Meskipun berbeda beda kita tetap harus bersatu karena perbedaan adalah

Meskipun berbeda beda kita tetap harus bersatu karena perbedaan adalah

Keberagaman

PETUNJUK :

Setelah kalian mengamati gambar di atas, Jelaskan pesan yang tersirat dalam gambar tersebut. Apa saja perbedaan yang ada di lingkungan tempat tinggalmu? Walaupun banyak perbedaan dalam masyarakat, tentu saja terdapat hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama, sehingga harus bersatu meninggalkan segala perbedaan demi terpenuhinya kebutuhan bersama tersebut. Buatlah 1 paragraf kesimpulan terkait hal tersebut dan dituliskan pada kolom komentar diberikan nama lengkap, kelas dan no.urut, terima kasih.

Meskipun berbeda beda kita tetap harus bersatu karena perbedaan adalah

Perbedaan adalah suatu keberagaman, yang bisa kita lakukan adalah menerima perbedaan tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan. Perbedaan bukan justru kita jadikan sumber konflik melainkan sebisa mungkin kita jadikan tolak kekuatan untuk membangun kehidupan yang harmonis, damai dan penuh toleransi. Sehingga kedamaian di dunia bisa betul-betul terwujud.

Indonesia adalah salah satu negara yang banyak memiliki keberagaman, Perbedaan yang beragam seperti suku, ras, etnik, agama, budaya ,bahasa ,dan adat istiadat di dalamnya. Perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia sesungguhnya merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Hal ini karena tak banyak negara yang memilikinya.

Salah satu cara menjaga dan merawat perbedaan yang beragam tersebut adalah dengan Bhinneka Tunggal Ika, Bhineka Tunggal Ika (berbeda beda tetapi tetap satu jua) merupakan semboyan negara indonesia yang dijadikan sebagai dasar unuk mewujudkan persatuan dan kesatuan negara indonesia dimana kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, yakni dengan cara hidup saling menghargai satu samalain. Maka dari itu kita sebagai rakyat Indonesia harus tetap menjaga keutuhan dalam kebersamaan membangun Negara kesatuan yang majemuk.

Indonesia dengan hadirnya masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda beda di bawah naungan sebuah system nasional yang mengandung beberapa unsur pemerintahan yang menjalankan suatu proses pembentukan masyarakat Indonesia tanpa membedakan keberagaman budaya ,bahasa ,agama ,suku ,ataupun strata social demi mewujudkan tujuan suatu Negara, yakni seperti yang telah di maksud dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Bhinneka Tunggal Ika sangat memiliki peran penting bagi Indonesia, salah satunya digunakan sebagai pemersatu bangsa demi meningkatkan derajat Negara Indonesia. Kemudian salahsatu usaha yang harus di tempuh yakni meningkatkan kesadaran pola fikir masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak konstitusi dalam berkumpul maupun berserikat, dan juga mendorong masyarakat untuk lebih menggunakan dasar agama sebagai landasan kehidupan dalam bersosialisasi yang juga menegaskan bahwa tuhanlah tujuan hidup mereka seperti yang tertera dalam agama yang di anut setiap individu masyarakat.

Seiring berkembangnya zaman, pengamalan Bhinneka Tunggal Ika semakin lama semakin meredup. Bhinneka Tunggal Ika tidak cukup hanya sebatas semboyan atau konsep pengembangan suatu Negara saja, Perlu ada suatu cara baru yang lebih menyesuaikan dengan kehidupan di jaman sekarang. Salahsatu cara yang bisa di lakukan adalah dengan mengadakan perayaan, perayaan adalah salah satu langkah untuk bagaimana masyarakat bisa memaknai dan mengamalkan Bhineka Tunggal Ika dengan cara turut aktif dalam sebuah perayaan.

Contohnya mengadakan Festival di berbagai daerah dengan menunjukkan kebudayaan daerah mereka masing masing. Dengan demikian masyarakat kembali di sadarkan akan beragamnya kebudayaan daerah di Indonesia yang perlu di lestarikan dan begitu berharganya kebudayaan-kebudayaan tersebut. Perayaan tersebut bertujuan untuk membangun keakraban dan kebersamaan di tengah-tengah perbedaan antar masyarakat.

Disetiap Negara pasti memiliki aturan-aturan tertentu, begitu juga dengan Negara Indonesia. Yang memiliki berbagai aturan yang mengatur setiap individu masyarakat jadi sudah selayaknya kita menjaga keutuhan Bhinneka Tunggal Ika dengan  mentaati peraturan peraturan yang di tentukan dalam Negara Indonesia.

Maka dari itu Bhinneka Tunggal Ika harus di jaga keutuhannya karena telah disadari begitu pentingnya Bhinneka Tunggal Ika bagi Indonesia, maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia untuk memeliharanya. Keutuhan suatu wilayah lah yang menjadi kekuatan utama dalam bernegara, disusul dengan saling menghormati perbedaan satu samalain karna memang benar adanya bahwa Negara Indonesia ini menggandung beragam perbedaan didalamnya maka dari itu saling menghormatilah yang menjadi pondasi Bhinneka Tunggal Ika.

Dengan demikian menjaga, memaknai, menyebarkan dan mengamalkan Bhineka Tunggal Ika adalah kewajiban kita semua agar kedamaian dan kerukunan bisa betul-betul terwujud di bumi Indonesia.

Penulis Widi Ayu Novita S / Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Angktan 2016
Editor

Adanya perbedaan dalam menentukan awal bulan puasa dan jatuhnya hari raya adalah sudah merupakan hal biasa. Sejak dulu, saya masih kecil, perbedaan itu sudah saya alami. Orang menyebut bahwa, sekelompok dalam menentukan awal bulan menggunakan hisab dan kelompok lainnya menggunakan rukyat. Perbedaan cara menetapkan awal bulan itu kadang menjadikan hasilnya berbeda.

Sebagian orang mengira bahwa perbedaan itu hanya antara warga NU dan warga Muhammadiyah. Padahal sebenarnya tidak selalu begitu. Tidak sedikit pondok pesantren yang juga warga NU menggunakan hisab, dan sebagian lagi menggunakan rukyat. Pondok pesantren yang menggunakan hisab dan yang menggunakan rukyat tidak pernah berselisih, mereka masih bersatu. Para kyai yang beda pandangan itu tidak merasa bermasalah.

Selain itu, ada sementara orang menganggap bahwa, mereka yang menggunakan hisab lebih modern dan pengetahuannya lebih tinggi dibanding yang menggunakan rukyat. Lagi-lagi pendapat itu juga tidak tepat. Mereka yang menggunakan metode rukyat dalam menentukan awal bulan sebenarnya juga telah mampu mengetahui di mana letak bulan pada saat itu. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan kriteria dalam menentukan awal pergantian bulan itu. Ada yang menggunakan kriteria tertentu dan ada yang tidak. Dengan begitu, perbedaan itu sama sekali tidak terkait dengan tingkat kepintaran atau kecanggihan teknologi yang digunakan oleh masing-masing kelompok yang berbeda.

Adanya perbedaan itu seringkali juga timbul pertanyaan, apakah tidak mungkin hal itu bisa disamakan ? Jawaban idealnya memang begitu, bagus sekali andaikan diperoleh kata sepakat atau titik temu. Akan tetapi, siapapun akan sulit melakukannya. Persoalan yang menyangkut kelompok, keyakinan, dan apalagi terkait kegiatan ritual tidak mudah dipersatukan. Buktinya, sejak dulu perbedaan itu tetap berlangsung. Bahkan dalam sejarahnya, perbedaan semacam itu sudah muncul sejak Rasulullah masih ada. Namun ketika itu, setiap ada perbedaan, Nabi menjadi penengah dan kemudian persoalannya selasai. Posisi sebagai nabi itu sekarang tidak ada, maka sementara cara yang tepat adalah dibiarkan saja berbeda asalkan mereka masih rukun.

Namun, hal yang menggembirakan, manakala diamati secara saksama, perbedaan itu dari waktu ke waktu tampak semakin menipis. Sudah semakin biasa, orang NU shalat di masjid yang dikenal beridentitas Muhammadiyah dan begitu pula sebaliknya, orang Muhammadiyah shalat lima waktu atau shalat jum'at di masjid yang dikenal didirikan oleh orang NU. Kita sudah bisa melihat orang Muhammadiyah duduk bersama-sama orang NU melakukan kegiatan yang sama, yaitu tahlil misalnya. Atau juga, ada saja orang NU yang sama dengan orang Muhammadiyah, yaitu tidak rajin melakukan kegiatan tahlil, istighosah, dan semacamnya. Perbedaan itu kiranya, ke depan, akan semakin berkurang.

Hal yang terkait dengan kegiatan ritual rupanya memang berpotensi untuk berbeda-beda dan tidak mudah disatukan. Perbedaan seperti itu tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di mana-mana. Untuk menyatukannya tidak mudah oleh karena kegiatan ritual tidak bisa diferifikasi, mana yang diterima atau mana yang ditolak. Bahwa satu cara diterima, sementara yang lain ditolak tidak pernah ada buktinya. Diterima atau ditolak sebuah kegiatan ritual bukan tergantung orang, organisasi, partai atau lainya, tetapi tergantung pada pemilik otortas, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas sifat kasih sayang-Nya, semua amal baik, apapun bentuknya, semoga diterima oleh-Nya.

Oleh karena itu, silahkan saja berbeda, sebagaimana perbedaan itu juga terjadi di kalangan para kyai pesantren. Di antara mereka itu ada yang menentukan awal bulan dengan hisab dan ada pula yang menggunakan rukyat. Antar kyai pesantren yang berbeda tidak merasa ada masalah yang perlu diributkan. Kyai lewat kitab-kitabnya juga mengajarkan kepada santrinya semua cara dalam menentukan awal bulan, yaitu cara hisab dan juga rukyat. Kyai yang menggunakan hisab tidak pernah membuang kitab yang membahas tentang rukyat, dan begitu pula sebaliknya.

Ke depan yang perlu diajawab oleh semuanya adalah bagaimana agar umat Islam menjadi kaya ilmu, menjadi manusia unggul, mampu mewujudkan keadilan, selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah lewat kegiatan ritualnya, dan selalu meningkatkan kualitas amal shalehnya. Untuk mewujudkan itu semua, umat Islam harus bersatu, saling bahu membahu, saling menghormati dan menghargai, selalu menjalin kasih sayang, memperkukuh silaturrahmi, sehingga terwujud masyarakat ideal, yaitu adil, makmur, damai, dan sejahtera. Wallahu a'lam.