Bagaimana cara menentukan ukuran kertas gambar a0 ? jelaskan * Show
Bagaimana cara membagi garis ab menjadi n bagian sama panjang Bagaimana ciri ciri musik kontemporer dari aspek warna bunyi Bagaimana cara mengatasi kendala dalam membangun usaha pasar malam Bagaimana cara meningkatkan akurasi dalam memperbesar gambar dengan grid? Contoh alat musik ritmis adalah ... .*gongbiolagitarseruling Bagaimana gambar teknik menjadi alat untuk mengungkapkan ide atau gagasan teknik ? jelaskan Bagaimana karakteristik bahan dasar hasil samping perikanan Sebutkan jenis musik tradisional dari Sulawesi Utara dan jelaskan karakter alat musiknya Bagi masyarakat indonesia produk kerajinan kayu sudah lama ditekuni dan menjadi salah satu kekayaan seni dan setiap daerah memiliki teknik yang berbed …
1. Tema cerita Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga topiknya misal Pilih Kasih 2. Amanat Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. 3. Plot Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita. Ada enam tahapan plot: a. Eksposisi Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh b. Konflik Dalam tahap ini mulai ada kejadian c. Komplikasi Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang kait-mengkait tetapi masih menimbulkan tanya tanya. d. Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya e. Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik f. Keputusan Adalah akhir cerita 4. Karakter Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek suku tertentu. 5. Dialog Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon. 6. Setting Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja, dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi mencekam, atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon drama. 7. Interpretasi
Apa yang
dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain lakin yang dipentaskan
harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan yang
sebenarnya. Lakon, teks cerita, teks pidato, dan karya tulis lainnya dapat disebut sebagai naskah. Lakon termasuk salah satu naskah karena medianya adalah kata-kata. Namun tidak semua naskah disebut lakon teater atau drama, karena di dalam lakon teater mengandung unsur konflik dan dialog. Konflik adalah cerita yang dibangun melalui adanya pertentangan pandangan tokoh, antartokoh atau unsur lain yang menghambat itikad baik dari peran utama sebagai ciri dari lakon teater atau drama. Sementara itu dialog atau monolog adalah media penyampaian yang digunakan oleh suatu lakon, bukan narasi atau cerita seperti cerpen. Mengapa? Karena lakon akan dipentaskan oleh pemerannya, tidak untuk dibaca. Kedudukan lakon di dalam pementasan seni teater menjadi unsur yang amat penting. Lakon teater atau naskah lakon disebut-sebut sebagai nafas kehidupan di atas pentas melalui keutuhan unsur lakon diungkap sang kreator melalui beragam media seni yang meliputi kata-kata, rupa, bunyi, gerak dan totalitas tubuh manusia. Lakon, kisah atau cerita di tangan sang kreator, yakni pemeran, sutradara [peramu seni teater, drama] merupakan bahan baku yang perlu diolah secara seksama. Proses pengolahan tersebut disebut dengan proses kreatif, yakni proses menginterpretasi teks tulisan menjadi konteks pementasan melalui perwujudan seni teater atau drama. Naskah lakon dalam suatu pementasan teater juga memiliki fungsi atau manfaat untuk memberi kemudahan bagi sang penggarap agar penyelenggaraan teater lebih efektif dan efisien dalam menentukan langkah-langkah menyiapkan materi seni, produksi dan publikasi pementasan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai kepada khalayak atau penonton. Oleh karena itu, tidak dapat diindahkan lagi bahwa naskah lakon adalah hal penting yang menjadi salah satu bagian vital dari suatu pementasan teater atau drama. Hal tersebut juga membuat penyusunan lakon menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Menyusun naskah lakon juga hanya dapat dilakukan apabila kita memiliki daya imajinasi dan kreativitas tinggi serta membiasakan diri untuk berlatih dan terus mengasah diri dalam hal dunia kepengarangan. Selain itu, dibutuhkan pula berbagai pengetahuan, teknik, dan bermacam kerangka kerja yang harus diketahui dan dilatih agar kita mampu menyusun naskah lakon dengan baik. Berikut ini akan disajikan berbagai literatur yang dapat kita manfaatkan agar kita mampu menjadi penulis naskah lakon yang baik. Pengertian LakonDalam bahasa Sunda lakon disebut sebagai boga lakon, ngalakon, atau yang artinya pemeran utama atau yang melakoni peran suatu cerita. Sementara itu dalam bahasa Jawa, lakon biasa disebut sebagai lelakon yang artinya masih dalam medan makna serupa, yakni memerankan tokoh cerita dengan berkata-kata [verbal] atau tanpa berkata-kata [non verbal] di atas pentas. Oleh karena itu, tidak mengherankan rasanya jika kedudukan lakon dalam pementasan teater merupakan nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin hubungan atau membangun susunan [struktur] cerita melalui penokohan atau peran yang dibawakan seorang atau lebih pemeran. Pengertian lakon dalam pemetasan teater adalah hasil karya kolektif masyarakat, seniman dan atau sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk naskah lakon dengan cara ditulis atau tidak tertulis/leluri [Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 189]. Sementara itu, lakon di mata seniman atau kreator seni teater merupakan bahan baku atau sumber ide, gagasan dalam menyampaikan pesan estetis [bentuk/wujud pementasan] dan pesan moral [makna kehidupan] melalui kreativitas pementasan seni teater. Dapat disimpulkan bahwa pengertian lakon adalah suatu cerita atau kisah yang diwujudkan dalam suatu naskah untuk diperankan oleh pemerannya dengan maksud untuk menjadi gagasan utama atau cerita yang dibawakan dalam suatu pementasan teater. Lakon Tradisional & Non TradisionalNamun demikian, lakon juga dapat dipandang berbeda dalam suatu pementasan teater tertentu. Misalnya, dalam pementasan teater tradisional [teater rakyat dan teater istana] di Indonesia, lakon memiliki ciri tidak menggunakan naskah tertulis bersifat baku sebagaimana lakon pada teater non tradisional. Lakon dalam pementasan teater juga merupakan pelengkap pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya. Menurut Hamid [1976, hlm. 31] Lakon atau cerita dalam teater tradisional biasanya tidak memiliki naskah tertulis, dan dialog dilakukan secara berkembang [mekar] atau secara spontan. Terkadang jalan cerita lakon berkembang dalam pementasannya sendiri. Artinya tanpa penaskahan, hanya alur dan karakter tokoh lakon yang ditentukan lebih dulu kepada para pemainnya. Oleh karena itu, lakon tidak hanya berarti suatu naskah cerita saja, teksnya adalah yang utama, sementara perwujudannya bisa jadi dilakukan secara turun-temurun dengan jalan verbal, seperti pada berbagai lakon teater tradisional. Topik Lakon / Tema Lakon TradisionalMenurut Sembung, [1992, hlm. 26] umumnya cerita-cerita lakon tradisional berasal dari cerita-cerita rakyat yang berbau sejarah. Sebagai manifestasi kehidupan mereka sehari-hari. Temanya berkisar pada kehidupan rumah tangga, kriminalitas, kekejaman, dan kemalangan, serta kelakuan-kelakuan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Contohnya, premis lakon yang biasa terdapat pada lakon tradisional cerita Topeng Banjet adalah:
Sementara itu, topik kriminalitas adalah cerita tentang Si Ridon, seorang jawara yang suka memamerkan kejawaraannya dan suka memeras orang lain, tetapi akhirnya ia terbunuh karena ulahnya sendiri melalui tangan teman seperguruannya yang bernama Camang. Dengan demikian, cerita-cerita teater rakyat dapat digolongkan pada cerita melodramatik [serius dan mendalam] ataupun cerita komikal [lucu], peristiwa-peristiwanya disusun untuk menghasilkan premis yang bertujuan membangkitkan kesadaran ide atau moral yang dapat dipakai baik dalam rumah tangga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara baik. Naskah lakon pada teater tradisional juga dapat dituangkan dalam bentuk bedrip atau bagal cerita atau lakon bersifat garis besar dari adegan lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam [desik], kisah gambaran kehidupan sehari-hari, sejarah, legenda, babad, epos, dst. yang mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pemiliknya. Sumber-sumber cerita atau naskah lakon dapat diperoleh melalui:
Legenda [Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung, Si Pahit Lidah, Batu Menangis dst..],
Konflik pada LakonSebelumnya telah dijelaskan bahwa ciri utama dari lakon atau teks narasi lain adalah memiliki konflik. Dapat dikatakan bahwa konflik merupakan inti dari suatu kisah atau lakon. Hal tersebut karena dengan adanya konflik berupa pertentangan yang dialami pelaku, pemain atau tokoh di dalam lakon, maka cerita akan mengalir dan mampu berkembang dan menjadi menarik untuk diikuti. Konflik cerita dalam lakon dapat dibangun dengan terjadinya pertentangan tokoh utama [protagonis] dan tokoh lawan [antagonis] atau bisa terjadinya tokoh utama dengan dirinya sendiri [intern conflict], seperti memilih keyakinan atau kejiwaan yang dihadapi. Konflik cerita pun dapat terjadi apabila tokoh utama mengalami pertentangan dengan lingkungan [extern conflict], yakni mengubah suatu kebiasaan atau masyarakat adat yang dapat menimbulkan musibah, wabah, seperti penyakit, banjir, dan bencana lain yang ditimbulkan akibat pengaruh alam dan lingkungan masyarakat. Secara umum, konflik cerita dapat dibangun dengan menghadirkan beberapa pola, diantaranya ;
Konflik cerita juga dapat juga dibangun dengan menghadirkan tiga unsur utama, yakni :
Ciri Lakon yang BaikLalu bagaimana caranya agar kita mampu memilih, menciptakan, hingga menggunakan lakon yang baik agar pementasan teater yang kita bawakan berhasil? Menurut Tim Kemdikbud [2018, hlm. 192]Lakon yang baik, tidak lepas dari beberapa pertimbangan, yakni;
Jenis dan Bentuk LakonPada beberapa pemaparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa lakon memiliki jenis dan bentuk yang berbeda-beda. Berikut adalah pemaparan mengenai jenis dan bentuk lakon menurut Tim Kemdikbud [2018, hlm. 195-196]. Jenis LakonLakon dibangun oleh peristiwa di dalam adegan. Adegan merupakan bagian dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau musik di dalam seni pementasan. Dengan demikian dalam satu babak bisa terjadi lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri adalah susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting [tempat, waktu dan kejadian peristiwa] dalam sebuah peristiwa kejadian. Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni :
Bentuk LakonBentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yakni lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bentuk lakon.
Ciri-Ciri Lakon Teater Rakyat dan Teater IstanaSementara itu, pada lakon teater tradisional dikenal istilah lakon teater rakyat dan teater istana. Ciri-ciri lakon teater rakyat dan teater istana sendiri adalah sebagai berikut. Ciri Lakon Teater Rakyat
Ciri Lakon Teater Istana
Unsur Lakon TeaterLakon teater adalah suatu karya seni utuh yang melibatkan banyak unsur yang membangunnya. Unsur-unsur lakon teater yang menjadikan suatu karya menjadi lakon teater tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Prinsip Lakon TeaterTeater sebagai seni merupakan salah satu jenis seni pementasan dengan medium utamanya manusia yang dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, salah satunya unsur lakon. Berbicara lakon yang berupa dialog atau naskah ini tentunya tidak dapat lepas dari sastra pula, terutama ketika kita membicarakan unsur yang membangunnya. Pesona atau daya tarik [keindahan] di dalam sastra, setidaknya dapat dipahami melalui: bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan;
Teknik Menyusun Naskah LakonDalam praktiknya, menyusun naskah lakon memerlukan suatu cara atau teknik untuk penuangan gagasan dalam bentuk tulisan. Adapun cara yang dapat digunakan dalam kreativitas menyusun naskah lakon dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti menerjemahkan, mengadaptasi, menyadur dan menyanggit.
Referensi
Video yang berhubunganVideo yang berhubungan |