Anda tidak pernah merasa bosan seharian memegang ponsel demi scroll timeline dan menonton video viral yang tak berujung, atau memeriksa ratusan gambar liburan teman maupun artis yang Anda idolakan. Tidak peduli apa yang Anda lakukan saat bermain media sosial, Anda akan menemukan tempat dan cara untuk tenggelam dalam sosmed. Show
3. Terdorong mengunggah selfie dan status demi mengundang likesTekanan besar untuk memastikan Anda mendapatkan foto yang sempurna untuk diunggah di Instagram Anda adalah sesuatu yang umumnya dialami oleh orang yang kecanduan sosial media. Pengidap kecanduan ini ingin membuat iri hati para followers-nya, sehingga harus mengunggah gambar yang sempurna tanpa cela. Prosesnya bisa merepotkan dan menjengkelkan, tapi tampaknya Anda tak peduli dengan konsekuensi itu. Sama halnya dengan memilih selfie sempurna, memutuskan kalimat yang tepat untuk status update Facebook atau kultwit di Twitter bisa menjadi sangat sulit. Biasanya, para pecandu sosmed akan melalui proses editing yang ketat, bolak-balik menghapus status, dan mengulang hingga berkali-kali sampai mendapatkan sebuah paragraf yang mengena di hati. 4. Tak ada internet, hidup jadi nelangsaSesekali hal buruk bisa terjadi, contohnya ketika berada di situasi yang tidak ada internet/WiFi. Perasaan cemas dan gelisah akan menggeluti karena merasa tidak mampu menelusuri timeline demi mencari tahu aktivitas dan status dari teman-teman dan keluarga. Fenoma takut ketinggalan berita (kudet) ini dikenal dengan istilah Fear of missing out (FoMO). Selain tanda yang disebutkan di atas, Anda juga mungkin akan merasakan beberapa hal ketika sudah mengidap kecanduan sosmed:
Masalah yang mungkin timbul akibat kecanduan medsosPada tingkat yang lebih parah, kecanduan ini bisa menimbulkan berbagai masalah seperti:
Guna terhindar dari kecanduan ini, Anda harus bijak menggunakan media sosial. Jika Anda sudah merasa kecanduan, maka sadarkan diri untuk mulai membatasi penggunaan media sosial. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa membantu Anda untuk menggunakan media sosial lebih sehat:
Penggunaan media sosial yang berlebihan semakin umum saat ini, dan mungkin berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental Anda. Kondisi ini juga kerap disebut sebagai kecanduan media sosial. Ketika Anda menggunakan media sosial untuk terhubung dengan teman dan orang yang dicintai, menonton video, atau sekadar "menghabiskan waktu", kebiasaan ini telah meningkat secara signifikan selama dekade terakhir. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak dan remaja, serta dewasa muda hingga paruh baya. Jadi, bagaimana kebiasaan yang tampaknya tidak berbahaya berubah menjadi "kecanduan"? Seperti jenis kecanduan perilaku lainnya, menggunakan media sosial dapat mempengaruhi otak Anda dengan cara yang berbahaya. Anda mungkin menggunakan media sosial secara kompulsif dan berlebihan. Anda dapat menjelajahi setiap postingan di sosial media, seperti gambar, dan video sehingga mengganggu area lain dalam hidup Anda. Tidak semua orang yang menggunakan media sosial akan mengembangkan kecanduan. Meskipun media sosial bisa terlihat menyenangkan dan santai, namun sebenarnya memiliki efek yang signifikan pada otak Anda. Setiap kali Anda masuk ke aplikasi favorit Anda, sinyal dopamin di otak Anda meningkat. Neurotransmiter ini berhubungan dengan kesenangan. Ketika Anda mengalami lebih banyak dopamin setelah menggunakan media sosial, otak Anda mengidentifikasi aktivitas ini sebagai aktivitas bermanfaat yang harus Anda ulangi. Reaksi seperti itu mungkin lebih terasa setiap kali Anda membuat postingan sendiri dan mendapatkan umpan balik yang positif. Perasaan positif yang dialami selama penggunaan media sosial hanya bersifat sementara. Cara otak Anda terlibat dalam penguatan positif ini juga terlihat pada kecanduan lainnya. Dengan demikian, saat dopamin rasa nyaman memudar, Anda akan kembali ke sumbernya (dalam hal ini, media sosial) untuk mengetahui lebih banyak lagi. Dalam beberapa kasus, media sosial dapat menjadi gangguan yang disambut baik jika Anda terisolasi karena pekerjaan atau penyakit. Semakin banyak Anda terlibat, semakin banyak otak Anda akan memberi tahu Anda bahwa ini adalah aktivitas yang dapat membantu mengurangi kesepian (yang sebenarnya belum tentu demikian). Kenapa media sosial membuat kecanduan?Kimia otak
Notifikasi dari media sosial dapat punya efek penghargaan untuk jiwa seseorang. Kita juga mendapat adrenalin dari respons orang lain pada konten media sosial kita. Hal ini yang menyebabkan orang lantas terdorong untuk kecanduan karena bawaan kimia untuk selalu ingin mendapat perhatian dari orang lain.
Apa alasan banyak orang menghabiskan waktu mereka di media sosial?Alasan utama masyarakat mengakses media sosial antara lain untuk mengisi waktu luang dan melihat informasi terakhir (79 persen responden). Selain itu, 66 persen masyarakat Indonesia merasa membutuhkan media sosial untuk tetap terhubung dengan teman dan koleganya.
Mengapa remaja Indonesia menggemari media sosial?Mendapatkan perhatian
Hasil penelitian dari Pew Research Center Study, AS, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja berbagi informasi di sosial media. Berbagai informasi menjadi kunci bagi mereka untuk mendapatkan perhatian bagi diri mereka sendiri.
Seperti apa orang yg kecanduan media sosial?Khawatir mengenai komentar atau jumlah like ketika mengunggah gambar, video, atau konten lainnya di akun media sosial Anda. Orang lain seperti keluarga, sahabat, atau pasangan mulai berkomentar bahwa Anda terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial.
|