihat jejak kaki binatang masuk. Tidak ada tanda jejak kaki binantang keluar dari dalam gua. Ia memanggil dari luar rumah singa tersebut. “Hai singa, apa kabarmu hari ini?” Singa menjawab, “Silahkan masuk dan lihat sendiri.” Tetapi rubah yang pintar menjawab, “Tidak, saya tidak mau. Saya tidak ingin kau makan seperti binatang-binantang lain yang masuk ke rumahmu.” Rubah memperingatkan semua binatang lain tentang siasat jahat singa. Sejak hari itu tidak ada binatang yang datang mengunjungi singa, akibatnya singa menjadi kurus karena kelaparan.

Pesan Moral: Orang yang jahat mempunyai banyak maskud jahat.

RUBAH YANG RAKUS

Pada zaman dahulu, ada seekor rubah yang hidup di sebuah hutan. Ia belum makan selama beberapa hari. Saat ia pergi mencari mangsa, ia menemukan sepotong roti dan daging yang ditinggalkan penebang kayu dibawah sebuah pohon yang berlubang batangnya.

“Akhirnya ada sesuatu untuk dimakan,” pikir rubah. Ia mengecilkan diri dan masuk kedalam lubang pohon dan memakan semua makanan dengan serakah dan rakus. Setelah selesai makan, rubah berusaha merayap keluar dari celah tersebut. Tetapi ia tidak bisa keluar. Ia telah makan terlalu banyak sehingga perutnya membesar.

Rubah bergumam, “Betapa ruginya aku! Aku terperangkap di celah pohon ini. Seharusnya aku tidak memakan semua makanan itu dengan rakus. Aku harus menunggu dan berdiam disini beberapa hari sampai perutku menjadi kurus dan lapar lagi.

Pesan Moral: Berpikirlah sebelum bertindak

(Dirangkum dari berbagai sumber, kakcatur-Jan2017)

Pada suatu hari di lain waktu dan lain tempat:

Save

Save

Save

Save

Save

Save

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA