Kepada siapa kita harus mencontoh perilaku jujur

JAKARTA - Seorang muslim yang menjadi pengusaha harus mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan praktik bisnis yang dilakukannya. Paling tidak, ada 4 sifat Rasulullah SAW yang harus dicontoh oleh para pengusaha ini.

Seperti dilansir dari buku Jejak Bisnis Rasul hasil terjemahan Muhammad Sulaiman PhD, Aizuddinur Zakaria, penerbit Hikmah, berikut 4 sifat Rasulullah tersebut:

Baca Juga: Sukses Berdagang ala Nabi Muhammad SAW, Diawali dengan Niat Tulus

1. Shidiq (Jujur)

Jujur kepada diri sendiri juga kepada orang lain. Sifat jujur akan melahirkan sifat keyakinan dan keberanian untuk menghadapi ujian, apapun bentuknya.

2. Amanah

Sifat amanah mendorong seseorang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungannya. Keberadaan sifat ini akan membangun kekuyatan diri dan memperbaiki kualitas hubungan sosial.

Baca Juga: 8 Pelajaran Berdagang dari Sifat Jujur Rasulullah SAW

3. Tablig (Komunikatif)

Seorang pebisnis harus menjadi marketing yang hebat, juga harus menjadi seorang pembicara yang unggul.

4. Fathonah (Cerdik)

Seorang pebisnis harus memiliki kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Lalu muncul kreativitas, ide dan wawasan. Pada akhirnya, produk atau jasa yang dikeluarkan pun akan menjadi produk unggulan dan sempuna. Karena produk yang dihasilkan unggulan, pelanggan pun senang dan menaruh kepercayaan (trust).

(kmj)

JAKARTA - Sebagai muslim, kita patut meneladani Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW merupakan sosok yang jujur, termasuk dalam berbisnis.

Berikut ini adalah contoh sifat jujur dalam berbisnis seperti dicontohkan Rasulullah SAW, dikutip dari buku Pemasaran Syariah: Teori & Aplikasi karya Nurul Huda, Khamim Hudori, Rizal Fahlevi, Badrussa'diyah, Dea Mazaya, Dian Sugiarti.

1. Rasulullah SAW merupakan seorang pedagang yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis dan tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh atau komplain.

Baca Juga: Agar Harta Hasil Berdagang Berlipat Ganda ala Nabi Muhammad SAW

2. Beliau selalu menepati janjinya dan dalam menyerahkan atau mengirimkan barang pesanannya selalu tepat waktu dan tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan dan disepekati sebelumnya.

3. Dalam berbisnis, Rasulullah selalu menunjukan rasa penuh tanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi di mata siapapun. Reputasinya sebagai pedagang jujur dan adil telah dikenal luas.

4. Kejujuran dijadikan sebagai etika dasar dalam melakukan transaksi bisnis.

Baca Juga: Pekerjaan yang Paling Baik Menurut Nabi Muhammad SAW

5. Kejujuran Rasulullah SAW dalam bertransaksi ditunjukan dengan cara menyampaikan kondisi riil barang dagangannya.

6. Beliau pernah melarang para pedagang untuk meletakan barang busuk atau jelek di dalam dagangannya. Beliau selalu memberikan barang sesuai dengan adanya dan terbaik bagi konsumennya.

7. Tidak ada tawar menawar dan pertengkaran antara Rasulullah SAW dan para pelanggannya sebagai sering terjadi pada waktu itu di pasar-pasar.

8. Segala permasalahan antara Rasulullah SAW dengan para pembeli atau penjual selalu diselesaikan dengan damai dan adil tanpa ada kekhawatiran akan terjadi unsur penipuan di kedua belah pihak.

(kmj)

Kepada siapa kita harus mencontoh perilaku jujur

Jakarta - Indonesia dan umat Islam di seluruh dunia, pada 12 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 5 Februari 2012 kembali memperingati Maulid (hari lahir) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam (SAW). Setiap memperingati Maulid, bangsa Indonesia sepatutnya mengambil pelajaran dan contoh teladan dari sifat-sifat, perilaku dan tutur kata Muhammad SAW.Salah satu sifatnya yang amat dikagumi sejak remaja, yang kemudian kaum Quraisy memberinya gelar "Al Amiin" (orang yang dipercaya) ialah sifat jujur dan lurus (amanah).Sifat jujur ini sangat penting digelorakan untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena, terutama kalangan elitnya cenderung hidup hedonis, dan mengabaikan pentingnya kejujuran.Selain itu, kehidupan semakin keras dan penuh persaingan, telah membawa kepada sikap pragmatis dengan menanggalkan kejujuran dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemewahan dan kesenangan materi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di kalangan masyarakat sudah ada pandangan, kalau berperilaku jujur dan lurus akan dijauhi, tidak disukai dan hidupnya susah. Ini harus dicegah dan dihentikan pandangan yang menyesatkan itu.Muhammad Abduh dalam buku Tafsirnya "Al Manar" membagi tingkatan amanah (jujur) menjadi tiga. Pertama, jujur kepada Allah yaitu menepati janji untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan kejujuran ialah sifat munafik yaitu kalau berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia menyalahi janji, dan jika dipercaya ia berkhianat.Kedua, jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikannya kepada yang berhak menerima. Jujur semacam ini menurut Imam Ar-Razi, mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat.Ketiga, jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya dengan mengambil harta bukan miliknya. Inilah yang disebut sekarang korupsi,

Kejujuran Kunci Keselamatan

Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa bangsa Indonesia harus meneladani kejujuran Muhammad SAW. Pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa panutan. Rakyat selalu melihat ke atas. Kalau para pemimpinnya jujur dan taat, maka rakyatnya akan meniru mereka. Sebaliknya kalau tidak jujur, maka rakyat akan menjadi tidak jujur dan kehilangan panutan.Akibatnya rakyat meneladani yang mereka lihat di TV dan di lingkungannya. Inilah yang dialami bangsa Indonesia. Maka untuk memperbaiki dan menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia, sudah saatnya para pemimpin di semua tingkatan, para birokrat/pegawai, dan pejabat negara, mencontoh dan meneladani kejujuran Muhammad SAW dan mengamalkan dalam hidup sehari-hari.Kalau hal itu dilakukan, maka rakyat akan mencontoh kepada para pemimpin dan inilah awal munculnya pemerintah yang bersih. Pemerintah yang bersih, merupakan syarat mutlak terciptanya masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan Indonesia merdeka.Kedua, bangsa. Indonesia masih dalam suasana keterpurukan di segala bidang. Salah satu sebabnya pernah diungkapkan oleh Amir Syakib Arsalan dalam bukunya "Limadza Taakharal Muslimuna Wa Taqaddama Ghairuhum? (Mengapa Kaum Muslim mundur dan lainnya maju). Dia menjawab antara lain kaum Muslim mundur lantaran meninggalkan agamanya. Menurut saya, bangsa Indonesia ini mundur dan belum bangkit menuju kemajuan karena kejujuran belum diamalkan.Bangsa ini seharusnya makmur dan sejahtera karena kekayaan alamnya melimpah, tetapi kejujuran tidak diamalkan, sehingga korupsi merajalela, yang kaya semakin kaya, sementara mayoritas dari bangsa ini masih miskin dan terkebelakang.Ketiga, Muhammad SAW merupakan manusia paripurna yang patut dijadikan contoh teladan. Tuhan telah menegaskan dalam Al-Qur'an "Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil'alamaniin" (Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam).Penegasan Tuhan itu, semakin mendapat pembenaran secara ilmiah, misalnya seorang ilmuan berkebangsaan Amerika Serikat, Michael H. Hart dalam bukunya yang bertajuk "100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (1992) telah memilih dan menempatkan Muhammad pada ranking pertama dari 100 tokoh paling berpengaruh di dalam sejarah. Dia menyebut Muhammad "supremely successful" in the both religious and secular realms.Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah saatnya meneladani Muhammad SAW dalam seluruh aspek kehidupannya. Setiap kita memperingati Maulid, seharusnya memetik sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia terutama kejujuran yang diperlukan sekarang ini.

Kesimpulan

Dalam suasana memperingati Maulid, bangsa Indonesia sangat penting meneladani dan mengamalkan kejujuran, yang merupakan salah satu sifat Muhammad SAW yang amat penting. Sifat jujur adalah mahkota kehidupan. Ia sangat penting diamalkan karena merupakan kunci untuk meraih kemajuan dan keselamatan di dunia dan akhirat.Para pemimpin bangsa ini disemua tingkatan, setiap memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, sebaiknya memperbaharui niat, komitmen dan tekad untuk meneladani dan mengamalkan kejujuran Muhammad dalam hidup sehari-hari.Diharapkan tumbuh semangat dan gerakan hidup jujur di kalangan bangsa Indonesia sebagai solusi untuk memperbaiki segala kekurangan dan kelemahan selama ini.

*) Musni Umar, sosiolog dan Direktur Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED).

(vit/vit)

Kepada siapa kita harus mencontoh perilaku jujur
Di dalam kitab suci Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, mengandung banyak isi dan nilai-nilai tentang kehidupan. Seperti salah satunya kejujuran yang terdapat dalam surat At Taubah ayat 119. Hal itu disebutkan oleh Dr. Sukamta, S.T., M.T dalam ceramahnya di kultum Shalat Tarawih di Masjid KH. Ahmad Dahlan Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (16/5).

Menurutnya kejujuran merupakan suatu nilai yang bermakna besar karena saat ini banyak orang yang mengabaikan hal tersebut. Terlebih kepada mereka yang memiliki jabatan atau sebagai pemimpin/khalifah. Sikap jujur menjadi sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, namun seperti hilang saat ini. “Kita bisa mencontoh seorang pemimpin kita yakni Nabi Muhammad SAW. Dulu beliau sudah ditanamkan sifat jujur, sifat itu menjadi sumber dari sikap amanah atau dapat dipercaya. Sikap-sikap mulia itu terkandung dalam QS. An Nisa ayat 58-59, yang menjelaskan tentang sifat jujur, amanah dan keadilan, serta anjuran mentaati pemimpin. Maka dari itu sifat kejujuran merupakan suatu nilai yang sangat bermakna,” papar Wakil Rektor UMY Bidang Akademik ini dalam kultumnya.

Orang yang jujur akan sangat mudah dipercaya, dan sosok yang harus kita teladani sekali lagi ialah Nabi Muhammad SAW. Beliau sudah ditempa dan diuji kejujurannya sejak masih kecil. Kita ingat kisahnya ketika beliau disuruh untuk menggembalakan beribu ekor kambing, dan ketika berdagang di pasar. Karena tempat-tempat yang memiliki kepentingan besar seperti itu mudah dihasut oleh syaitan untuk melalaikan nilai kejujuran.

“Nabi diuji kejujurannya di pasar bukan lagi di Masjid. Karena apa, orang di Masjid bisa mudah melakukan kebaikan, tapi ketika sudah di pasar segala macam cara untuk meraup keuntungan banyak ditempuh. Mulai dari mengurangi timbangan, harga jual yang tidak sewajarnya, dan masih banyak lagi. Konteksnya adalah ketika kita sedang melakukan pekerjaan, Allah sangat luar biasa dalam menguji kejujuran dan iman seseorang di dalam kondisi seperti itu,” imbuh Sukamta yang juga merupakan dosen Prodi Teknik Mesin UMY, di depan para jamaah shalat Tarawih.

Maka dari itu fenomena korupsi sudah bukan lagi menjadi barang baru yang kita temui sekarang ini. Orang akan mudah tergiur andaikan diiming-imingi oleh sejumlah uang yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya, yang ditujukan untuk mengabaikan norma dan nilai agama. “Sekarang fenomenanya adalah orang berkompetensi/berilmu tapi kejujurannya nol. Bahkan hampir semua lapisan masyarakat mengabaikan nilai kejujuran itu sendiri. Solusi yang tepat untuk menghindarkan kita pada sifat seperti itu adalah dengan menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Terapkan kejujuran dimanapun berada, tanamkan sikap bahwa setiap apapun yang kita lakukan selalu diawasi oleh Allah SWT,” tutupnya. (Hbb)