Membaca alquran secara perlahan dan tidak tergesa-gesa disebut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita sering mendapati orang membaca Alquran dengan tempo berbeda-beda, ada yang sangat cepat, ada yang pelan, dan ada juga yang sangat lambat. Ada empat tingkatan dalam membaca Alquran (marotibul qiroah) yang disepakati oleh para ahli tajwid, yaitu:

1. At Tahqiq

At Tahqiq merupakan tingkatan yang paling lambat dan perlahan-lahan. Tempo ini biasanya digunakan bagi mereka yang sedang belajar membaca Alquran agar dapat melafadzkan huruf beserta sifat-sifatnya dengan tepat.

2. At Tartil

At Tartil artinya membaca Alquran dengan pelan dan tenang. Setiap huruf diucapkan satu persatu dengan jelas dan tepat menurut makhraj dan sifat-sifatnya, terpelihara ukuran panjang pendeknya, dan berusaha untuk mengerti maknanya. Membaca dengan tartil lebih baik dan diutamakan.

2. At Tadwir

Tingkatan ini berada pada pertengahan antara tartil dan hadr. Bacaan at tadwir ini dikenal dengan bacaan sedang, tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlalu pelan. 

4. Al Hadr 

Al Hadr adalah tingkatan membaca Alquran yang paling cepat. Tingkatan ini menggunakan ukuran terpendek dalam batas peraturan tajwid, tapi tetap tidak keluar dari patokan yang ada. Al Hadr biasanya dipakai oleh mereka yang sudah menghafal Alquran agar dapat mengulang hafalan dalam tempo singkat.

Dari keempat tingkatan tersebut, jumhur ulama berpendapat bahwa membaca dengan tartil adalah yang paling diutamakan. Allah berfirman dalam surah Al Muzammil ayat 4, "Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil."

Tujuan membaca Alquran selain untuk ibadah, juga untuk ditadabburi, diresapi maknanya, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dengan tartil merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, yang terpenting dari keempat tingkatan tersebut tetaplah pada ketepatan tajwid. 

Tidak sedikit kaum muslimin yang membaca Alquran dengan terburu-buru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tidak sedikit kaum muslimin yang membaca Alquran dengan isti'jal (cepat dan terburu-buru). Padahal banyak ulama salaf dari kalangan para sahabat dan generasi setelah mereka yang membenci membaca Alquran dengan cara demikian. Hal ini karena membaca secara isti'jal akan menghilangkan kebaikan yang paling besar dari tujuan diturunkannya, yaitu untuk ditadaburi dan diambil pelajaran.

Dikutip dari buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi'i karya Abu Ya'la Kurnaedi, salah satu adab yang diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni membaca dengan Tartil, maksudnya tidak terlalu cepat atau terburu-buru dalam membaca Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

...وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

"... dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan". (Alquran surat Al-Muzammil ayat empat).

Imam ath-Thabari berkata ketika menjelaskan ayat tersebut, "Perjelaslah bacaan Alquran apabila kamu membacanya, dan perlahan-lahanlah dalam membacanya", tafsir at-Thabari.

Ummul Mukminin Hafshah Radhiyallahu Anhuma pernah menyifati qiraah nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dengan perkataan:

كَانَ يَقْرَأُ بِالسُّوْرَةِ فَيُرَتِّلُهَا

"Beliau membaca sebuah surat dan mentartilkannya," hadits riwayat muslim.

Suatu ketika seseorang mendatangi Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu dan berkata "Aku membaca mufashshal (surat-surat pendek yang dimulai dari surat qaf sampai surat An-naas) dalam satu rakaat". Maka beliau berkata,

هذا كهذا اشعر؟ إن أقواما يقرؤون القرآ ن لايجا وز تراقيهم ولكن إذا وقع في القلب فرسخ فيه نفع

"Apakah kamu membaca (surah-surah itu) dengan cepat seperti membaca syair? Sesungguhnya ada suatu kaum yang membaca Alquran tidak sampai melewati tenggorokan mereka (tidak sampai ke dalam hati). Padahal jika Alquran sampai ke dalam hati dan menghujam kuat padanya, ia akan memberi manfaat" hadits riwayat Muslim.

Imam Mujahid rahimahullah pernah ditanya tentang dua orang. Salah satunya membaca surah Al-Baqarah, sedangkan yang kedua membaca surah Al-Baqarah dan surah Ali Imran. Ruku, sujud, serta duduk keduanya sama. Siapakah di antara keduanya yang lebih utama? Imam menjawab? "Yang lebih utama adalah orang yang membaca surah Al-Baqarah, kemudian dia membacakan

وقرءانا فرقنه لتقرأه،على الناس على مكث ونزلنه تنزيلا

'Dan Alquran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap'", tafsir at-Thabari dan Akhlaq Ham alatil Quran.

Akibat terlalu semangat ingin membaca dalam jumlah banyak maupun memahami Al-Quran, banyak umat muslim mengabaikan tata cara yang baik dalam membaca Al-Quran. Salah satunya adalah membaca Al-Quran dengan tartil. Tartil adalah membaca Al-Quran secara perlahan, tidak tergesa-gesa dan sesuai kaidah tajwid sebagaimana dalam firman-Nya warattilil qurana tartilan. Dewasa ini, membaca Al-Quran secara tartil agaknya diabaikan oleh beberapa – untuk tidak menyebut sebagian bahkan mayoritas – kalangan.

Padahal membaca Al-Quran dengan tartil sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Tidak sekadar karena Al-Quran menggunakan Bahasa Arab, tapi karena seperti itulah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan Nabi Muhammad sendiri yang asli orang Arab dan disebut-sebut paling fasih dalam mengucapkan huruf dhad, berulang kali dipergoki membaca Al-Quran secara tartil. Beliau membaca Al-Quran dengan pelan serta berhati-hati, jauh dari seperti membaca seenaknya sendiri sebab beliau adalah orang Arab.

Anjuran Membaca Al-Quran Dengan Tartil

Tartil maknanya adalah perlahan-lahan. Sedang membaca Al-Quran secara tartil, mengutip keterangan Imam A-Zarkasyi, berarti membaca Al-Quran dengan memperjelas setiap huruf, membaca dengan fasih disertai menghayati makna, teratur nafasnya tatkala membaca, serta tidak melipat-lipat huruf (Al-Burhan/1/449). Allah swt berfirman.,

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4)

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ya’la ibn Mamlik yang menceritakan bagaimana Ummi Salamah menceritakan salat Nabi, disebutkan:

ثُمَّ نَعَتَتْ قِرَاءَتَهُ فَإِذَا هِىَ تَنْعَتُ قِرَاءَةً مُفَسَّرَةً حَرْفًا حَرْفًا

Ummi Salamah lalu menggambarkan cara membaca Nabi Muhammad. Saat itu Ummi Salamah mempraktikan membaca dengan memperjelas setiap satu persatu huruf. (H.R. Imam At-Tirmidzi)

Baca juga: Memahami Kalimat Ta’awwudz Sebelum Membaca Al-Quran dengan Metode Tadabbur

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Mughaffal disebutkan:

رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ وَهْوَ عَلَى نَاقَتِهِ وَهْىَ تَسِيرُ بِهِ وَهْوَ يَقْرَأُ سُورَةَ الْفَتْحِ قِرَاءَةً لَيِّنَةً يَقْرَأُ وَهْوَ يُرَجِّعُ

Aku melihat Nabi Muhammad salallahualaihi wasallam membaca Al-Quran sementara ia di atas untanya. Si unta berjalan dan Nabi membaca Surat Al-Fath dengan lembut. Nabi membaca dengan mengulang-ulang suara (HR. Imam Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi Muhammad membaca basmalah dengan memanjangkan “bismillaah”, memanjangkan “ar-rahmaan”, dan memanjangkan “ar-rahiim”. Nabi juga membaca Al-Quran dengan memotong ayat per ayat, tidak menggandengkan ayat satu dengan ayat lain dengan sekali nafas.

Berbagai keterangan di atas menunjukkan, membaca Al-Quran secara tartil dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama melarang secara ceroboh membaca Al-Quran secara cepat. Sahabat Ibn ‘Abbas berkata: “Membaca satu surat dengan tartil lebih aku sukai daripada membaca Al-Quran seluruhnya”. Imam Mujahid menyatakan, bila ada dua orang dalam waktu yang sama, yang satu hanya membaca Al-Baqarah dan yang satu membaca Al-Baqarah serta Ali Imran, maka yang hanya membaca Al-Baqarah sajalah yang lebih baik menurutnya (At-Tibyan/71).

Baca juga: Mana yang Lebih Utama, Membaca Al-Quran dengan Hafalan atau dengan Melihat Mushaf?

Keutamaan Tartil Bagi Yang Tidak Memahami Bahasa Arab

Imam An-Nawawi dalam At-Tibyan mengutip keterangan para ulama yang menjelaskan, tartil dianjurkan untuk tujuan menghayati makna Al-Quran maupun selainnya. Para ulama juga menjelaskan, tartil juga dianjurkan bagi orang non Arab yang tidak mengerti makna Al-Quran. Hal ini disebabkan membaca Al-Quran secara tartil lebih mendekatkan pada mengagungkan serta memuliakan Al-Quran, dan lebih mengena pada hati (At-Tibyan/71).

Maka tak tepat bila menyimpulkan bahwa untuk apa membaca tartil, kalau tidak memahami makna Al-Quran? Tartil tidak semata-mata memberi kesempatan pembacanya untuk memahami kandungan setiap ayat yang ia baca. Tartil juga mendorong hati untuk senantiasa memuliakan Al-Quran. Sehingga keyakinan akan keagungan Al-Quran dapat tertancap dalam hati meski tanpa melalui perantaraan memahami makna Al-Quran. Wallahu A’lam.

Secara bahasa, Al-Qur'an adalah bentuk masdar dari qara'a (قرأ) yang berarti bacaan yang menjadi sumber hukum yang sifatnya abadi dan kekal. Al-Qur'an juga bermakna Al-Jam'u atau kumpulan karena terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, ilmu syariat dan penyempurna dari kitab sebelumnya.

Sebelum mendalami Al-Qur'an , umat Islam perlu mengetahui tingkatan dalam membaca Al-Qur'an . Sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pernah bersabda bahwa orang yang membaca Al-Qur'an akan mendapat ganjaran 1 huruf sama dengan 10 kebaikan. Berikut 4 tingkatan membaca Al-Qur'an :

1. Tahqiq (التحقيق)


Ini adalah tingkatan bagi pemula yang baru belajar ilmu tajwid. Cara membacanya seperti tartil, namun at-Tahqiq lebih lambat dan tenang. Bacaan at-Tahqiq seperti mazhab Qiraat Hamzah dan Qiraat Warsh yang bukan dari Tariq Asbahani. At-Tahqiq merupakan tahapan awal sebelum masuk ke tingkatan berikutnya.

2. Tartil (الترتيل)


At-Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca dengan tartil akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur'an. Tartil juga diartikan membaca dengan memberikan hak-hak dan sifat-sifat. Membaca dengan tartil sanat dianjurkan sebagaimana firman Allah: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil." (QS. Al-Muzzammil: 4).

3. Tadwir (التدوير)


Tadwir atau At-Tadwir adalah tingkatan pertengahan antara perlahan dan cepat. Bacaan dengan Tadwir ini sering kita dengar di dalam salat berjamaah. Bacaan Tadwir adalah membaca Mad Munfasil tidak lebih dari 6 harakat.

4. Hadar (الحدر)


Hadar atau Al-Hadar adalah bacaan cepat namun masih menjaga hukum-hukum tajwid. Al-Hadar merupakan tingkat bacaan paling cepat. Tingkatan ini sering dipakai oleh para penghafal Qur'an yang ketika mengulang hafalannya. Meskipun cepat, cara membacanya tetap mengindahkan hukum-hukum yang ada seperti apabila berdengung dia dengung, apabila wakaf dia berhenti. Bacaan Hadar adalah membaca Mad Munfasil dengan 2 harakat.

Menurut para ulama, bacaan yang paling afdhal adalah membaca dengan cara Tartil (perlahan-lahan) karena Al-Qur'an diturunkan secara tartil sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Muzammil ayat 4. Membaca dengan tartil juga memungkinkan seseorang mengeluarkan suara yang indah dan merdu, sehingga membuat bacaan lebih meresap di hati.

Wallahu A'lam Bis-showab

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA