Masjid jami kalipasir sudah difungsikan dari tahun-tahun sebelumnya. pendiri masjid ini bernama

KOTA TANGERANG | TD — Kota Tangerang disebut sebagai kota Akhlakul Karimah menyimpan segudang sejarah belum banyak diketahui oleh masyarakatnya. Salah satunya ialah sejarah Masjid Jami Kalipasir yang berada di Kampung Sejarah Kalipasir, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang, atau tepatnya di sekitar sungai Cisadane.

Masjid ini merupakan masjid tertua di Kota Tangerang yang telah berdiri sejak tahun 1576 silam dan sekarang telah berusia lebih dari 446 tahun.

Ahmad Sjahrodi, Mantan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) menyebutkan, mulanya masjid ini hanyalah sebuah gubuk kecil di tengah hutan yang didatangi oleh Ki Tengger Jati, seorang penyiar agama Islam dari Kerajaan Galuh Kawali.

“Dulu kondisinya masih hutan waktu beliau datang ke sini, kemudian beliau membangun gubuk kecil yang menjadi tempat tinggal dan tempat ibadah mereka. Selama sekitar empat tahun, tahun 1416 kemudian semakin diperbesar tempat ibadahnya,” paparnya, Sabtu 12 Februari 2022.

Sjahrodi menambahkan, alasan masjid ini diperbesar lantaran dahulu banyak orang yang singgah dan menetap di masjid tersebut karena dekat dengan sungai Cisadane yang merupakan jalur transportasi pengangkut hasil bumi.

Masjid ini masih kental dengan nilai sejarahnya karena terdapat empat pilar yang berdiri kokoh di dalam masjid tersebut dan tidak pernah direvitalisasi, salah satunya pilar pemberian dari Sunan Kalijaga, salah satu tokoh agama Islam yang termasuk dalam Wali Songo.

Selain itu, di halaman masjid jami ini pun terdapat beberapa makam para pendiri masjid, para ulama, serta petinggi pemerintah di Tangerang yang terbagi ke dalam tiga maqom (kedudukan). Salah satu maqom tersebut ialah para pendiri masjid, diantaranya Tumenggung Arya Mardon yang wafat pada tahun 1780, serta Arya Tumenggung Suta Dilaga yang dimakamkan pada tahun 1823.

Bila ingin mengetahui lebih lanjut mengenai masjid ini, Anda bisa langsung datang dan belajar mengenal budaya, sejarah, hingga penemuan-penemuan yang terkait dengan masjid tersebut. (Ryandita Fadillah/Rom)

SuaraJakarta.id - Wilayah Tangerang terkenal dengan akulturasi budaya Betawi, Sunda, dan Tionghoa. Tak heran, banyak bangunan, termasuk tempat ibadah di sini memiliki sentuhan budaya ketiganya.

Salah satunya Masjid Jami Kalipasir yang berada di Sukasari, Kota Tangerang. Ini merupakan masjid tertua di Kota Tangerang yang telah berusia 445 tahun.

Pantauan SuaraJakarta.id, menara Masjid Kali Pasir Tangerang terlihat menyerupai pagoda. Ditambah kubah kecil di bagian atas berbentuk mirip ornamen khas Tionghoa.

Baca Juga: Jadwal Sholat dan Buka Puasa Kota Tangerang 23 April 2021

Masjid ini memiliki warna krem di dinding luar dengan didominasi warna putih di bagian dalamnya. Begitu memasuki area dalam masjid, tampak empat pilar berdiri kokoh tepat di tengah-tengahnya.

Di sisi barat masjid terlihat puluhan makam. Di lokasi pemakaman tersebut memiliki dua pintu masuk dari sisi utara dan selatan.

Penasihat DKM Masjid Jami Kalipasir, Achmad Sjairodji (71) mengatakan, masjid ini ditetapkan berdiri pada tahun 1576. Namun ia tak tahu siapa yang meresmikan masjid tersebut.

Soal penetapan berdirinya Masjid Jami Kalipasir, kata Sjairodji, ditetapkan seorang ulama di Kota Tangerang sekaligus pemilik pesantren di Periuk, Kota Tangerang, Tobari Ashajili.

"Yang menentukan tahun berdirinya masjid, ulama juga yaitu KH Tobari Ashajili," ujar Sjairodji saat ditemui di Masjid Jami Kali Pasir, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: 7 Masjid Unik yang Cocok untuk Wisata Religi

Sjairodji menceritakan bahwa sebenarnya awal mulanya daerah ini difungsikan sebagai tempat ibadah sejak lebih dari 100 tahun sebelumnya, yakni 1412.

Tangerang, Beritasatu.com - Masjid Jami Kalipasir yang terletak di Kelurahan Sukasari, pinggir aliran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, dikenal sebagai masjid tertua dan memiliki sejarah panjang syiar Islam di Tangerang.

Masjid yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi ini kini sudah berusia lebih dari 455 tahun dan tetap berdiri kokoh di tengah pemukiman masyarakat, dan berdampingan dengan klenteng Boen Tek Bio yang menjadi klenteng pertama di Kota Tangerang.

Arsitektur yang sederhana dengan cat yang didominasi warna putih dengan genteng berwarna hijau itu menambah eksotisnya bangunan Masjid Jami Kalipasir. Terlebih di depan areal masjid, ada sejumlah makam ulama dan pendiri Tangerang yang menambah kesakralan bangunan masjid yang kini menjadi bangunan cagar budaya bagi warga Kota Tangerang itu.

"Masjid Jami Kalipasir ini kalau menurut sejarahnya memang menjadi masjid pertama dan tertua di wilayah Tangerang Raya. Di mana dulunya wilayah sini memang jadi cikal bakal berdirinya Tangerang, kini karena letaknya berada di pinggir Sungai Cisadane yang dahulunya memang jadi pusat kebudayaan masyarakat sini," ungkap Abi Husain selaku Ketua DKM Masjid Jami Kalipasir saat berbincang dengan Beritasatu.com, Kamis (7/4/2022).

Meski telah beberapa kali mengalami perubahan dan pemugaran, Masjid Jami Kalipasir tetap menyisakan bangunan utamanya yakni empat buah pilar kayu berwarna hitam yang menyangga kubah masjidnya.

"Yang tersisa dari bangunan masjid ini adalah empat buah pilar kayu besar yang ada di dalam masjid dan kubah yang kita sebut Baluarti. Di mana Baluarti tersebut merupakan pemberian dari Kasultanan Banten yang dahulunya dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa. Baluarti itu diberikan oleh ayahanda Sultan Ageng Tirtayasa dan disini ada salah satu makam istri Sultan Ageng Tirtayasa yakni Nyi Ratu Muria Negara. Dan menurut sejarahnya, masjid ini dibangun pada tahun 1576," lanjut Abi Husain.

Abi Husain menjelaskan, bangunan masjid ini awalnya merupakan bangunan berbentuk gubuk kecil yang bertujuan sebagai lokasi syiar Islam di tanah Banten.

"Masjid ini awalnya hanya sebuah gubuk kecil yang difungsikan sebagai tempat ibadah,  pembangunannya dimulai tahun 1412 Masehi oleh seorang bernama Ki Tenger Jati yang datang dari Kerajaan Galuh Kawali. Di mana yang bersangkutan merupakan murid dari Syekh Subakir. Dan saat itu wilayah ini masih hutan belantara," terangnya.

Sampai saat ini, Masjid Jami Kalipasir masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Muslim khususnya bagi warga sekitar kampung Kalipasir. Dan para peziarah sendiri banyak yang datang ke Masjid Jami Kalipasir untuk sekadar beribadah atau untuk berziarah ke makam yang dikeramatkan di depan areal masjid.

Masjid Jami Kalipasir ini juga menjadi cerminan rasa toleransi yang tinggi antarumat beragama yang tinggal di wilayah Kalipasir yang dihuni oleh beberapa ragam etnis, agama, dan suku. Di mana Masjid Jami Kalipasir menjadi salah satu cagar budaya yang tetap dilestarikan, dan di bulan Ramadan ini banyak dikunjungi peziarah.

Sumber: BeritaSatu.com

BAGIKAN

Liputan6.com, Tangerang Aktivitas menunggu berbuka puasa atau ngabuburit tidak hanya diisi dengan berburu kuliner, melainkan juga berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Terlebih lagi bila itu tempat bersejarah yang bernafaskan islam, tentu bisa menambah wawasan keislaman Anda.

Bila berada di Kota Tangerang, Anda bisa mengunjungi Masjid Jami Kali Pasir yang berada di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang. Masjid ini bisa dibilang saksi bisu penyebaran Islam pertama kali di wilayah Tangerang.

Tidak ada yang tahu pasti, kapan masjid tua ini berdiri. Sebab dulunya, masjid tersebut hanyalah gubuk atau surau sederhana saja, tempat orang bersinggah, sholat, kemudian akhirnya menetap. Oleh ulama asli Tangerang diputuskan masjid berdiri pada tahun 1576.

"KH Tobari Ashajili, ulama asli Kota Tangerang yang juga punya pesantren di Periuk yang akhirnya memutuskan kapan masjid ini berdiri, yakni tahun 1576. Alhamdulillah, sampai sekarang orangnya masih ada," tutur pengurus DKM Masjid Jami Kali Pasir, Ahmad Sjahrodji (71), baru-baru ini.

Kisah Awal Masjid Berdiri

Ahmad Sjairodji pun menceritakan, masjid tersebut berawal dari kedatangan Ki Tengger Jati dari kerajaan Galuh Kawali pada tahun 1412. Konon, setelah mendapatkan ilmu agama dari sang guru yang bernama Syekh Syubakhir, Ki Tengger Jati diperintahkan untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah nusantara.

Setiba di Tangerang yang dahulu masih belantara, Ki Tengger membangun sebuah gubuk untuk tempat tinggal dan beribadah. Keberadaan Masjid Jami Kali semakin tersohor ketika kedatangan ulama besar atau syekh asal Persia yaitu Said Hasan Ali Al Husaini. Padahal saat itu sang ulama besar tidak sengaja mampir, hanya singgah sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Banten.

Masjid Kali Pasir menjadi masjid tertua di Kota Tangerang berusia 446 Tahun. Masjid ini terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang dan berdiri di tengah permukiman warga

TRIBUNNEWS.COM, KOTA TANGERANG- Masjid Jami Kalipasir  merupakan masjid tertua di Kota Tangerang, Banten.

Usianya kini telah mencapai 446 tahun.

Selain menjadi masjid tertua, Masjid Jami Kalipasir juga menjadi saksi sejarah perkembangan agama Islam di Banten.

Masjid Jami Kalipasir berada di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang dan berdiri di tengah permukiman warga.

Baca juga: Masjid Istiqlal Raih Predikat Rumah Ibadah Ramah Lingkungan

Bangunan ibadah itu menghadap ke arah barat, tepatnya menghadap arah aliran Sungai Cisadane.

Di bagian halaman depan Masjid Jami Kalipasir terdapat ratusan makam para ulama yang juga pemuka agama muslim di Kota Tangerang.

Sekretaris DKM Masjid Jami Kalipasir Raden Rudi Rahendra mengatakan, Masjid Jami Kalipasir berdiri pada tahun 1576.

Mulanya Masjid Jami Kalipasir hanya berbentuk gubuk dan berpondasikan empat tiang yang terbuat dari batang pohon kelapa.

Gubuk masjid tersebut dibagun oleh Ki Tanggar Jati pada tahun 1416 yang berasal dari Kerajaan Galuh Kawali.

"Sejarah Masjid Kalipasir ini kalau kita kembali ke belakang lebih jauh, dibangun sejak tahun 1416 oleh Ki Tanggar Jati yang berasal dari Kerajaan Galuh Kawali," ujar Raden Rudi Rahendra saat diwawancarai Tribuntangerang.com, Rabu (6/4/2022).

Baca juga: Hagia Sophia, Museum yang Diubah Menjadi Masjid, Tahun Ini Kembali Gelar Tarawih setelah 88 Tahun

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA