Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh keadaan perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi yang belakang sekali suatu peristiwa keadaan serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi yang belakang sekali suatu peristiwa keadaan pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini dinyatakan melintasi gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom bagi menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan menghasilkan muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan menghasilkan muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di antara dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas dalam suatu molekul.[2] Molekul dinyatakan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dinyatakan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas (PEB) sehingga momen dipolnya bermutu 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang selisih pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling membubarkan, dampaknya momen dipolnya bermutu nol. Sehingga molekul ini dapat dinyatakan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bermutu 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan bagi arah momen pasangan elektron bebas mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas. Momen ikatan dan momen H20 dapat dilihat dan diteliti pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya selisih. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk yang belakang sekali suatu peristiwa penggabungan antara logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat dilihat dan diteliti dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dijadikan lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Yang belakang sekali suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dijadikan kovalen dan akan terjadi polarisasi. Lebih akbar sifat polarisasinya maka lebih akbar pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pakar kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, antara lain :
- Suatu kation akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang akbar
- Suatu anion akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut akbar.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan menghasilkan muatan positif dan muatan negatif yang berimpit yang belakang sekali suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di lebih kurang inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu mengadakan sikap yang dibuat menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dinyatakan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di tidak jauh molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Yang belakang sekali suatu peristiwa keadaan dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di antara kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, lebihnya massa molekul akan menyebabkan lebihnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang lebih lemah, sehingga akan gampang dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan lebih kuat. Gaya London yang lebih kuat menyebabkan proses peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang akbar bagi memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, yang belakang sekali suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berkemampuan polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berkemampuan polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di antara keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi antara H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berhampiran dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di antara keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melintasi gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang akbar.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berhampiran dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 2
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melalui gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang berbeda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, dampaknya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya berbeda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dijadikan lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dijadikan kovalen dan akan terjadi polarisasi. Lebih agung sifat polarisasinya maka lebih agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, lebihnya massa molekul akan menyebabkan lebihnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang lebih lemah, sehingga akan gampang dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan lebih kuat. Gaya London yang lebih kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berhampiran dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berhampiran dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 3
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melewati gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang beda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, hasilnya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya beda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat diamati dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan diproduksi menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah diproduksi menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Lebih agung sifat polarisasinya maka lebih agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih gampang mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan kelainan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, lebihnya massa molekul akan menyebabkan lebihnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang lebih lemah, sehingga akan gampang dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan lebih kuat. Gaya London yang lebih kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berhampiran dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melewati gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berhampiran dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 4
Ikatan σ selang dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan sebuah ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma mampu dijelaskan dengan jelas kepada molekul diatomik memanfaatkan konsep grup simetri. Dalam pendekatan formal ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan rumusan ini, bentuk ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z dipastikan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Rumusan percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Kepada molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tidak memiliki segi simpul di selang atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* dipastikan dengan keberadaan sebuah segi simpul selang dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah macam ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani kepada s. Ketika ikatan ini diamati dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Konsep ikatan sigma diperluas kepada menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal sebuah orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing kepada dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan konsep dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, konsep ikatan σ sangatlah bermanfaat, sehingga digunakan secara lebar.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat memiliki ikatan sigma di selang ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat kepada membentuk ikatan rangkap.
Lihat juga
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 5
Ikatan σ selang dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan sebuah ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma mampu dijelaskan dengan jelas kepada molekul diatomik memanfaatkan konsep grup simetri. Dalam pendekatan formal ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan rumusan ini, bentuk ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z dipastikan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Rumusan percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Kepada molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tidak memiliki segi simpul di selang atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* dipastikan dengan keberadaan sebuah segi simpul selang dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah macam ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani kepada s. Ketika ikatan ini diamati dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Konsep ikatan sigma diperluas kepada menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal sebuah orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing kepada dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan konsep dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, konsep ikatan σ sangatlah bermanfaat, sehingga digunakan secara lebar.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat memiliki ikatan sigma di selang ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat kepada membentuk ikatan rangkap.
Lihat juga
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 6
Ikatan σ selang dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan sebuah ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma mampu dijelaskan dengan jelas kepada molekul diatomik memanfaatkan konsep grup simetri. Dalam pendekatan formal ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan rumusan ini, bentuk ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z dipastikan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Rumusan percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Kepada molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tidak memiliki segi simpul di selang atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* dipastikan dengan keberadaan sebuah segi simpul selang dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah macam ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani kepada s. Ketika ikatan ini diamati dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Konsep ikatan sigma diperluas kepada menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal sebuah orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing kepada dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan konsep dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, konsep ikatan σ sangatlah bermanfaat, sehingga digunakan secara lebar.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat memiliki ikatan sigma di selang ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat kepada membentuk ikatan rangkap.
Lihat juga
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 7
Ikatan σ selang dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan sebuah ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma mampu dijelaskan dengan jelas kepada molekul diatomik memanfaatkan konsep grup simetri. Dalam pendekatan formal ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan rumusan ini, bentuk ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z dipastikan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Rumusan percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Kepada molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tidak memiliki segi simpul di selang atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* dipastikan dengan keberadaan sebuah segi simpul selang dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah macam ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani kepada s. Ketika ikatan ini diamati dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Konsep ikatan sigma diperluas kepada menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal sebuah orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing kepada dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan konsep dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, konsep ikatan σ sangatlah bermanfaat, sehingga digunakan secara lebar.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat memiliki ikatan sigma di selang ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat kepada membentuk ikatan rangkap.
Lihat juga
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 8
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melalui gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang beda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, dampaknya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya beda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dibuat menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dibuat menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin agung sifat polarisasinya maka semakin agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya massa molekul akan menyebabkan bertambahnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang semakin lemah, sehingga akan mudah dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan semakin kuat. Gaya London yang semakin kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berdekatan dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berdekatan dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 9
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melalui gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang beda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, hasilnya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya beda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat diamati dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dibuat menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dibuat menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin agung sifat polarisasinya maka semakin agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya massa molekul akan menyebabkan bertambahnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang semakin lemah, sehingga akan mudah dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan semakin kuat. Gaya London yang semakin kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berhampiran dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berhampiran dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 10
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melalui gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang beda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, hasilnya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya beda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat diamati dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dibuat menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dibuat menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin agung sifat polarisasinya maka semakin agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya massa molekul akan menyebabkan bertambahnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang semakin lemah, sehingga akan mudah dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan semakin kuat. Gaya London yang semakin kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berhampiran dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berhampiran dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 11
Ikatan polar molekul anorganik yaitu ikatan yang umumnya disebabkan oleh mempunyainya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi belakang suatu peristiwa mempunyainya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas sama sekali, kation, anion, serta konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini diterangkan melalui gaya antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut.
Kepolaran yang disebabkan karena keberadaan diri molekul
Kepolaran senyawa kovalen
Keelektronegatifan
Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan yaitu kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.[1]
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan memproduksi muatan parsial positif (δ+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan memproduksi muatan parsial negatif (δ- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di selang dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik
Momen dipol (µ) yaitu jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali dalam suatu molekul.[2] Molekul dituturkan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dituturkan bersifat nonpolar jika memiliki µ = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas sama sekali (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang beda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, dampaknya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dituturkan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas sama sekali mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas sama sekali. Momen ikatan dan momen H20 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali terhadap kepolaran molekul anorganik
Momen pasangan elektron bebas sama sekali dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya beda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas sama sekali memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas sama sekali yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Kepolaran senyawa ion
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk belakang suatu peristiwa penggabungan selang logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan dibuat menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Belakang suatu peristiwa dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah dibuat menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin agung sifat polarisasinya maka semakin agung pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, pandai kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, selang lain :
- Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang agung
- Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut agung.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya
Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan memproduksi muatan positif dan muatan negatif yang berimpit belakang suatu peristiwa pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dituturkan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Belakang suatu peristiwa mempunyainya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang dikata gaya London di selang kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol α. Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya massa molekul akan menyebabkan bertambahnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang semakin lemah, sehingga akan mudah dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan semakin kuat. Gaya London yang semakin kuat menyebabkan babak peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang agung untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, belakang suatu peristiwa dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang berdaya polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga berdaya polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar
Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di selang keduanya atau yang dikata gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi selang H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram cairan memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 °C). [4]
Molekul polar dengan molekul polar
Ketika molekul yang polar berdekatan dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di selang keduanya. Gaya ini dikata gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang agung.
Molekul-molekul polar yang tidak kekurangan dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berdekatan dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Referensi
- ^ House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64
- ^ Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
- ^ Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96
- ^ House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry, p. 187
Daftar pustaka
- Effendy. (2008). Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing. ISBN 979-3323-06-4.
- House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. ISBN 978-0-12-356786-4.
- House, J. E dan Kathleen A. House (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition. Oxford: Elsevie Inc. ISBN 978-0-12-088755-2
- J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-510496-X (ppk), 0-19-510495-1 (cloth).
- James E, H,dkk. (1993). Inorganic Chemistry Principle of Structure and Reactivity Fourth Edition. New York: Harpen Collins College Publishers . ISBN 0-06-042995-X
- Nelson, P. G. (2011). Introduction To Inorganic Chemistry. Ventus Publishing Aps. ISBN 979-3323-06-4
- Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistrym Fifth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. ISBN-13: 978-1-4292-2434-5 dan ISBN-10: 1-4292-1814-2.
- Shriver dan Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition. Oxford University Press: New York. ISBN 978–1–42–921820–7.
Pranala luar
- D.C. Krause (2000). Intermolecular Forces. Retrieved December 1, 2011.
edunitas.com
Page 12
Ikatan σ sela dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan suatu ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma dapat diterangkan dengan jelas sbg molekul diatomik menggunakan pemikiran grup simetri. Dalam pendekatan resmi ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan ruang lingkup ini, bangun-bangun ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z ditentukan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Ruang lingkup percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Sbg molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tak benar anggota simpul di sela atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* ditentukan dengan keberadaan suatu anggota simpul sela dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah jenis ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani sbg s. Ketika ikatan ini dilihat dan diamankan dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Pemikiran ikatan sigma diperluas sbg menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal suatu orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing sbg dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan pemikiran dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, pemikiran ikatan σ sangatlah berguna, sehingga dipakai secara lapang.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang benar ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat benar ikatan sigma di sela ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat sbg membentuk ikatan rangkap.
Lihat pula
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 13
Ikatan σ sela dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan suatu ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma dapat diterangkan dengan jelas sbg molekul diatomik menggunakan pemikiran grup simetri. Dalam pendekatan resmi ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan ruang lingkup ini, bangun-bangun ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z ditentukan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Ruang lingkup percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Sbg molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tak benar anggota simpul di sela atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* ditentukan dengan keberadaan suatu anggota simpul sela dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah jenis ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani sbg s. Ketika ikatan ini dilihat dan diamankan dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Pemikiran ikatan sigma diperluas sbg menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal suatu orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing sbg dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan pemikiran dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, pemikiran ikatan σ sangatlah berguna, sehingga dipakai secara lapang.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang benar ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat benar ikatan sigma di sela ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat sbg membentuk ikatan rangkap.
Lihat pula
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 14
Ikatan σ sela dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan suatu ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma dapat diterangkan dengan jelas sbg molekul diatomik menggunakan pemikiran grup simetri. Dalam pendekatan resmi ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan ruang lingkup ini, bangun-bangun ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z ditentukan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Ruang lingkup percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Sbg molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tak benar anggota simpul di sela atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* ditentukan dengan keberadaan suatu anggota simpul sela dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah jenis ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani sbg s. Ketika ikatan ini dilihat dan diamankan dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Pemikiran ikatan sigma diperluas sbg menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal suatu orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing sbg dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan pemikiran dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, pemikiran ikatan σ sangatlah berguna, sehingga dipakai secara lapang.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang benar ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat benar ikatan sigma di sela ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat sbg membentuk ikatan rangkap.
Lihat pula
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 15
Ikatan σ sela dua atom: lokalisasi rapatan elektron.
Orbital atom dan molekul elektron, memperlihatkan ikatan sigma dari dua orbital s dan suatu ikatan sigma dari dua orbital p
Dalam kimia, ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen yang sangat kuat. Ikatan sigma dapat diterangkan dengan jelas sbg molekul diatomik menggunakan pemikiran grup simetri. Dalam pendekatan resmi ini, ikatan σ adalah simetris terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan ruang lingkup ini, bangun-bangun ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z ditentukan sbg sumbu ikat). Teori kuantum juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Ruang lingkup percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO yang bersimetri.
Sbg molekul homodiatomik. orbital σ yang berikatan tak benar anggota simpul di sela atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital σ* ditentukan dengan keberadaan suatu anggota simpul sela dua atom yang berikatan ini.
Oleh karena ikatan sigma adalah jenis ikatan kovalen yang sangat kuat, elektron-elektron dalam ikatan ini kadang-kadang dirujuk sbg elektron sigma.
Simbol σ adalah huruf Yunani sbg s. Ketika ikatan ini dilihat dan diamankan dari atas, MO σ mirip dengan orbital atom s.
Ikatan sigma dalam senyawa poliatomik
Ikatan sigma ini didapatkan dari orbital-orbital atom yang tumpang tindih. Pemikiran ikatan sigma diperluas sbg menjelaskan interaksi ikatan yang melibatkan ketumpangtindihan cuping tunggal suatu orbital dengan cuping tunggal lainnya. Sbg contoh, propana dideskripsikan mengandung 10 ikatan sigma, masing-masing sbg dua ikatan C-C dan delapan ikatan C-H. Ikatan σ pada molekul poliatomik ini sangat ter-delokalisasi dan berlawanan dengan pemikiran dua orbital satu ikatan. Terlepas dari masalah ini, pemikiran ikatan σ sangatlah berguna, sehingga dipakai secara lapang.
Ikatan sigma dalam senyawa yang berikatan rangkap banyak
Senyawa-senyawa yang benar ikatan rangkap, seperti etilena dan kromium(II) asetat benar ikatan sigma di sela ikatan rangkap tersebut. Ikatan sigma ini ditambahi dengan ikatan π seperti pada etilena dan bahkan dengan ikatan &delta seperti pada kasus kromium(II) asetat sbg membentuk ikatan rangkap.
Lihat pula
- Ikatan pi
- Ikatan delta
- Geometri molekul
edunitas.com
Page 16
|
Sepak bola | Formula Satu | Bulu tangkis | Tenis | Olimpiade |
Portal Beberapa Negara
Portal Yang lain
Allah | Muhammad | Al Qur'an | Rukun Islam | Rukun Iman | Mazhab | Sejarah |
Yesus Kristus | Tritunggal | Alkitab | Sejarah |
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Kepulauan Bangka Belitung | Kepulauan Riau | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | Sumatera Barat | Sumatera Selatan | Sumatera UtaraJawa : Banten | DKI Jakarta | Jawa Barat | Jawa Tengah | Jawa Timur | Yogyakarta | Kalimantan : Kalimantan Barat | Kalimantan Selatan | Kalimantan Tengah | Kalimantan Timur | Kalimantan UtaraKepulauan Nusa Tenggara : Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara TimurSulawesi : Gorontalo | Sulawesi Barat | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tengah | Sulawesi Tenggara | Sulawesi UtaraKepulauan Keliruku : Keliruku | Keliruku UtaraPapua : Papua | Papua Barat
Afganistan | Arab Saudi | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | Cina (Republik Rakyat Cina) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Jepang | Kamboja | Kazakhstan | Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia) | Korea Selatan | Korea Utara | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Makau | Malaysia | Maladewa | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestina | Pulau Natal (Australia) | Qatar | Rusia | Singapura | Sri Lanka | Siria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor-Leste | Turki | Turkmenistan | Uni Emirat Arab | Uzbekistan | Vietnam | Yaman | Yordania
Negara di Amerika Selatan
Argentina | Bolivia | Brasil | Chili | Ekuador | Guyana | Kolombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaNegara dan Wilayah Teritorial di Amerika Utara
Amerika Serikat | Antigua dan Barbuda | Bahama | Barbados | Belize | Dominika | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaika | Kanada | Kosta Rika | Kuba | Meksiko | Panama | Saint Kitts dan Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent dan GrenadinesWilayah Denmark : Greenland
Wilayah Belanda : Aruba | Antillen Belanda
Wilayah Perancis : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre dan Miquelon
Wilayah Amerika Serikat : Kepulauan Virgin Amerika Serikat | Puerto Riko
Wilayah Britania Raya : Anguilla | Bermuda | Kepulauan Cayman | Kepulauan Turks dan Caicos |
Kepulauan Virgin Britania Raya | Montserrat
Afrika Utara : Aljazair | Libya | Maroko | Mesir | Sudan | TunisiaAfrika Barat : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea-Bissau | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Pantai Gading | Senegal | Sierra Leone | Tanjung Verde | TogoAfrika Tengah : Afrika Tengah | Angola | Chad | Gabon | Guinea Khatulistiwa | Kamerun | Republik Demokrasi Kongo |
Republik Kongo | Sao Tome dan PrincipeAfrika Timur : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Komoro | Madagaskar | Malawi | Mauritius | Mozambik | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweAfrika Selatan : Afrika Selatan | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial dan Wilayah Dependensi : Melilla | Reunion | Sahara Barat | Saint Helena
Australasia : Australia | Kepulauan Cocos (Keeling) | Pulau Natal | Pulau Norfolk | Selandia Baru | Mikronesia : Guam | Kepulauan Mariana Utara | Kepulauan Marshall | Kiribati | Mikronesia | Nauru | PalauMelanesia : Fiji | Kaledonia Baru | Kepulauan Solomon | Papua Nugini | VanuatuPolinesia : Kepulauan Cook | Kepulauan Pitcairn | Polinesia Perancis | Samoa | Samoa Amerika | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis dan Futuna
Daftar Portal
Page 17
Daftar Inti
Ensiklopedia Dunia
Berbicara Indonesia
Ateisme | Buddha |
Hindu | Islam & Al Qur'an |
Kristen | Mitologi |
Yahudi |
Sumatera | Jabodetabek |
Kalimantan | Wayang |
Jawa |
Sepak bola | Formula Satu |
Bulu tangkis | Tenis |
Olimpiade |
Portal Beberapa Negara
Portal Yang lain
Allah | Muhammad |
Al Qur'an | Rukun Islam |
Rukun Iman | Mazhab |
Sejarah |
Yesus Kristus | Tritunggal |
Alkitab | Sejarah |
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Kepulauan Bangka Belitung | Kepulauan Riau | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | Sumatera Barat | Sumatera Selatan | Sumatera UtaraJawa : Banten | DKI Jakarta | Jawa Barat | Jawa Tengah | Jawa Timur | Yogyakarta | Kalimantan : Kalimantan Barat | Kalimantan Selatan | Kalimantan Tengah | Kalimantan Timur | Kalimantan UtaraKepulauan Nusa Tenggara : Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara TimurSulawesi : Gorontalo | Sulawesi Barat | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tengah | Sulawesi Tenggara | Sulawesi UtaraKepulauan Keliruku : Keliruku | Keliruku UtaraPapua : Papua | Papua Barat
Afganistan | Arab Saudi | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | Cina (Republik Rakyat Cina) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Jepang | Kamboja | Kazakhstan | Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia) | Korea Selatan | Korea Utara | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Makau | Malaysia | Maladewa | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestina | Pulau Natal (Australia) | Qatar | Rusia | Singapura | Sri Lanka | Siria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor-Leste | Turki | Turkmenistan | Uni Emirat Arab | Uzbekistan | Vietnam | Yaman | Yordania
Negara di Amerika Selatan
Argentina | Bolivia | Brasil | Chili | Ekuador | Guyana | Kolombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaNegara dan Wilayah Teritorial di Amerika Utara
Amerika Serikat | Antigua dan Barbuda | Bahama | Barbados | Belize | Dominika | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaika | Kanada | Kosta Rika | Kuba | Meksiko | Panama | Saint Kitts dan Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent dan GrenadinesWilayah Denmark : Greenland
Wilayah Belanda : Aruba | Antillen Belanda
Wilayah Perancis : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre dan Miquelon
Wilayah Amerika Serikat : Kepulauan Virgin Amerika Serikat | Puerto Riko
Wilayah Britania Raya : Anguilla | Bermuda | Kepulauan Cayman | Kepulauan Turks dan Caicos |
Kepulauan Virgin Britania Raya | Montserrat
Afrika Utara : Aljazair | Libya | Maroko | Mesir | Sudan | TunisiaAfrika Barat : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea-Bissau | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Pantai Gading | Senegal | Sierra Leone | Tanjung Verde | TogoAfrika Tengah : Afrika Tengah | Angola | Chad | Gabon | Guinea Khatulistiwa | Kamerun | Republik Demokrasi Kongo |
Republik Kongo | Sao Tome dan PrincipeAfrika Timur : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Komoro | Madagaskar | Malawi | Mauritius | Mozambik | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweAfrika Selatan : Afrika Selatan | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial dan Wilayah Dependensi : Melilla | Reunion | Sahara Barat | Saint Helena
Australasia : Australia | Kepulauan Cocos (Keeling) | Pulau Natal | Pulau Norfolk | Selandia Baru | Mikronesia : Guam | Kepulauan Mariana Utara | Kepulauan Marshall | Kiribati | Mikronesia | Nauru | PalauMelanesia : Fiji | Kaledonia Baru | Kepulauan Solomon | Papua Nugini | VanuatuPolinesia : Kepulauan Cook | Kepulauan Pitcairn | Polinesia Perancis | Samoa | Samoa Amerika | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis dan Futuna
Daftar Portal
Page 18
Football | Formula One |
Badminton | Tennis |
Olympics |
Some Countries Portal
Other Portal
God | Muhammad |
Qur'an | Pillars of Islam |
Pillars of Faith | School |
History |
Jesus Christ | Trinity |
Bible | History |
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua
Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan
Countries in South America
Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaState and Territory in North America
United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat
North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena
Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna
List Portal
Page 19
|
Football | Formula One | Badminton | Tennis | Olympics |
Some Countries Portal
Other Portal
God | Muhammad | Qur'an | Pillars of Islam | Pillars of Faith | School | History |
Jesus Christ | Trinity | Bible | History |
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua
Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan
Countries in South America
Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaState and Territory in North America
United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat
North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena
Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna
List Portal
Page 20
Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian
Page 21
Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian
Page 22
Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian
Page 23
Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian
Page 24
Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia
Page 25
Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia
Page 26
Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM