Mengapa kita harus melestarikan tradisi lompat batu?

5 Fakta Lompat Batu Fahombo, Tradisi Persiapan Fisik Sebelum Perang Khas Nias. goodnewsfromindonesia.id ©2020 Merdeka.com

SUMUT | 1 April 2020 15:40 Reporter : Fatimah Rahmawati

Merdeka.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Masing-masing daerah di Indonesia pasti memiliki budaya khas daerah masing-masing. Hingga kini, masih banyak warisan budaya di Indonesia yang dilestarikan dan bisa kita lihat, salah satunya adalah budaya yang ada di Nias, Sumatera Utara ini.

Di Nias Selatan tepatnya di Desa Adat Bawomataluo, ada sebuah tradisi yang hingga kini masih dilestarikan oleh warga sekitar, yaitu Tradisi Lompat Batu. Tradisi ini bisa dibilang sangat populer di Indonesia. Banyak orang yang sudah tidak asing dengan tradisi ini.

Tradisi Lompat Batu ini merupakan salah satu tradisi yang cukup terkenal di Nias. Selain ditampilkan sebagai acara adat, tradisi Lompat Batu ini juga bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana.

2 dari 6 halaman

Sumber: pesona.travel 2020 Merdeka.com

Dilansir dari laman negerikuindonesia, tradisi lompat batu ini memang sudah ada sejak dahulu kala. Tradisi lompat batu ini muncul karena kebiasaan masyarakat saat perang suku yang pernah terjadi di Nias.

Pada saat itu, setiap kampung yang berperang mempunyai bentengnya masing-masing untuk menjaga wilayah mereka. Sehingga dibutuhkan kekuatan khusus untuk melompati benteng tersebut. Mereka kemudian membuat tumpukan batu yang digunakan untuk melatih fisik mereka, terutama ketangkasan dalam melompat.

Namun, seiring dengan berakhirnya perang tersebut, lompat batu ini masih dilakukan oleh masyarakat di sana hingga menjadi suatu tradisi. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda untuk menunjukan bahwa dia sudah dewasa.

3 dari 6 halaman

Tradisi lompat batu ini biasanya diadakan pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat dan akan diikuti oleh pemuda yang akan melakukan lompat batu tersebut.

Biasanya, tradisi lombat batu ini dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini sudah ada sejak dahulu, dan tetap digunakan secara turun menurun. Tempat tersebut ditandai dengan batu setinggi 2 meter dan ketebalan 40 cm yang nantinya digunakan untuk dilompati para peserta lombat batu.

4 dari 6 halaman

Sumber: genpi.id 2020 Merdeka.com

Tradisi lompat batu ini akan diadakan dengan disaksikan oleh seluruh warga kampung. Para peserta yang akan mengikuti tradisi ini akan bersiap dengan menggunakan baju pejuang khas Nias sambil menunggu giliran.

Saat sudah tiba gilirannya, peserta akan mengambil ancang-ancang kemudian berlari kencang dan menginjakkan kaki pada sebongkah batu sebagai tumpuannya. Lalu dia akan melompat ke udara dan melewati batu besar setinggi 2 meter tersebut. Saat melompat, peserta tidak boleh sampai menyentuh batu besar tersebut, apabila menyentuh maka itu berarti dia belum berhasil.

5 dari 6 halaman

Dilansir dari laman pesona.travel, jaman dahulu di Nias, seorang pemuda harus siap untuk maju perang kapan saja. Tradisi lombat batu inilah salah satu yang dijadikan tolak ukur dalam melihat kemampuan pemuda secara fisik. Jika pemuda disana mampu melompati batu setinggi 2 meter dengan tebal 40 cm tersebut maka dia dikatakan layak untuk ikut berperang.Bahkan di zaman dahulu, di atas permukaan batu ini juga ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh.

6 dari 6 halaman

Hingga kini, masyarakat di Nias masih menjaga dan melestarikan tradisi ini. Jika dulu lompat batu dilakukan sebagai latihan menghadapi perang, sekarang tradisi lompat batu dilakukan sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias. Bahkan, tradisi ini kini juga menjadi salah satu warisan budaya yang juga mendatangkan daya tarik wisatawan.Anda yang berkunjung ke Nias bisa menyaksikan tradisi lompat batu ini, lho. Namun, jika ingin menyaksikan tradisi ini, Anda harus membayar dua orang pemuda desa dengan tarif yang disepakati untuk dua kali lompatan. Setiap pemuda akan melompat satu kali.

Melihat tradisi lompat batu secara langsung tentu akan menjadi satu pengalaman yang luar biasa, bukan?

(mdk/far)

Lihat Foto

KOMPAS.COM/gaby bunga saputra

Atraksi budaya Kepulauan Nias, lompat batu dan tari perang menjadi pembukaan pada launching Yaahowu Nias Festival 2018.

JAKARTA, KOMPAS.com – Peluncuran Ya’ahowu Nias Festival yang diadakan pada Senin malam (25/06/2018) di Balairung Soesilo Soedarman diresmikan oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Menteri Hukum dan HAM yang juga sebagai tokoh masyarakat Nias, Yasonna Laoly. Hadir pula Bupati Nias Selatan, Hilarius Huda.

Event yang berhasil masuk dalam agenda Top 100 Calendar of Event Wonderful Indonesia ini dulu dikenal dengan nama pesta Ya’ahowu.

Ini merupakan pesta budaya masyarakat Kepulauan Nias. Pesta ini diisi dengan pagelaran seni dan budaya leluhur masyarakat Nias dari empat kabupaten dan satu kotamadya.

Kepulauan Nias memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Banyak hal yang bisa Anda nikmati mulai dari pariwisata alam, budaya, hingga wisata buatan manusia.

Seperti destinasi surfing kelas dunia, panorama bahari pantai pasir putih, serta keunikan atraksi budaya lompat batu di Desa Bawomataluo.

Event tahunan daerah yang kaya akan budaya leluhurnya ini akan berlangsung di Nias Selatan pada 16-20 November 2018.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/gaby bunga saputra

Atraksi budaya Kepulauan Nias, lompat batu dan tari perang menjadi pembukaan pada launching Yaahowu Nias Festival 2018.

Serangkaian acara telah dipersiapkan untuk mengajak anda mengenal budaya Nias di Ya’ahowu Nias Festival 2018. Antara lain atraksi tari perang spektakuler yang didukung oleh 1.000 penari, pameran pembangunan, produk unggulan dan kuliner Nias, Ya’ahowu Nias Parade, atraksi budaya dari kabupaten kota se-Kepulauan Nias, Ono Niha Sea Food, and Barbeque Festival, dan lomba voli pantai.

Tak ketinggalan budaya unik pelompatan batu kolosal yang didukung oleh 100 pelompat batu yang akan masuk rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Selain memperkenalkan budaya leluhur dan wisata, pada kesempatan yang sama juga akan diadakan event World Surfing League (WSL) Nias 2018 untuk memperkenalkan Pulau Nias sebagai destinasi wisata surfing kelas dunia.

Acara yang didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata ini akan diadakan pada 24-28 Agustus 2018 di Pantai Sarake, Nias Selatan.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/gaby bunga saputra

Peresmian launching Yaahowu Nias Festival 2018 ditandai pemukulan gong oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya (25/06/2018).

Acara ini diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisata ke Nias sekaligus mendukung program pariwisata nasional. Tahun ini Ya’ahowu Nias Festival menargetkan sekitar 50.000 pengunjung.

“Kami mengajak kita semua untuk bersama-sama berwisata ke Nias menyaksikan event Ya’ahowu Nias Festival 2018 dan kejuaraan surfing sembari menikmati keindahan panorama alam Pulau Nias dan keramahtamahan masyarakat terhadap setiap tamu yang datang," tutur Bupati Nias Selatan, Hilarius Duha.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita berikutnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA