Mengapa kisah kejujuran Mohammad Hatta dianggap sebagai suatu legenda oleh para pejabat

10 character, judul lagu, lowercase, ada yg tau ngga? tolong bantu jawab yaaa​

siapa yg manjahit bentera marah putih​

Tolong buatkan puisi yang berawalan m,a,d,u,y,a,n,g,m,a,n,i,s

Teks di bawah ini termasuk teks apa? Hujan berasal dari awan. Hujan membantu kita untuk tetap hidup. Hewan dan tumbuhan membutuhkan hujan. Saat hujan … turun, ia masuk ke tanah dan sungai. Kemudian masuk ke tumbuhan dan hewan meminumnya. Sungai-sungai mengalir ke laut dan matahari membuat hujan kembali ke awan. Saya suka hujan. Hujan baik untukmu. a. eksplanasi b. dekripsi c. argumentasi d. narasi

gambar tersebut adalah tanda kecakapan dalam hal ?tolong di jawab ​

Q.Tuliskan Lagu "Sampai jumpa di lain hari"[tex]{\colorbox{black}{\blue{\boxed{blue{\boxed{\cancel{\rm{@DILEN GANZZZ}}}}}}}}[/tex][tex]\boxed{ \colorb … ox{red}{ \sf{ \color{white}{ ༄Answer᭄By: risdamartaulipane ࿐ }}}}[/tex][tex]\boxed{ \colorbox{lightblue} { \sf{color{blue} { By\:risdamartaulipane}}}} [/tex]​

1. Buatlah kalimat sebanyak lima buah dengan memilih kata yang benar di bawah ini. Ilmiawan - ilmuan kesimpulan - simpulan - putusan keputusan sejak d … ari - sejak dari - jam - pukul.​

1. Penggunaan tanda koma (,) yang tepat terdapat pada kalimat .... a. Wah banyak, sekali oleh-oleh yang ayah bawa. b. Aduh, kakiku sakit tertimpa kurs … i! c. Jangan, pergi sekarang Bu! d. Wah hebat benar, anak itu ya Bu!bantu jawab yaa makasii jangan ngasall​

What is the significance of the development of production and the productivity in modern economies?

quiss ygyapa kah perbedaan cerpen dan puisi!??note=wk ​

Saat disodorkan amplop berisi uang perjalanan dinas, Hatta menolak: itu uang rakyat!

Jumat , 26 Jun 2020, 05:31 WIB

Wikipedia

Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta. Bung Hatta selalu menolak uang yang bukan haknya.

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu

Kisah kejujuran Mohammad Hatta mungkin bagi pejabat di Indonesia adalah sebuah legenda. Bung Hatta, yang pernah menduduki jabatan sangat penting di republik ini, adalah sosok pria yang dikenal sederhana dan tak gila harta. Bahkan, biaya perjalanan dinasnya pun ia kembalikan ke negara ketika mengetahui ada kelebihan uang saku.

Cerita berawal dari tuturan I Wangsa Widjaja, sekretaris pribadi sang wakil presiden. Dalam buku yang ditulisnya berjudul Mengenang Bung Hatta, Wangsa, pria yang puluhan tahun mendampingi Bung Hatta, merawikan jika bosnya selalu mengembalikan kelebihan uang negara yang diberikan sebagai anggaran perjalanan dinas.

Pada 1970, ketika sudah tidak lagi menjadi wapres, Bung Hatta diundang ke Irian Jaya--sekarang bernama Papua. Sebagai catatan, Irian adalah akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland yang diberikan pahlawan nasional asal Papua, Frans Kaisiepo. Namun, nama Irian diubah kembali menjadi Papua oleh Gus Dur saat masih menjadi presiden. (Kisah ini akan saya ceritakan nanti)

Kembali ke Papua, eh Bung Hatta. Saat diundang ke Irian Jaya, Bung Hatta juga meninjau tempat ia pernah dibuang pada masa kolonial Belanda. Drama pun terjadi ketika Bung Hatta disodori amplop berisi "uang saku" setelah ia dan rombongan tiba di Irian. "Surat apa ini?" tanya Bung Hatta.

Dijawab oleh Sumarno, menteri koordinator keuangan saat itu yang mengatur kunjungannya, "Bukan surat, Bung. Uang, uang saku untuk perjalanan Bung Hatta di sini."

"Uang apa lagi? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah harus bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?"

"Lho, Bung… ini uang dari pemerintah, termasuk dalam biaya perjalanan Bung Hatta dan rombongan," kata Sumarno coba meyakinkan Bung Hatta.

"Tidak, itu uang rakyat. Saya tidak mau terima. Kembalikan," kata Bung Hatta menolak amplop yang disodorkan kepadanya.

Rupanya Sumarno ingin meyakinkan Bung Hatta bahwa dia dan semua rombongan ke Irian dianggap sebagai pejabat. Menurut kebiasaan, pejabat diberi anggaran perjalanan, termasuk uang saku. Tidak mungkin dikembalikan lagi.

Setelah terdiam sebentar Bung Hatta berkata, "Maaf, Saudara, saya tidak mau menerima uang itu. Sekali lagi saya tegaskan, bagaimanapun itu uang rakyat, harus dikembalikan pada rakyat."

Kemudian, ketika mengunjungi Tanah Merah tempat ia diasingkan, setelah memberikan wejangan kepada masyarakat Digbul, ia memanggil Sumarno. "Amplop yang berisi uang tempo hari apa masih Saudara simpan?" tanya Bung Hatta. Dijawab, "Masih Bung."

Lalu, oleh Bung Hatta amplop dan seluruh isinya diserahkan kepada pemuka masyarakat di Digul. "Ini uang berasal dari rakyat dan telah kembali ke tangan rakyat," kata Bung Hatta menegaskan.

Cerita Bung Hatta menolak menerima uang lebih berlanjut satu tahun setelahnya, tepatnya pada 1971 ketika ia pergi berobat ke Belanda. Saat tiba di Indonesia, Bung Hatta bertanya kepada Wangsa tentang catatan penerimaan dan pemakaian uang selama perjalanan. Ketika mengetahui ada sisa uang, ia memerintahkan Wangsa mengembalikan kepada negara dan mengucapkan terima kasih kepada presiden.

Wangsa pun bergegas mengembalikan uang ke Sekretariat Negara. Namun, Wangsa malah dijadikan bahan tertawaan di sana. Alasannya, uang yang sudah dikeluarkan dianggap sah menjadi orang yang dibiayai. Apalagi, yang dibiayai adalah mantan wakil presiden yang ditanggung negara.

Saat itu Wangsa pusing tujuh keliling. Ia menjelasan kepada Bung Hatta jika sisa uang perjalanan dinas adalah uang saku tambahan. Namun, Bung Hatta menegur Wangsa dengan keras. “Kebutuhan rombongan dan saya sudah tercukupi, jadi harus dikembalikan, dan kalau masih ada sisanya itu wajib dikembalikan.”

Wangsa menyebut, saat itu tidak ada terlintas dalam kepala Bung Hatta memanfaatkan uang dari negara untuk kepentingan pribadi. Padahal, saat itu ekonomi Bung Hatta morat-marit. Bung Hatta, kata Wangsa, selalu melihat uang dari negara adalah uang rakyat.

Singkat cerita, Wangsa pun berhasil mengembalikan uang kepada Sekneg sembari membawa bukti penyerahan. Setelah itu, Bung Hatta puas.

Rabu , 15 Mar 2017, 09:09 WIB

Bung Hatta

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu (@kartaraharjaucu), Wartawan Republika

Mohammad Hatta adalah satu dari sedikit pejabat yang semasa hidupnya bisa menjadi teladan bagi penerusnya saat ini. Kehidupan Bapak Koperasi Indonesia itu memang tidak jauh dari kata jujur dan lugu. Kisah tentang keteladanan Bung Hatta dituturkan putri keduanya, Gemala Rabi’ah Hatta dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya. Di buku itu, Gemala menceritakan kejujuran ayahnya menggunakan fasilitas negara.

Bung Hatta pada 1971 baru mendarat di Indonesia setelah berobat dari Belanda. Bukannya beristirahat, yang pertama ia minta kepada sekretaris pribadinya, I Wangsa Widjaja adalah membuatkan laporan penerimaan dan pengeluaran uang selama berobat di Negeri Kincir Angin. Sebagai mantan wakil presiden, Bung Hatta memang berhak berobat menggunakan uang negara.

Gemala mengatakan, sudah menjadi kebiasaan ayahnya saban pulang dari kunjungan ke luar negeri, meminta sekretaris pribadinya membuatkan laporan keuangan. Satu rupiah pun uang negara yang tersisa dari perjalanan dinas harus dikembalikan ke kas negara.

Kejujuran Hatta ternyata membuat pekerjaan Wangsa bertambah berat. Sebab, saat uang sisa perjalanan dinas hendak dikembalikan, bendahara negara malah menolaknya. Menurut mereka, uang sisa itu tidak perlu dikembalikan, karena bisa dianggap sebagai uang saku tambahan.

“Bendahara Setneg bilang, uang yang sudah dikeluarkan dianggap sah menjadi milik orang yang dibiayai, tidak usah dikembalikan,” kata Gemala saat menceritakan pengalaman Wangsa.

Lalu senangkah Bung Hatta?

Wangsa malah ditegur keras oleh Hatta. Ia bersikeras uang itu harus dikembalikan kepada negara. “Kebutuhan rombongan dan kebutuhan saya sudah tercukupi, jadi ini harus dikembalikan,” ujar Bung Hatta.

Bung Hatta berpendapat, seluruh rombongan yang menyertainya berobat di Belanda sudah mendapat uang saku yang memadai. Sehingga, jika ada kelebihan dari sisa uang tersebut, wajib hukumnya mengembalikan kepada negara. “Kalau masih ada sisanya yang tak terpakai, wajib dikembalikan. Itu bukan uangku. Kembalikan kepada negara,” kata Bung Hatta.

Akhirnya Wangsa kembali ke Sekretariat Negara dan memaksa agar uang itu bisa masuk ke dalam kas negara. Tak lupa, ia meminta laporan tertulis untuk diberikan kepada Bung Hatta. “Saya jadi bahan tertawaan semua orang di Setneg,” cerita Wangsa.

sumber : Pusat Data Republika

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA