Mengapa bioetanol dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM?

Indonesiabaik.id - Bioetanol, biodiesel, dan biogas adalah jenis biofuel. Biofuel adalah energi yang terbuat dari materi hidup, biasanya tanaman. Biofuel dianggap energi terbarukan, mengurangi peran dari bahan bakar fosil dan telah mendapat perhatian dalam transisi ke ekonomi rendah karbon.

Bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu, dan dilanjutkan dengan destilasi. Jenis bioetanol ini dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar.

Biodiesel adalah minyak dari tumbuham atau hewan yang sudah dipakai sebagai alternatif atau digabung dnegan minyak solar untuk mobil dan armada industri dengan mesin diesel. Biodiesel menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan minyak ikan. Bodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.

Anda perlu mengenal apa itu Bioetanol, pengganti BBM masa depan karena suatu saat Anda akan membutuhkan bahan bakar ini. Di negara empat musim bahan bakar ini sering digunakan untuk sumber api yang lebih mudah diperoleh dan diperbarui terutama untuk digunakan pada perapian. 

Bahan bakar yang saat ini sering digunakan masih memiliki kekurangan yakni tidak cukup ramah untuk lingkungan. Asap atau polusi yang dihasilkannya mengandung berbagai zat yang akan merugikan lingkungan di sekitarnya. Berkat kemajuan teknologi kini sudah ditemukan jenis bahan bakar yang cukup ramah untuk lingkungan yaitu Bioetanol (ref: //www.wameta.id/).

Pengertian 

mengenal energi terbarukan bioetanol diodiesel dan biogas

Bahan bakar ini dapat diartikan sebagai Etanol atau alkohol yang diperoleh secara khusus dari proses fermentasi sari pati tanaman. Tidak semua Etanol dapat disebut sebagai Bioetanol karena sumber pembuatannya tidak dianggap terbarukan. 

Secara kimiawi Bioetanol memang identik dengan etanol yang ditunjukkan dengan formula C2H6O dan C2H5OH. Istilah Bioetanol digunakan untuk pemasaran produk yang tidak menimbulkan bahaya langsung terhadap lingkungan. Meskipun baru digunakan di beberapa negara maju Anda tetap perlu mengenal apa itu Bioetanol, pengganti BBM masa depan. 

Hal ini dapat ditimbulkan oleh pembakaran dan penggunaan gas alam yang bisa berasal dari fermentasi tebu, sorghum manis, switchgrass, biji-bijian hingga limbah pertanian. Nantinya hasil fermentasi ini bisa digunakan sebagai pengganti bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor. 

Manfaat

Di beberapa negara maju bahan bakar ini sudah mulai digunakan karena memiliki sejumlah manfaat dan keunggulan jika dibandingkan bahan bakar konvensional. Karena terbuat dari sumber daya yang terbarukan maka ketersediaannya bisa lebih banyak dan tidak terbatas. 

Disebut ramah lingkungan karena Bioetanol ini memang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca yang sering ditimbulkan oleh bahan bakar konvensional. Itulah mengapa sebagai warga negara Indonesia Anda perlu mengenal apa itu Bioetanol, pengganti BBM masa depan. Dengan mempelajarinya suatu saat Indonesia juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana disampaikan pula tim energi dari Jambinow.com.

Manfaat lainnya yang bisa Anda peroleh dengan pencampuran Bioetanol dan bensin maka bisa membantu memperpanjang pasokan minyak dunia. Nantinya keamanan bahan bakar bisa lebih baik dan ketergantungan terhadap negara-negara penghasil minyak bisa dikurangi. 

Emisi Bioetanol 

Pada dasarnya setiap pembakaran yang dihasilkan oleh jenis bahan bakar apapun tetap menghasilkan emisi yang membahayakan atmosfer bumi. Akan tetapi pembakaran etanol yang ada pada Bioetanol memiliki emisi jauh lebih sedikit dibandingkan bensin atau batubara. Hal inilah yang membuat bahan bakar ini bersifat lebih ramah lingkungan dan dapat dijadikan bahan bakar alternatif terutama bagi masa depan. 

Dari Penjelasan diatas sudah tentu masyarakat Indonesia perlu mengenal apa itu Bioetanol pengganti BBM masa depan. Bahan bakar ini memang terlihat cukup rumit untuk dapat diperoleh. Namun dilihat dari keunggulan dan manfaatnya tentu akan lebih baik bagi masyarakat serta ramah bagi lingkungan di sekitar Anda untuk saat ini maupun bagi masa depan. 

Sebagai salah satu sumber energi alternatif yang diklaim ramah lingkungan, kemunculan bahan bakar bioetanol mendapatkan reaksi negatif dari pasar. Kondisi tersebut menjadi kendala dalam hal penerapan bioetanol sebagai bahan bakar wajib di beberapa negara, seperti halnya yang terjadi di Tiongkok dan Indonesia.

Pemerintah Tiongkok sudah merilis kebijakan dalam negeri yang mewajibkan penggunaan etanol di seluruh wilayah pemerintahannya pada Januari 2020, namun terkendala oleh berbagai macam faktor. Beberapa alasan yang menghambat adalah penolakan dari pengusaha lokal, ongkos produksi etanol yang tinggi, serta terbatasnya pasokan bahan baku.

Berbeda dengan Tiongkok, Amerika Serikat (AS) dan Brazil merupakan negara yang sukses menerapkan etanol sebagai komponen wajib dalam campuran bahan bakar kendaraan. AS dan Brazil juga merupakan negara dengan tingkat produksi etanol tertinggi di dunia. Sebagai contoh, sepanjang periode 2018 AS berhasil memproduksi 16.1 miliar gallon sedangkan Brazil berada di posisi kedua dengan jumlah produksi sebesar 7,95 miliar gallon.

Saat ini, mayoritas jenis kendaraan di Brazil adalah flexible-fuel vehicle yang dapat mengkonsumsi bioetanol. Hal tersebut terjadi karena sejak tahun 1976, pemerintah Brazil telah menerapkan kebijakan bahwa etanol wajib digunakan sebagai campuran bahan bakar kendaraan dengan komposisi 22% etanol dan 78% bensin yang disebut dengan E22. Dan sejak tahun 2015 hingga saat ini Brazil sudah berhasil menggunakan bioetanol E25.

Bagaimana dengan perkembangan bioetanol di Indonesia? Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sudah merilis Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 yang di dalamnya menyebutkan bahwa penggunaan bioetanol E5 diwajibkan pada 2020 dengan formulasi 5% etanol dan 95% bensin dan meningkat ke E20 pada 2025. Namun dalam perjalanannya rencana tersebut menghadapi kendala seperti yang dialami oleh pemerintah Tiongkok. Pemerintah bahkan akhirnya merevisi penerapan bioetanol tersebut dengan menurunkan kandungan etanol menjadi 2%. Setelah serangkaian uji coba dilakukan termasuk dengan Pertamina, penerapan E2 pun masih jauh dari harapan karena terkendala ongkos produksi yang masih tinggi, sehingga kehadiran etanol kurang kompetitif sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan. Dalam upaya mewujudkan cita-cita pemerintah tersebut, Dewan Energi Nasional (DEN) mengharapkan adanya kerja sama terintegrasi antar Kementerian terkait termasuk dengan industri otomotif.

Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke

JAKARTA - Dengan kemajuan teknologi yang terus meningkat saat ini, industri otomotif mulai gencar dalam mengembangkan kendaraan yang hemat energi serta ramah lingkungan.

Tidak hanya mengembangkan teknologi pada kendaraan, berbagai energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar bensin juga mulai dikembangkan untuk menjadi solusi harga minyak yang mahal dan kian menipis.

 

Bahkan saat ini pemerintah mulai gencar dalam penggunaan biodiesel B30 di Indonesia. Saat ini Indonesia masih menggunakan biodiesel B20 dengan penerapan bauran minyak sawit sebesar 20%.

Rencananya pemerintah Indonesia sendiri menggunakan biodiesel B30 dengan penerapan penggunaan bauran minyak sawit sebesar 30% pada tahun 2020 mendatang.

 

Selain biodiesel terdapat juga energi terbarukan yang menjadi solusi untuk mengganti bahan bakar bensin yakni bioetanol. Etanol adalah singkatan dari etil dan alkohol, sebuah sediaan yang bersifat alkoholik serta bahan utamanya terbuat dari gula tebu dan jagung.

Di negara penghasil gula tebu yang besar seperti Brazil, angka penjualan FFV (flexible fuel vehicle) yang digerakan oleh campuran bensin dan etanol dapat melampaui angka penjualan mobil yang menggunakan bensin konvensional.

 

Bahkan di negara maju seperti Jepang telah memulai lebih dulu dalam melakukan pengembangan bahan bakar etanol. Ketika mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan kabinet baru pada pemerintahannya tahun 2006, terdapat salah satu program kerjanya yang mendukung rencana peningkatan penggunaan bahan bakar etanol.

Dalam program yang disusun dalam pemerintahan Jepang saat itu memiliki satu tujuan utama untuk mengurangi ketergantungan pada minyak impor sekitar 50% dari energi yang dibutuhkan menjadi kurang dari 40% sebelum tahun 2030 mendatang.

Strategi yang ditetapkan ini adalah untuk mengurangi hampir sekitar 100% ketergantungan pada minyak asing di sektor transportasi menjadi sekitar 80% saja sebelum tahun 2030 mendatang.

 

Bahan bakar alternatif bioetanol dibuat dengan cara melumatkan tebu atau jagung menjadi suatu partikel yang lembut, kemudian dibiarkan berfermentasi dan tahap selanjutnya dilakukan distilasi.

Satu hektar kebun tebu dapat menghasilkan sekitar 85 ton tebu yang secara kasar menghasilkan sekitar 7,04 kiloliter (1,859 galon atau 59 barel) biofuel. Jumlah itu setara dengan 9,5 kiloliter (1,321 galon atau 42 barel) minyak bumi.

 

Tentu dengan kehadiran energi terbarukan seperti biodiesel dan bioetanol dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang kian mahal dan terus menipis. Hingga saat ini pengembangan energi terbarukan terus mengalami peningkatan agar menghasilkan energi yang efisien serta ramah lingkungan.

  • #BBM
  • #Bioetanol
  • #Bahan bakar ramah lingkungan
  • #Biodiesel

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA