Masalah KESENJANGAN sosial ekonomi sebagai salah satu masalah pembangunan dapat di atasi dengan

PERSOALAN kesenjangan memang bukan sekadar statistik atau indeks gini.

Analisis seperti ini mungkin hanya dimengerti sebagian elite masyarakat, seperti ekonom, ahli statistika, atau mereka yang memiliki perhatian tentang perubahan sosial-ekonomi.

Persoalan kesenjagan punya makna lebih dalam dari sekadar deretan angka.

Hal itu berhubungan erat dengan masalah keadilan, keterbukaan informasi, serta pemerataan kesempatan dan akses dari sebuah proses perubahan yang bernama pembangunan.

Deretan kampung kumuh di antara bangunan megah yang menjulang tinggi di perkotaan; terang benderangnya Kota Jakarta.

Sementara listrik di luar Pulau Jawa; serta akrabnya terminologi daerah maju dan daerah yang masih terbelakang, adalah sebuah kesenjangan.

Saat ini, yang terjadi bukan hanya sekadar perdebatan antara si miskin dan si kaya, atau kesenjangan geografis antara ibu kota dan desa, serta pusat dan pinggiran.

Namun, lebih dalam lagi, kesenjangan rupanya sudah merambah pada aspek kesempatan.

Memang, tidak sedikit orang mengira bahwa kesenjangan hanyalah hal natural. Kemudian, tujuan dan terminologinya disempitkan hanya menjadi perbedaan pendapatan dan kekayaan antarindividu, kelompok, dan wilayah.

Padahal, kenyataanya tidak seperti itu.

Kesenjangan bukanlah sebuah kejadian alamiah.

Kesenjangan diciptakan manusia, baik melalui kebijakan, institusi, keserakahan dalam akumulasi modal, perburuan rente, maupun alasan lainnya.

Kesenjangan juga bukan hanya persoalan pendapatan, melainkan juga tentang kesempatan atau akses seseorang mengaktualisasikan potensi terbaiknya.

Kesenjangan, baik ekonomi maupun sosial biasanya ada dalam bentuk seperti kewarganegaraan (Galbraith, Inequality: What Everyone Needs to Know, 2016).

Dalam konteks kesenjangan ekonomi, para ekonom biasanya lebih tertarik pada tiga tipe kesenjangan yaitu kesenjangan gaji, kesenjangan pendapatan, dan kesenjangan kekayaan.

Hal ini, karena ketiga tipe kesenjangan tersebut lebih mudah diukur, berbeda dengan kesenjangan ras atau gender.

Dalam terminologi lain, kesejangan ekonomi dapat dilihat dari berbeagai perspektif.

Setiap perspektif memberikan wawasan mengenai sifat dasar, penyebab, dan konsekuensinya terhadap kesenjangan ekonomi yang berbeda-beda (Intenational Monetary Fund, 2014).

Berdasarkan dimensinya, kesenjangan bisa dibagi menjadi lima jenis (UNCDF, 2013) yaitu kesenjangan antarindividu, kesenjangan teritorial, kesenjangan antargender, kesenjangan pendapatan finansial, dan kesenjangan digital.

Dalam perspektif yang lebih luas, adanya kesenjangan juga dapat memberikan dampak positif guna memperbaiki pertumbuhan ekonomi.

Bahkan kesenjangan akan memberikan insentif bagi setiap orang, termasuk kelompok masyarakat yang tertinggal untuk terus berusaha (termasuk menjadi wiraswasta) dan berinovasi dalam berusaha (Lazear dan Rosen, 1981).

Fenomena ini bisa dijelaskan, yakni kesenjangan pendapatan membuat orang miskin tidak memiliki banyak aset dibandingkan orang kaya.

Karena terjadi kesenjangan distribusi aset. Orang miskin tidak bisa mengunakan asetnya sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit dari institusi keuangan.

Padahal, layanan kredit juga dapat mempengaruhi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dengan cara penciptaan lapangan kerja dan transfer pendapatan.

Melawan kesenjagan

Kesenjangan bukan sesuatu yang kekal dan abadi. Ia dapat dihindari dan dihilangkan.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa ada satu peluru ampuh (magic bullet) untuk menurunkan atau melawan kesenjangan.

Untuk mempersempit jurang kesenjangan, diperlukan usaha gotong royong dari berbagai sektor dan aktor.

Setidaknya, ada enam cara menurunkan tingkat kesenjangan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, kebijakan fiskal redistributif, investasi pada perlindungan sosial, memperkuat kesetaraan dalam kesempatan, melawan praktik rente, dan perubahan sistem politik.

Namun, sekali lagi, seperti yang sering diutarakan tidak ada peluruh ampuh untuk mempersempit jurang kesenjangan.

Salah satu indikator pokok dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara ialah laju pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan jika produksi barang dan jas meningkat dari tahun sebelumnya, lalu menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dalam periode waktu tertentu.

Di beberapa negera berkembang, termasuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi sasaran utama pembangunan.

Namun, persoalannya ialah sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi belumlah cukup menjadi jaminan bahwa kesejahteraan masyarakat akan meningkat secara merata.

Oleh karena itu, laju pertumbuhan ekonomi seyogianya harus diiringi dengan pemerataan distribusi pendapatan.

Ia harus mencapai kondisi full employment agar hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, program perlindungan sosial dapat berfungsi dalam empat hal, yaitu proteksi, preventif, promotif, dan transformatif.

Fungsi proteksi berupa penyediaan bantuan dari kerugian yang diderita (seperti pendapatan, dan pensiunan dari negara).

Fungsi preventif berupa pencegahan terjadinya kerugian (seperti gerakan menabung dan asuransi sosial).

Adapun fungsi promotif ialah mendorong peningkatan pendapatan dan kemampuan penerima.

Adapun fungsi transformatif ialah mendorong terwujudnya keadilan sosial dan inklusi serta hak-hak yang sepadan.

Adanya program perlindungan sosial bukan hanya diharapkan dapat mengurangi kesenjagan, melainkan juga sangat membantu melindungi kelompok rawan, terutama ketika terjadi gejolak (misalnya krisis ekonomi dan bencana alam).

Bagi kelompok rawan, gejolak itu akan membuat mereka jatuh miskin.

Tingkat kesenjangan yang tinggi biasanya merefleksikan ketidaksamarataan distribusi aset, seperti tanah dan modal manusia.

Di berbagai negara, kesenjangan aset dan pendapatan biasanya sangat berkaitan (De Ferranti, et al, 2003).

Tingkat kesenjangan yang tinggi juga mengambarkan kegagalan performa kebijakan fiskal, terutama dalam menjalankan fungsi distribusi.

Sementara secara prinsip, kesetaraan kesempatan ialah bentuk egaliter yang minimal. Ketika diaplikasikan di dunia nyata, kesetaraan kesempatan tetap menjunjung perbedaan hasil.

Sebab, perbedaan hasil tercipta dari perbedaan sokongan, seperti motivasi, talenta, kemampuan, dan usaha.

Sayangnya, dalam ekonomi juga terjadi persaingan yang tidak sehat. Praktik rente, misalnya.

Semakin banyak rente yang muncul dari sektor informasi dan keuangan.

Di Amerika, pertumbuhan orang super kaya selama tiga dekade terakhir kebayakan berasal dari sektor finansial dan para eksekutor di sektor nonfinansial (Bakija, Cole dan Heim, 2012)

Begitu juga dalam suasana demokrasi, dapat dikatakan bahwa adanya kesenjangan ekonomi dan akses politik.

Oleh karena itu, untuk memenangi suatu pemilu (sebagai suatu proses demokrasi) diperlukan uang (sebagai suatu kekuatan ekonomi).

Pendeknya kekuatan ekonomi (kekayaan) cenderung menjadi satu kekuatan politik tersendiri. Artinya terjadi mobilisasi 'modal' pengertian ekonomi ke dalam 'modal' dalam sistem politik.

Dalam sistem demokrasi, kekuatan ekonomi yang erat hubungannya dengan kekuatan politik, menciptakan sistem politik yang dipengaruhi pemilik modal dan kekayaan ekonomi yang bersumber dari sistem politik.

Demi mencapai ekonomi yang lebih setara, bukan berarti setiap negara harus mengubah sistem politiknya menjadi komunis, islamis, atau sosial demokrasi.

Hasil penelitian menujukkan bahwa demokrasi politik an sich tidak sepenuhnya membawa hasil ekonomi yang baik.

Buku Kesenjangan Ekonomi: Mewujudkan Keadilan Sosial di Indonesia ini tuntas membahas masalah kronis yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Penulis mengupas kesenjangan secara lengkap dan komprehensif.

Antara lain, sisi teoritis, sejarah, dan penyebab kesenjangan baik di tingkat global maupun Indonesia.

Penyajian alur pemikiran juga begitu apik dengan dukungan metode analisis.

Buku ini menjadi sumbangan berharga, penulis secara berani memasuki wilayah nonteknis ekonomi sehingga memberikan perspektif yang utuh dan segar terhadap masalah kronis di Indonesia.

Oleh karena itu, buku setebal 380 halaman ini setidaknya akan memberikan kontribusi dan refensi yang sangat baik, tidak hanya bagi politikus dan pengambil kebijakan, tetapi kalangan akademisi serta masyarakat umum.

(M-2)

___________________________

Judul : Kesenjangan Ekonomi: Mewujudkan Keadilan Sosial di

Indonesia

Penulis : Eka Sastra

Penerbit: Expose PT Mizan Publika

Terbit : Desember 2017

Tebal : 394 Halaman

Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yang hingga saat ini sekitar 268,5 juta jiwa. Banyaknya kelompok dan golongan sosial yang terdapat di Indonesia, maka tak jarang pula terjadi suatu kesenjangan sosial, yang salah satunya adalah kesenjangan sosial ekonomi.

Dari banyaknya jumlah penduduk tersebut, terdapat berbagai macam-macam kelompok dan atau golongan sosial. Dari mulai yang kaya, sederhana, hingga yang memiliki kesulitan ekonomi pun ada.

Kesenjangan sosial ekonomi ini menjadi salah satu masalah yang banyak diperbincangkan diberbagai topik pembiacaraan, karena perekonomian merupakan faktor utama terjadinya kesenjangan sosial.

Kesenjangan ekonomi merupakan sesuatu yang sangat krusial terjadi di masyarakat dan sudah seharusnya menjadi perhatian bagi masyarakat juga pemerintah. Kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat sangatlah mencolok dan makin memprihatinkan yang perlu dibahas serta dicari penyebab-penyebab terjadinya, dampak hingga cara-cara dalam mengatasi suatu kesenjangan sosial.

Definisi Kesenjangan Sosial

Secara umum kesenjangan memiliki arti tidak sama, tidak seimbang, tidak sejajar dan berbeda. Kesenjangan sosial ekonomi adalah ketimpangan sosial ekonomi yang tidak sama, antara kelompok sosial yang berbeda berada di masyarakat. Maka dapat juga diartikaan sebagai kesenjangan dengan keadaan ketidaksamaan sosial dilihat dari sisi ekonomi masyarakat.

Kesenjangan sosial ekonomi ini dapat terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, modal berusaha dan kesempatan memperoleh pendidikan.

Besarnya kesenjangan sosoal ekonomi tersebut, maka semakin besar pula perbedaan kesempatan dan penghasilan yang dihasilkan dari sisi ekonomi pada masyarakat. Sebaliknya juga semakin kecil perbandingan kesenjangan sosial maka semakin kecil pula jarak kesempatan dan penghasilan yang diperoleh masyarakat.

Isu kesenjangan sosial ekonomi sangat bertolak belakang dengan sila ke 5 Pancasila yang berbunyi  “Keadilan  Sosial  bagi Seluruh  Rakyat  Indonesia”.

Keadilan sosial dalam sila ke 5 ini merupakan cita-cita bersama yang perlu diimplementasikan pada kehidupan sosial masyarakat, ikut membantu masyarakat yang ada di sekitar kita salah satu bentuk nyata penerapan Pancasila. Keadilan sosial perlu dilaksanakan tanpa memilih pihak-pihak tertentu dan kesempatan yang sama untuk memperoleh akses kepada faktor ekonomi haruslah sama dengan prinsip kesetaraan, pendidikan yang layak dan akses pekerjaan yang layak.

Faktor Menyebabkan Kesenjangan Ekonomi

  1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak di imbangi dengan akses pendidikan dan kesehatan.
  2. Kebijakan politik yang kurang memihak, sehingga tidak meratanya pembangunan daerah-daerah tertinggal.
  3. Kurangnya daya saing sumber daya manusia (SDM) dan tanpa peningkatan produktivitas.
  4. Rendahnya akses untuk bisa memperoleh lapangan kerja, akses berwirausaha dan akses permodalan.
  5. Kebutuhan hidup semakin mahal dan menurunnya pendapatan perkapita.
  6. Kurangnya aktifitas dan kebersamaan antar warga.
  7. Pencemaran lingkungan.
  8. Lahirnya ideologi kapitalis.

Faktor lain yang lebih utama dan mencolok selain ketiga hal tersebut ialah kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan. Kemiskinan merupakan permasalahan yang tak hanya ada di Indonesia, tetapi ada di seluruh negara didunia. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan antara seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan pokok dari mulai sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal), serta kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dsb.

Sampai saat ini, kemiskinan masih banyak terjadi dan masih menjadi masalah utama di Indonesia. Kemiskinan masih menjadi hal yang banyak dipakai oleh para calon pemimpin rakyat untuk dikampanyekan. Namun sampai saat ini, hal itu masih merajalela di Indonesia, terlebih di kota-kota besar. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemiskinan terjadi, namun salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan.

Selain menjadi faktor utama dalam kesenjangan sosial ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan juga menjadi faktor dari kemiskinan. Kurangnya lapangan pekerjaan, dapat terjadi saat jumlah penduduk tidak sesuai dengan adanya lapangan pekerjaan, dan hal itu mengakibatkan banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia. Padahal, lapangan pekerjaan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat.

Dampak Kesenjangan Sosial Ekonomi

Jika tak segera ditangani, kesenjangan sosial akan terus ada dan mengakar kuat di Indonesia dan sudah pasti akan menimbulkan beberapa dampak yang dapat mempengaruhi jalannya kehidupan, diantaranya:

1. Tingginya Angka Kriminalitas

Karena adanya kesenjangan sosial ekonomi ini, banyak warga Indonesia yang miskin dan tak dapat memenuhi kebutuhannya secara cukup. Dengan adanya faktor tersebut, sebagian dari mereka akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka. Berbagai cara tersebut antara lain: mencuri, bermain judi, serta tindak kriminal lainnya.

2. Kemiskinan Semakin Meluas

Akibat dari faktor kurangnya lapangan pekerjaan, maka akibatnya yaitu kemiskinan akan semakin meluas karena orang-orang banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan sehingga akhirnya harus menganggur. Saat menganggur pun, mereka tidak mungkin tidak membutuhkan makan, minum, dan lainnya. Maka yang akan terjadi ialah lebih besar pengeluaran daripada pemasukan, bahkan bisa jadi tidak adanya pemasukan.

3. Anak-Anak Kurang Mendapat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal utama yang menjadi cikal bakal orang-orang hebat. Maka jika pendidikan yang didapat kurang, hal yang akan terjadi ialah terulangnya kesenjangan sosial ekonomi tersebut. Bahkan bisa jadi kesenjangan sosial ekonomi ini akan menjadi siklus yang tak berujung.

Kesehatan merupakan bagian paling penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan diberikannya kesehatan, manusia dapat melakukan kegiatannya dengan normal dan baik-baik saja. Pada kesenjangan sosial ekonomi, kualitas kesehatan ini terancam semakin menurun. Di karenakannya ketidakmampuan seseorang atau kelompok untuk membayar fasilitas kesehatan atau kurangnya pula kesadaran dalam diri manusia dalam menerapkan ajaran kehidupan yang sehat.

Cara Mengatasi Kesenjangan Sosial Ekonomi

Oleh karena beberapa dampak tersebut, maka yang harus kita lakukan ialah mengurangi faktor-faktor yang dapat memicu kesenjangan sosial ekonomi atau bahkan memberantasnya hingga habis. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Meminimalkan Biaya Pendidikan

Agar dapat lebih banyak lagi masyarakat Indoesia yang dapat menikmati indahnya pendidikan, diperlukan biaya yang seminimal mungkin. Atau bisa juga dengan mengadakan program beasiswa bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Dengan diadakannya program beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu, bisa jadi itu merupakan sebuah dorongan besar bagi yang mendapat beasiswa untuk memperbaiki ekonomi keluarganya.

2. Mengajarkan Nilai-Nilai Kemerdekaan

Dengan mengajarkan nilai-nilai kemerdekaan pada anak, maka ia akan lebih bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan. Nilai-nilai yang harus kita tanamkan pada anak contohnya yaitu: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme dan sebagainya.

3. Menciptakan Lapangan Kerja Baru

Dengan diciptakannya banyak lapangan kerja baru, akan membantu untuk mengurangi jumlah angka pengangguran. Karena di Indonesia masih banyak lulusan-lulusan sarjana yang bahkan masih menganggur karena kekurangan lapangan kerja bagi fresh graduate.

4. Memberantas Korupsi

Korupsi hanya akan merugikan rakyat Indonesia. Namun masih banyak pejabat negara yang tidak memikirkan hal tersebut. Sehingga yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Budaya korup di Indonesia masih sangatlah tinggi, dimulai dari sistem yang tertata rapi seakan-akan melegal kan hal tersebut.

5. Meningkatkan Sistem Keadilan di Indonesia

Keadilan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di Indonesia. Agar semua terlihat sama rata antara yang kaya dan miskin, diperlukannya keadilan.

Untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di Indonesia, dan agar setiap rakyat indonesia dapat memiliki penghidupan yang layak seperti tujuan bernegara memperoleh akses perlindungan hukum dalam UUD RI dan rasa keadilan di masyarakat sangatlah penting untuk mencapai cita-cita bernegara.

Maka rasa keadilan, kesejahteraan masyarakat bisa tercapai dan merata, merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, kita bersama memiliki taggung jawab sosial untuk memajukan bangsa dan negara. Dimulai dari diri sendiri bertindak nyata dalam kehidupan sosial masyarakat.

6. Akses Permodalan Usaha

Jiwa entrepreneur di Indonesia masih kurang, masyarakat masih sangat bercita-cita untuk menjadi ASN dan pegawai swasta saja. Mereka cenderung takut untuk mengambil risiko dan cukup bekerja aman.

Akses permodalan dari kebijakan pemerintah untuk masyarakat kurang mampu sangat dibutuhkan, terutama modal usaha untuk UMKM Indonesia. Akses modal tersebut harus dipermudah jangan disamakan dengan perusahaan besar untuk memperoleh akses modal, tentu banyak yang tidak akan mampu.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA