Mengapa tauhid dikatakan sebagai dasar PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

jelaskan bahwa konflik keagamaan yg menyebabkan kemunduran periode Abbasiyah! tolong di jwb bestt​

perbedaan kepemimpinan utsman bin affan dengan Jokowi ​

ceritakan para pemeluk agama nasrani setelah masuk ke arab!tolong jawab dengan cepat!​

1. bagaimana akhlak orang-orang Madinah?2. tulislah lafal surah Al-Baqarah ayat 254!3. apa isi kandungan surah Al-Baqarah ayat 254?4. tulislah terjema … h surah Al-Baqarah ayat 254!5. Terjemahkan QS. al-mukminun (23): 101!​

sejarah rivalitas Manchester united vs Liverpool​

jelaskan pembagian golongan masyarakat kerajaan Kediri ​

gelar indomo berhak dipangku oleh seorang........A. RajaB. Basa Ampek Balai C. Putra MakhkotaD. Yawazaya​

kenapa permainan tradisional nisa membuat kita menghargai budaya?​

أطوارا Kata di samping termasuk أطوار hukum bacaan.... a. mad tamkin b. c. d. mad iwad mad 'ärid lissukün mad layyin​

tolong kak bantuin jawab​

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.

KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

Tanpa tauhid, ilmu pengetahuan yang tinggi ibarat bangunan yang megah tetapi fondasinya rapuh sehingga justru membahayakan pemiliknya,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Ilmu pengetahuan harus dilandasi nilai-nilai keimanan atau tauhid agar dapat menjadi fondasi pembangunan peradaban sebuah bangsa, kata pengasuh Pondok Pesantren Daruut Tauhiid Bandung Kiai Haji Abdullah Gymnastiar. "Tanpa tauhid, ilmu pengetahuan yang tinggi ibarat bangunan yang megah tetapi fondasinya rapuh sehingga justru membahayakan pemiliknya," katanya pada pengajian menyambut bulan suci Ramadhan 1435 Hijriah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu. Menurut Abdullah Gymnastiar yang biasa dipanggil Aa Gym, hal itu relevan dengan kondisi saat ini, di mana orang-orang berilmu tinggi namun tidak mempunyai landasan tauhid yang kokoh, justru menjadi perusak sendi-sendi bangsa. Tauhid, kata dia, memiliki peran penting sebagai landasan membangun moral, kecerdasan, dan akhlak para pemuda. Salah satu jalan membekali tauhid adalah penanaman melalui bidang pendidikan. "Saat ini tidak cukup jika hanya memberi bekal pengetahuan yang mumpuni kepada generasi muda kita. Mereka juga tetap membutuhkan sentuhan nilai-nilai tauhid agar menjadi cendekiawan yang bermoral dan berakhlak mulia," katanya. Rektor UII Harsoyo mengatakan UII memang selalu menekankan pendidikan karakter kepada para mahasiswanya. Hal tersebut, kata dia, sejalan dengan cita-cita pendiri UII yang ingin melahirkan cendekiawan Muslim dan pemimpin bangsa yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia. "Kiat-kiat dalam menyelaraskan antara ilmu dan iman adalah melalui berbagai kegiatan islami yang menjadi bagian dari sistem pendidikan di UII seperti Orientasi Nilai Dasar Islam (ONDI), pesantrenisasi, dan Latihan Kepemimpinan Islam Dasar (LKID)," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo HadiEditor: Tasrief Tarmizi

COPYRIGHT © ANTARA 2014

Terkait

Baca juga

Terpopuler

TAUHID SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU DALAM ISLAM

..

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Islam bukanlah sekadar agama yang membangun spiritual sesuatu masyarakat, Islam tidak cukup dengan menjalankan solat lima waktu, puasa, zakat dan Haji. Lebih daripada itu Islam adalah cara hidup (way of life). Oleh karena itu, makalah ini secara khusus membahas peran Islam dalam kehidupan manusia.

Membicarakan peran pada dasarnya membicarakan fungsi atau kegunaan. Peran itu ada dalam struktur. Dalam masyarakat terdapat struktur kemasyarakatan yang antara satu dengan yang lain saling memberikan fungsi. Fungsi salah satu komponen, baik dalam masyarakat mekanis maupun masyarakat organis, terhadap komponen yang lainnya disebut peran.

Dalam rangka membuktikan peran agama islam dalam kehidupan sosial, kita memerlukan dua komponen pembahasan yang menurut kami penting : pertama, hubungan antara perintah bertauhid dan cegahan syirik dengan ilmu pengetahuan; kedua, paradigma ilmu islami yang kini sedang digalakkan oleh banyak cendekiawan Muslim.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan tauhid?

2.      Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?

3.   Terbagi berapakah tauhid?

4.   Apa saja sumber-sumber ilmu pengetahuan?

5.   Apa dasar tujuan hidup umat islam?

6.   Bagaimana perana tauhid dalam integrase ilmu?

C.    Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.     Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam.

2.     Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber-sumber ajaran Agama Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Tauhid

a.     Definisi Tauhid

Tuhan terlebih dahulu menegaskan bahwa dzat-Nya adalah tuhan yang “Ahad” yang artinya satu. Kata “ahad” dalam bahasa Arab sama dengan kata “wahid”, namun dengan perbedaan penekanan, bahwa “ahad” adalah satu yang meupakan bilangan yang tidak terbilang, ia berdiri sendiri; sedangkan “wahid” adalah satu yang merupakan bilangan yang terbilang dan merupakan permulaan dari bilangan yang kemudian bisa benjadi dua, tiga, empat, dan seterusnya, hingga tak terhingga.

Allah SWT adalah satu dan nomor satu. Dia adalahpencipta segala sesuatu. Karena Dia wujud, maka yang lain menjadi terwujud karena diciptakan olehNya. Adanya yang lain karena dicipta oleh yng satu.

Al-Kitab berarti sesuatu yang ditulis atau sesuatu yang ditulis dengan pena, atau bisa berarti kumpulan atau himpunan, yang diambilkan dari kata-kata katibah, yaitu ‘sekumpulan kuda’.

Sedangkan at-tauhuid menurut bahasa merupakan mashdar dariwahhada. Jika dikatakan wahhada asy-syai’a artinya menjadikan sesuatu itu satu. Adapun menurut syariat berarti mengesakan Allah dengan Sesutu yang khusus bagi-Nya, berupa rububiyah, uluhiyah, al-asma’ dan sifat.

b.     Macam-macam Tauhid

1.     Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatanNya meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk. Allah berfirman:

اللَّهُ خَالِقُ كٌلِّ  شَيْئٍ... (الزمر)

“Allah menciptakan segala sesuatu.” (Az-Zumar : 62 )

Sesungguhnya Allah adalah pemberi rezeki bagi setiap manusia, binatang, dan makhluk lainnya. Allah berfirman:

وَمَامِنْ دَابَّةٍ فِى الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا...(هود )

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (Hud : 6)

Allah menciptakan semua makhluk di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musyirik yang menyekutukan Allahdalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyyahNya.

Jenis tauhid ini diakui oleh semua orang. Tidak ada umat manapun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya pada zaman ini, seperti orang-rang komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi, pada hakikatnya secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membutnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya.

2.     Tauhid Uluhiyyah

Uluhiyyah adalah ibadah. Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dengen perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti do’a, nazar, qurban, raja’(harapan), takt, tawakkal, senang, dan taubat. Jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, yang pertama hingga terakhir. Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوْااللَّهَ وَاجْتَنِبُوْا الطَا غُوْتَ (النخل)

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu…” (An-Nahl : 36).

Tauhid uluhiyyah juga disebut tauhid ibadah karena ubudiyyah adalah sifar ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya.

c.      Tauhid asma wa sifat

Makna tauhid asma wa sifat adalah  beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatnNya sebagaimna yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah menuru apa yang pantas bagi Allah, tanpa ta’wil, tathhil, takyif,dan tamsil. Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ (الشورى)

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Melihat”. (Asy-syura: 11)

Dalam ayat ini Allah menafikkan adanya sesuatu yang menyerupaiNya dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yan Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh RasulNya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilnggar, karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasulullah.

Siapa yang mengingkari nama-nama Allah san sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNyadengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau mena’wilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta kepada Allah danRasulNya.

B.    Pengertian Ilmu Pengetahuan & Islam

a.     Apa itu ilmu pengrtahuan ?

Sejak awalnya, umat islam mengakui dua jenis keilmuan sekaligus, ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Kedua jemis ilmu itu dikategorikan sebagai pengeahuan yang ilmiah dan dikembangkan melalui metode yang ilmiah pula. Hal ini tentu saja berbeda dengan yang ada di Barat, dimana  dibagi kedalam, dua istilah teknis, yaitu science (ilmu pengetahun) dan knowledge (pengetahuan). Istilah  yang pertama diperuntukkan bagi bidang ilmu fisik aatu empiris , sedangkan istilah kedua diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu nonfisik seperti  konsep mental dan metafisika. Dengan kata lain, hanya ilmu yang sifatnya fisik dan empiris sajayang bisa dikategorikan ilmu, sementara sisanya, seperti ilmu agama, tidak bisa di kategorikan ilmu (ilmiah).

Fenomena seperti ini, baru saja terjadi di abad modern. Karena pada awalnya ilmu ada sampai abad pertengahan , ilmu masih belum dibeda-bedakan (masih mencakup semua ilmu pengetahuan). Baru ketika memsuki abad modern  yang ditandakan dengan positivisme, maka pengetahuan yang terukur secara empiris dikhususkan dengan penyebutan scientific knowledge atau science saja. Karena itu sejak awal kelahirannya islam; agama, akal, dan indra, ketiganya berjalan secara beriringan dengan sangat baik. Konsekuensinya, tidak akan ditemukan dalam khazanah pemikiran Islam pergeseran definisi ilmu seperti apa yang terjadi di dunia Barat. Dari sejak awal sampai sekarang, ilmu dalam islam mencakup bidang-bidang fisik dan juga nonfisik.

Istilah yang digunakannya sejak awal pun tidak berubah, yakni ‘ilm. Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, penggunaan istilah ‘ilm itu sendiri, sangat terpengaruh oleh pandangan dunia Islam:

“Pengetahuan dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al-‘ilm, al-ma’rifah dan as-syu’ur (kesadaran).Namun, dalam pandangan dunia islam , yang pertamalah yang terpenting. Karena ia merupakan salah satu sifat Tuhan. Julukan-julukan yang dikenakan terhadap Tuhan dalah al-Alim, al-Alim dan al-Allam, yang semuanya brarti Maha Mengetahui; tetapi Dia tidak pernah disebut al-Arif atau as-Sya’ir”

Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, diteliti dari aspek linguistiknya saja , kata ‘ilm memang bermakna luas. Merujuk pada kamus Arabic-English Lexicon, ia menjelaskan, perkataan ‘ilm berasal dari kata ‘ain-lam-mim yang diambil dari kata alamah, yaitu tanda, petunjuk atau indikasi yang dengannya sesuatu atau seseorang dikenal..

Dari fakta luasnya cakupan ilmu dalam islam, maka sekarang umat Islam menyadari bahwa mendefinisikan ilmu (Pengetahuan) secara hadd adalah mustahil. Al –Attas dalam hal ini menjelaskan bahwa ilmu merupakan sesuatu yang tidak tidak terbatas dan karenanya tidak memiliki ciri-ciri spesifik dan perbedaan khusus yang bisa didefinisikan. Lagi pula Al-Attas menjelaskan, penggunaan istilah ‘ilm selalu diukur oleh pengetahuan seseorang mengenai ilmu dan sesuatu yang jelas baginya. Ketika medan ilmu pada faktanya sangat luas, maka pengetahuan seseorang terhadapnya sangat terbatas. Oleh karena itu, maka pemaman oleh masing-masing orang pasti terbatas.

Ketika menyadari bahwa mendefinisikan ilmu secara hadd mustahil, maka Al-Attas hanya mengajukan deskriptif (rasm). Dengan premis bahwa ilmu itu dating dari Allah dan diperoleh oleh jiwa yang kretif, ia membagi pencapaian dan pendefinisian ilmu ke dalam dua bagian. Pertama, sebagai sesuatu yang datangnya dari Allah, bisa dikatakan bahwa ilmu itu adalah datangnya makna sesuatu yang diterima oleh jiwa pencari ilmu. Kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa diartikan sebagai daangnya jiwa pada makna sesuatu atau objek ilmu.

b.       Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan

1)    Wahyu

2)    Ilham

3)    Naluri

4)    Akal

5)    Pancaindra

Oleh demikian, sumber ilmu telah diklasifikasikn kepada beberapa jenis agar manusia faham akan suberdaya dan konsep ilmu pengeahuan. Wahyu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada pesuruhNya.ia merupkan teras kepada segala ilmu, dimana ia telah diturunkan mengandungi segala ilmu , diman ia telah diturunkan dan dikumpulkan dalam al-Qur’an. Wahyu yang diturunkammmengadung segala ilmu yang diperlukan oleh manusia untuk kemaslahatan hidup serta perkara ghaib yang tidak dapat dicapai akal.

Dengan akal manusia dapat menimbang dengan membedakan yang baik dan buruk walaupun tidak secara kebenaran mutlak tetapi cukup untuk menyelesaikn masalah sehari-hari. Karena itu Allah menciptakajn otak pada setiap makhluk hidup, tetapi khususnya manusia sajalah yang dikaruniai akal supaya dapat berfikr dan dpat menerapkan sifat kemanusiaan. Dan Allah juga telah meberikan pancaindra yang mana merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ia digunakan melalui beberapa percobaan dalam proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Selain itu ilmu memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1.     Membedakan antara hal dan bathil

2.     Meningkatkan derajat manusia

3.     Mendapatkan ganjaran yang besar

4.     Menghidupkan yang telah mati

c.      Keutamaan ilmu

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِي اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِ يْنَ أُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ

“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-oang yang diberi ilmu beberapa derajat…”(al-Mujadalah [58] :11)

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِه العُلَمَاءُ

“…Diantara hamba-hamba Allah yang taku kepadamNya, hanyalah para ulama…”(Fathir [35] :28)

Fatah al-Mushili berkata, “Bukankah apabila orang sakit atau tidak diberi makan, minum dan obat, maka dia akan mati ?” Lalu seseorang menjawab, “Benar”. Fatah berkata ,“Begitu juga dengan hati. Apabila hati terhalang dari hikmah dan ilmu selama 3 hari, maka hati tersebut akan mati.”

Perkaan Fatah merupakan suatu kebenaran. Makanan bagi hati adalah ilmu dan hikmah. Tetapi, hati yang tidak merasakan keduannya akibat kesibukan-kesibukan dunia, maka hal itu ajkan mematikan sensifitasnya. Apabila kematian itu telah menyingkap kesibukan-kesibukan itu darinya maka dia akan merasakan siksaan besar dan penyesalan yang tidak berakhir.

Dari ilmu, Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum. Allah menempatkan mereka dalam kebaikan sebagai  pemimpin para pemberi petunjuk menuju kebaikan. Jejak-jejak mereka diikuti. Pebutan-pebuatan mereka diperhatikan. Para malaikan pun ingin bersahabat dengan mereka dan mengusap mereka dengan sayap-sayap para malaikat. Segala sesuatu yang lembab dan kering pun memohonkan ampunan bagi mereka. Bahkan, ikan-ikan, hewan-hewan, berbisa dan jinak yang ada dilautan, serta langit dan bintang-bintang juga memohonkan ampunan bagi mereka.

Ilmu Allah tidaklah sedikit, banyak macam yaitu,ilmu yang terpuji, tecela, fardhu’ ‘ ain, dan fardhu kifayah. Tetapi, tidak semua ilmu Allah terpuji. Ilmu yang dimaksud dalam hal ini adalah sihir, penggunaan jimt, filsafat dan berbagai ilmu yang sejenis dengan ilmu-ilmu ini.

Sihir dan penjimatan merupakan sesuatu yang tidak terpuji karena mnimbulkan berbagai macam bhaya. Nujum (perbintangan) merupakan sesuatu yang tidak terpuji karena hal itu dilarang. Rasulullah besabda,

اِذَا ذُكِرَ النُجُوْمَ فَأَمْسِكُوْا

“Apabila disebutkan nujum maka tahanlah diri kalian” (HR Dzahabi)

Perintah unyuk menahan diri tidak lain dan tidak bukan karena manusia sangat senang untuk menyandarkan sesuatu kepada sarana-sarana yang konkret dan imajinatif. Bisa jadi hal itu akan membuatnya lupa kepada Penyebab segala sebab, yaitu Allah SWT.

Adapun filsafat, ia merupakan sesuatu yang tidak terpuji karena menimbulkan perkara-perkara yang menimbulkan syariat. Mengenai ilmu hitung, ia memang merupakan sesauatu yang bermanfaat. Hal ini tidak dapat ditentang dan diingkari. Tetapi, ia merupakan pintu masuk menuju segala sesuatu yang berada dibelakangnya. Karena itu, hendaklah seorang murid mencukupkan diri dengan apa yang dibutuhkannya saja dariilmu ini. Begitu pula, ilmu alam. Adapun nujum, hendklah seseorang mencukupkan siri dengan sesuatu yang dapat membantunya untuk memecahkan persoalannya. Misalnya, untuk mengtahui arah kiblat

d.     Islam

Islam yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan hadist. Dan hanya islamlah satu-satunya agama yang di ridhai Allah SWT. Seperti firman Allah dalam surah al –Maidah:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًا

e.      Ilmu dalam Islam

أُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ اِلَى الهْدِ

“Tuntutlah ilmu dari lahir sampai liang lahat”

Kata-kata mutira diatas sudah cukup jelas bahwasannya ilmu sangatlah penting, karena didalam –kata-kata mutiara tersebut menjelskan bahwa salah satu tugas dari manusia adalah menuntut ilmu.

Karena bagaimanapun perdaban ilmu akan selalu eksis sepanjng masa. Keduduknnya menjadi lebih tinggi dan lebih penting daripada peradaban yang diukur secara fisik semata seperti pemikiran modernis sekarang. Hal ini karena peradaban fisik mencakup penemuan-penemuan teknologi akan selalu terbarukan dan yang lama akan ketinggalan zaman dan akhirnya akan ditinggalkan.

C.   Tauhid Sebagai Dasar Ideologi

Tauhid hidup umat islam

Al-qur’an sebenernya telah memberikan penjelasan tentang tujuan hidup dan sasaran yang harus dicapai. Pada dasarnya tujuan hidup umat islam dibagi menjadi dua :

a)    Tujuan hidup vertikal

Hubungan terhadap Allah Swt adalah radhiatan mardhiyyah artinya setiap perilaku umat islam baik dalam niat, perkataan, perbuatan dan gerakgerik menunjukkan ridha, cinta dan puas kepada-Nya sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diradhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-ku, masuklah kedalam surge-ku. (QS. Al-Fajr 27-30).

b)    Tujuan hidup horizontal

Tujuan hidup umat islam dalam hubungan horizontal adalah rahmatan li al-‘alamin, yaitu mendatangkan rahmat berupa kebaikan, kemanfaatan dan keuntungan bagi alam semesta atau makhluk. Sebagaimana firman-Nya :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya 107)

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa tujuan hidup muslim di dunia untuk beribadah. Beribadah yang sebenernya adalah tujuan hidup tetapi ia adalah jalan, cara, dan tugas yang harus direalisasikan agar dapat mencapai tujuan hidup yang hakiki.

Tauhid merupakan dasar ideologi tujuan kehidupan umat islam

Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Oleh sebab itulah, dasar ideologi tujuan kehidupan ummat islam yaitu tauhid itu sendiri. dengan bertauhid, maka ummat islam mengetahui hakikat penciptaan dirinya, sebagaimana dalam firmannya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku (QS Al-Dzariyat :56)

Dengan bertauhid pula umat islam akan tahu mengenai tujuan kehidupannya yaitu semua jenis ibadah, bahkan hidup dan matinya tidak lain hanya ditunjukkan kepada Allah swt semata dan demi mencari ridha-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah : Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk allah, tuhan semesta alam (QS Al-An’am :162)

D.   Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sekalipun tampilnya Al-Ghazali disambut oleh pergolakan dikalanganpara cendikian dan intelektual muslim, terutama sekali dengan munculnya aliran-aliran yang cenderung membawakan ajaran dari trendnya masing-masing. Dan para ihwal condong mengatakan para ihwal transformasi dan distribusi ilmu pengetahuan didunia islam pada saat al-ghazali hidup telah mundur dan melewati masa kemajuannya,, terutama sekali di dunia islam bagian timur, “karna merajalela-lelanya ulama yang menuntut ilmu bukan lagi untuk mengukuhkan pangkat dan jabatan para penguasa”(Sulaiman Dunia,1971:15). Ada seorang pakar ilmu mumpuni dan dianggap besar pada masanya yang semasa dengan Al-Ghazali; yakni Umar Khayyam (429 H/ 1038 M – 517 H/1123 M) (Sayyed Hussein Nashr,1968 :35). Nama lengkapnya adalah Abu al-fath Umar ibn Ibrahim Al-Khayyam dilanirkan di daerah Persia dekat Neisyapur. Kota ini adalah tempat berdirinya perguruan tinggi Nizamiyah yang di praksai niozzam al-mul bani saljuk di Baghdad. Khayyam memproklaminkan dirinya sebagai murid ibm sina yang dikenal sebagai seorang saintis, filoof dan rasionalis dantelah tercatat bahwa buku al ghazali tahafut al fasifah ditujukan kepada ibn sina. Khayyam membagi penuntutbilmu menjadi empat, yaitu :

Ahli teologi yang mau menerima bukti-bukti pertentangan dan yang “memuaskan” dan menganggap pengetahuan seperti ini tyentang al-khalik yang memadai.

Filosof dan orang terpelajar (pengaruh grika) yang menggunakan alasan rasional dan yang ingin menegetahui hukum logika

Kaum ismaliah (satu cabang islam syi’ah) kepada ilmu tidak lain ialah menerima penjelasan dari sumber yang alimdan

Kaum sufi, yang mengejar ilmu tidak dengan cara meditasi atau pemikiran logik, tetappi dengan jalan pensucian jiwa mereka dan pembersihan sifat dan pembawaan mereka.

E.    Tauhid sebagai integrasi ilmu

Peran tauhid dalam integrasi ilmu

Tauhid secara transformative memiliki hubungan yang integrated dengan berbagai aspek kehidupan, terutama dengan pengembangan ilmu pengetahuan.

Tauhid mengintegrasikan aspek ontologi (sumber ilmu)

Tauhid dapat dipahami sebagai upaya mengintegrasikan atau menyatukan atau memandang bahwa pada hakikatnya seluruh sumber bagi penegmbangan ilmu itu satu, berasal dari Allah SWT itu berupa ayat Al-Qur’an (wahyu) merupakan ayat Allah, ayat kauniyah (hukum-hukum yang ada di jagat raya), ayat insaniah (hukum-hukum) yang ada di masyarakat, akal pikiran, dan hati nurani.

 Terkait dengan Al-Qur’an sebagai ayat allah dinyatakan didalam Al-Qur’an sebagai berikut :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama allah, gemeterlah hatiny, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya, dan hanya kepada tuhannya mereka bertawakal (QS Al-Anfaal : 2)

Terkait dengan alam jagat raya sebagai ayat kauniyah, antara lain dinyatakan dalam ayat:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi , dan pergantian malam dan siang terdapat tanda tanda (kebesaran allah) bagi orang-orang yang berakal. (QS Ali-Imran 190)

وَهَٰذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

Kami telah memperjelas ayat-ayat (kami) kepada orang-orang menerima peringatan (QS Al-An’am 126)

                   Selanjutnya ayat fenomena social antara lain dinyatakan dalam ayat :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan saying. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran allah) bagi kaum yang berpikir (Ar-Ruum 21)

                   Terkait dengan panca indra, akal pikira, dan hati nurani, berupa al-qalb dan al-af’id sebagai ayat ciptaan Allah swt , dinyatakan dalam :

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur (QS An-Nahl 78).

1.     Tauhid tentang aspek epistemology

Tauhid menyatukan aspek metode atau langkah-langkah dalam penelitian ilmu pengetahuan, berdasarkan sifat dan cara kerjanya, penelitian itu dibagi menjadi lima macam :

i.         Penelitian bayani atau ijtihadi

Penelitian yang ditunjukkan untuk menggali ajaran atau hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an tentang berbagai kehidupan : akidah, ibadah dan syariah; dunia dan akhirat, material dan spiritual, individu dan social, jasmani dan rohani dengan perinciannya yang sangat luas .

Langkah- langkah yang ditempuh dalm penelitian bayani :

Dalam tafsir dimulai dengan menyebut kata-kata dan kalimat dalam ayat; menjelaskan makna mufradat, melihat hubungan ayat dengan ayat sebelumnya, melihat sebab turunnya ayat, melihat redaksi kalimat dan implikasi pemahamannya, melihat hubungan ayat dengan hadist, menggali kandungan dengan menggunakan logika bahasa, kaidah fiqih, kaidah ushul fiqh dan hubungan lainnya yang terkit ayat. Penelitian bayani dapat dijumpai dalam berbagai ilmu agama islam , seperti : hadist, fiqh, kalam dan sebaginya.

Penelitian ijbari atau tashkhiri

Dilakukan dengancara mengobservasi dan menggali rahasia yang terkandung dalam alam jagat raya, agar diketahui hukum-hukum, khasiat dan hikmahnya guna disusun menjadi ilmu pengetahuan. Tentang adanya riset tentang riset ajbari dijelaskan tentang :

اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَاَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخۡرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّـكُمۡ​ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡـفُلۡكَ لِتَجۡرِىَ فِى الۡبَحۡرِ بِاَمۡرِهٖ​ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡاَنۡهٰرَ​ۚ‏ ﴿14:32﴾ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَ دَآئِبَيۡنِ​ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الَّيۡلَ وَالنَّهَارَ​ۚ‏ ﴿14:33﴾

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS Ibrahim: 32-33)

Penelitian burhani

Penelitian terhadap perilaku manusia dalam berbagai aspeknya.bmisalnya neliti tentang perilaku transaksi jual-beli, tukar-menukar barang dan jasa, yang menghsilkan ilmu ekonomi; meneliti perilaku hubungan social dan saling pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan sosiologi; meneliti perilaku kepemimpinan dan pengaturan suatu kekuasaan yang mnghasilkan ilmu politik; meneliti aturan hukum dan aturan yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah yng menghasilkan ilmu hukum; meneliti gejala-gejala jiwa yang dihubungkan dengan potensi bathin yang dimiliknya yang menghasilkan ilmu psikologi, dan seterusnya, seperti dalam firman allah swt :

Dan ajaklah penolong-penolongmu selain allah, jika kamu orang-orang benar (QS al-Baqarah 23)

Penelitian jadali

Penelitian terhadap segala sesuatu dari segi hakikat, konsep atau jiwanya yang dilakukan dengan menggunakan akal pikiran (logika) yang dilkukan secara mendalam, radikal, universal, sistematis, dan spekulatif, yakni menerawang hingga pada batas yang tidak dapat dijangkau lagi. Segala sesuatu yang dipikirkan itu antara lain tentang tuhan menghasilkan filsafat ketuhanan atau teologi; tentang manusia yang menghasilkan ilmu jiwa, tentang alam jagat raya, yang menghasilkan kosmologi; tentang masyarakat yang menghasilkan sosiologi; tentang baik atau buruknya yang menghasilkan etika; tentang indah dan tidak indahnya yang menghasilkan seni; tentang pemerintahan yang menghasilkan politik dan seterusnya. Dengan sifat yang demikian dan dan menggunakan metode induktif dan deduktif menyebabkan filsafat ini menjadi indukatau tempat lahirnya semua ilmu pengetahuan. Firman Allah swt :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka yang baik (QS An-Nahl :125)

Penelitian irfani

Penelitian yang menggunakan hati nurani (Al-Qalb) dan batin (Al-Fu’ad) dengan cara dibersihkan melalui taubat, zuduh, sabar, ikhkas, tawakal, muraqabbah, muhabbah, dan liqa illah. Dengan cara demikian hatinya menjadi bersih dan kemudian Allah SWT memberikan cahaya kepada orang tersebut. Cahaya itu zkang disebut al-makrifah (al-ghazalii), al-syiraqiyah (syuhrawardi), al-mauhubah (imam al-syarbasyi), al-faid (ibn sina),al-laduni (kalangan ulama), dan wangsit (dalam tradisi sultan pada masyarakat jawa)

Adapun metodenya adalah dengan membersihkan diri dan berusaha dekat sedekat mungkin dengan allah, lalu Allah mencintainya.

Tauhid mengintegrasikan Aspek Aksiologi

Iman erat dengan hubungannya dengan aman, damai, sejahtera dan terpercaya. Hal ini mengandung arti tentang perlunya tanggung jawab moral dari ilmu pengetahuan. Yakni bahwa ilmu yang dibangun dari dasar iman adalah ilmu yang diabdikan untuk mewujudkan perdamaian dunia, rasa aman, sejahtera dan bahagia lahir dan batin. Ilmu yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan segala potensi yang diberikan oleh allah, yaitu potensi pancaindra dan akal untuk meneliti fenomena alam, fenomena social dan hakikat serta ditambah dengan menggunakan hati nurani, pada hakikatnya menggunakan fasilitas tuhan. Oleh karna itu, hasil penelitian dalam berbagai ilmu itu mendekatkan diri kepada allah dan mendekTKn diri kepada manusia.

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

1.     Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah SWT. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT esa (satu)tidak dari segi bilangan. Melainkan dari segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa.

2.     Ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

3.     Tauhid terbagi menjadi 3, yaitu :

a)     Tauhid Rububiyyah

b)    Tauhid Uluhiyyah

c)     Tauhid Asma wa Sifat

4.     Sumber-sumber ilmu pengetahuan ada 5, yaitu :

a)     Wahyu

b)    Ilham

c)     Naluri

d)    Akal

e)     Pancaindra

5.     Pada dasarnya tujuan hidup umat islam dibagi menjadi dua, yaitu :

a)     Tujuan hidup vertical

Hubungan terhadap Allah Swt adalah radhiatan mardhiyyah artinya setiap perilaku umat islam baik dalam niat, perkataan, perbuatan dan gerakgerik menunjukkan ridha, cinta dan puas kepada-Nya.

b)    Tujuan hidup horizontal

Tujuan hidup umat islam dalam hubungan horizontal adalah rahmatan li al-‘alamin, yaitu mendatangkan rahmat berupa kebaikan, kemanfaatan dan keuntungan bagi alam semesta atau makhluk.

6.     Peranan tauhid dalam dalam integrasi ilmu ialah sebagai upaya mengintegrasikan atau menyatukan atau memandang bahwa pada hakikatnya seluruh sumber bagi penegmbangan ilmu itu satu, berasal dari Allah SWT itu berupa ayat Al-Qur’an (wahyu) merupakan ayat Allah, ayat kauniyah (hukum-hukum yang ada di jagat raya), ayat insaniah (hukum-hukum) yang ada di masyarakat, akal pikiran, dan hati nurani.

B.    Saran

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami dengan tangan terbuka menerima segala banyak saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Latif Fakih Abdul, Deklarasi Tauhid (Pamulang : Inbook, 2011) cet I

Shalih, Kitab Tauhid (Jakarta Timur : Ummul Qura, 2015) cet VII

Al-Utsaimin Muhammad, Syarah Kiatab Tuhid Jilid II (Bekasi : PT Drul Falah, 2014), cet 5

Nasution Harun, Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya (Jakarta : UI Press, 2010)

Madyan, AL-Qurtubi Abu. Mukhtashar Ihya Ulumuddin (Depok :Keira Publishing, 2014) Cet I

Syukur, suparman.  Studi Islam Tranfomatif: pendekatan di era kelahiran perkembangan dan pemahaman konstektual (Yogyakarta : Putaka Pelajar, 2015) Cet I

Ghazali, Muhammad Bahri. Konsep ilmu menurut Ghazali suatu tinjau psikologi pedagogic. Cet I, Thn 1991

Latif Fakih Abdul, Deklarasi Tauhid (Pamulang : Inbook, 2011) cet I h. 73-75

Shalih, Kitab Tauhid (Jakarta Timur : Ummul Qura, 2015) cet VII hal.13-71

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA