Mengapa kita harus menghindari makanan yang banyak mengandung zat gula dan kimia?

Zat aditif kerap ditambahkan ke dalam berbagai jenis makanan olahan sebagai penambah cita rasa atau pengawet makanan. Meski memiliki beragam fungsi, konsumsi makanan dengan kandungan zat ini sebaiknya dibatasi karena dapat berbahaya bagi kesehatan, terutama bila dikonsumsi berlebihan.

Zat aditif merupakan zat yang ditambahkan ke dalam makanan selama atau setelah proses pengolahan makanan. Penambahan zat ini umumnya dilakukan guna mengawetkan, menambah cita rasa, memperbaiki tesktur, atau mempercantik tampilan makanan.

Mengapa kita harus menghindari makanan yang banyak mengandung zat gula dan kimia?

Jenis zat aditif yang digunakan pun beragam, bahkan vitamin dan mineral juga bisa termasuk dalam zat aditif. Vitamin atau mineral kerap ditambahkan dengan alasan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi makanan tertentu.

Zat Aditif yang Sebaiknya Dihindari

Meski ada beberapa zat aditif yang bermanfaat untuk meningkatkan asupan gizi, sebagian zat ini dinilai berbahaya jika dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan.

Berikut ini adalah beberapa zat aditif yang sering digunakan dalam pembuatan makanan beserta potensi bahayanya terhadap kesehatan:

1. Pengawet

Berdasarkan penelitian, zat aditif atau bahan kimia yang ditambahkan agar makanan dapat bertahan lama, seperti benzoat, nitrat, dan sulfit, diduga dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan.

Berbagai gangguan kesehatan dari zat pengawet meliputi peningkatan bahaya oksidasi, risiko kanker, reaksi alergi, dan nafsu makan bertambah.

2. MSG atau monosodium glutamate

Beberapa penelitian mengemukakan adanya efek negatif dari konsumsi MSG bagi kesehatan. Sebagian orang dapat lebih sensitif terhadap zat aditif ini, sehingga pada kadar tertentu, MSG bisa menyebabkan sakit kepala, keringat berlebih, dan mati rasa.

Selain itu, zat aditif yang membuat makanan terasa gurih ini juga sering kali dikaitkan dengan peningkatan risiko kenaikan berat badan dan sindrom metabolik.

3. Sirop jagung tinggi fruktosa

Sirop jagung tinggi fruktosa merupakan pemanis yang sering digunakan dalam produk makanan dan minuman kemasan, seperti minuman bersoda, kue, dan permen.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsums secarai berlebihan, zat aditif ini dapat menurunkan fungsi hormon insulin, serta meningkatkan risiko obesitas dan tekanan darah tinggi.

4. Pemanis buatan

Pemanis buatan, seperti aspartam, sering kali ditemukan di dalam permen karet, sereal, agar-agar, dan minuman bersoda.

Berdasarkan hasil uji klinis pada hewan, pemanis buatan bisa memicu kanker jika dikonsumsi secara berlebihan. Selain itu, konsumsi aspartam berlebihan juga diduga bisa memicu gejala depresi pada orang yang memiliki gangguan mood.

5. Sodium nitrat

Zat aditif ini sering kali digunakan sebagai bahan pengawet, penyedap, sekaligus pemberi warna kemerahan pada daging olahan. Ketika dipanaskan, sodium nitrat akan berubah menjadi nitrosamine, yang dianggap sebagai pemicu risiko kanker di saluran cerna.

6. Gula

Meski zat tambahan yang digunakan dalam pengolahan makanan adalah gula alami, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan, gula juga bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Alasannya, konsumsi gula secara berlebih dan terus-menerus, dapat menimbulkan diabetes, obesitas, serta penyakit jantung.

7. Garam

Garam atau sodium sangat umum ditambahkan pada makanan sebagai pemberi rasa asin. Selain fungsinya sebagai pemanis makanan, mengonsumsi banyak garam juga dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan berupa meningkatnya risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes.

Beragam jenis zat aditif dalam makanan memang bisa menyebabkan masalah kesehatan. Namun, perlu diingat pula bahwa faktor gaya hidup yang buruk juga mengurangi timbulnya berbagai penyakit.

Oleh karena itu, mulailah untuk menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga rutin, mencukupi waktu tidur, mengelola stres dengan baik, menghindari kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

Selain itu, dalam rangka mengurangi zat aditif dalam makanan, konsumsi makanan yang diolah sendiri lebih disarankan daripada makanan olahan atau cepat saji. Dengan mengolah makanan sendiri, Anda bisa menentukan seberapa banyak bahan atau porsi makanan yang diperlukan sesuai kondisi tubuh.

Agar lebih tepat dalam mencegah asupan zat aditif berbahaya dan memenuhi asupan nutrisi sesuai kebutuhan, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu.

Makanan kemasan dan hidangan cepat saji acapkali mengandalkan berbagai zat tambahan (zat aditif) untuk meningkatkan cita rasa serta kualitas tampilan agar lebih menarik sekaligus memperpanjang masa simpannya. Di balik kemenarikan tersebut masyarakat perlu memperhatikan kandungan berbahaya.

Tingginya konsumsi masyarakat khususnya anak-anak pada makanan kemasan menarik perhatian Pakar Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Siti Mardiyah untuk mengurai kandungan yang terdapat dalam makanan kemasan.

Mardiyah menjelaskan zat tambahan (zat aditif) pada makan kemasan dinamakan dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Penambahan BTP yang boleh digunakan dalam makanan diatur dalam Permenkes No. 033 Tahun 2012 atau PerKaBPOM No. 11 tahun 2019 tentang bahan tambahan pangan.

“Ada sekitar 26 jenis bahan tambahan makanan yang diatur dalam kedua peraturan  tersebut.  bahan yang dilarang digunakan pada pangan meliputi boraks atau asam borat, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofuranazon, serta formalin,”urai Mardiyah Rabu (30/3/22)

Dalam keterangan tertulis Mardiyah menjelaskan jenis BTP yang sering digunakan dalam makanan kemasan pada jajanan anak yang biasanya ditambahkan dalam makanan kemasan.

“Pertama adalah penyedap penguat rasa yang disebut Monosodium Glutamat (MSG) orang menyebutnya mecin. MSG sangat umum digunakan pada makanan kemasan karena rasanya yang kuat dan gurih, sehingga banyak disukai anak-anak, selain makanan kemasan anak-anak, MSG pada umumnya juga digunakan dalam produk mie instan.   

Ia menjelaskan beberapa penelitian menjelaskan mecin bisa menyebabkan masalah pada saraf dan kerja otak. Kebanyakan makan mecin diduga kuat bisa menyebabkan  sakit kepala dan mual-mual, sebagai gejala  chinese restaurant syndrome.

“BTP lain yang harus diwaspadai adalah zat pewarna atau bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan dengan tujuan mempercantik penampilan, orang tua harus paham bahwa  tidak semua pewarna makanan aman digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan pewarna buatan dapat meningkatkan kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD,”imbuhnya.

Ia menjelaskan pewarna ini biasanya digunakan pada produk minuman kemasan, jelly, permen dan es krim. Ia berpesan agar memilih makanan tanpa pewarna buatan, atau gunakan perwarna dari bahan-bahan alami (seperti daun suji untuk warna hijau) untuk menghindari risiko kemunculan penyakit.

Selanjutnya yang harus diwaspadai adalah perisa (flavour) buatan. Perisa (flavour) buatan adalah BTP yang dapat memberikan, menambah dan mempertegas suatu rasa pada makanan. Beberapa minuman dan makanan kemasan dengan embel-embel rasa asli kadang mendapatkan rasanya dengan bantuan perisa buatan.Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti bahwa perasa buatan memiliki beberapa efek racun terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Sirup jagung fruktosa juga harus diwaspadai yang merupakan pemanis buatan yang sering ditemukan dalam soda, jus, permen, sereal, dan berbagai makanan ringan, jika dikonsumsi terus menerus dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Selain itu, zat yang satu ini juga dapat memicu peradangan dalam sel yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.

“Penelitian membuktikan pemanis jenis ini tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sebagai gantinya, pilih makanan dan minuman tanpa gula buatan tambahan. Kita bisa menambahkan madu murni sebagai pengganti gula yang lebih sehat,”jelasnya.

Selanjutnya adalah pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan siklamat yang digunakan dalam makanan dan minuman manis rendah kalori. Siklamat memiliki rasa manis 30 kali daripada sukrosa. Pedagang pengecer pada umumnya mengenal natrium siklamat dengan nama dagang sodium atau biang gula atau sari manis.Penelitian membuktikan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mengelola kadar gula darah di dalam tubuh.

Penting juga untuk memahami pengawet dalam makanan. Kombinasi natrium benzoat dan pewarna makanan dapat meningkatkan kecenderungan hiperaktivitas pada anak. Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C juga dapat berubah menjadi benzena, zat yang dapat meningkatkan risiko kanker. Sehingga ada baiknya teliti sebelum membeli. Hindari makanan dan minuman yang mengandung asam benzoat, natrium benzoat, benzena, atau benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C seperti asam sitrat atau asam askorbat.

Terakhir adalah lemak trans. Lemak trans (trans fat) terbentuk akibat proses penggorengan suhu tinggi (deep frying), hidrogenasi, dan pemanggangan (baking), biasanya ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang digoreng, hingga krimer serta makanan cepat saji.

“Penelitian telah membuktikan bahwa lemak trans dapat meningkatkan kolesterol jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik  HDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung. Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans,”pungkasnya.

Mengapa kita harus menghindari mengonsumsi banyak gula dan bahan kimia dalam makanan?

Pasalnya, gula memberikan kalori tanpa nutrisi tambahan dan dapat merusak metabolisme tubuh jika dikonsumsi terlalu banyak. Mengonsumsi terlalu banyak gula juga bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan berbagai penyakit seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Mengapa kita harus menghindari makanan yang mengandung banyak gula dan zat kimia brainly?

Jawaban: karena, makanan dan minuman mengandung banyak gula dan bahan kimia karena dapat merangsang lendir pada paru-paru sehingga kapasitas udara yang disimpan dalam paru-paru akan lebih sedikit.

Mengapa kita harus menghindari makanan yang mengandung zat kimia?

Bahaya yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat tersebut antara lain kanker, tumor, ginjal, asam urat, gangguan pada otak, iritasi pada kulit, sesak nafas, radang tenggorokan dan lain-lain.

Mengapa kita perlu menghindari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula sebagai salah satu upaya dalam memelihara organ pernapasan?

Menghindari makanan dan minuman yang banyak mengandung gula dan bahan kimia. Karena itu dapat merangsang lendir pada paru-paru.