Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat diikuti dalam bidang liturgi?

Setiap orang yang menerima Sakramen Penguatan dianggap sudah dewasa baik dalam cara berfikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam aneka tugas perutusan Gereja, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pionir (senior) yang memulai dan memprakarsai suatu kegiatan sebagai wujud

pengembangan rahmat sakramen. Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa peranan kaum muda dalam Gereja antara lain:terlibat dalam perayaan (Liturgi) terlibat dalam tugas pewartaan (Kerygma), terlibat dalam tugas paguyuban (Koinonia), terlibat dalam pelayanan (Diakonia)

a. Terlibat dalam Perayaan (Liturgia)

Konsili Vatikan II menyebutkan Gereja sebagai “ Persekutuan iman, harapan dan cinta” (LG 8), “ Persekutuan orang yang menerima Yesus dengan iman dan cinta kasih.Bidang liturgi, orang yang telah menerima penguatan diutus untuk terlibat dalam aneka tugas lirurgi. Ia bisa berpartisipasi dengan menjadi misdinar, lector, pemazmur, koor atau tugas- tugas lainnya. Partisipasi itu bukan saja karena diajak orang lain tetapi merupakan suaru dorongan dari dalam untuk turut serta mengembangkan Gereja. Sebab orang yang telah menerima Sakramen Penguatan, ia akan turut bertanggung jawab, tumbuh dan berkembangnya Gereja dalam aneka kehidupannya, termasuk dalam bidang liturgi. Sebagai wujud keterlibatannya, kaum muda bisaberpartisipasi secara penuh dalam aneka tugas liturgi sesuai dengan kemampuannya. Kehadiran kaum muda turut akan membawa kemajuan dalam bidang liturgi. Namun lebih dari itu, seorang yang telah menerima Sakramen Penguatan juga dimungkinkan untuk menjadi poin- poin dalam kehidupan liturgi. Kaum muda tidak hanya berpartisipasi, tetapi justru menjadi pemikir yang kreatif, inovatif dan motivator bagi majunya kegiatan- kegiatan liturgi. Apabila kesadaran kaum

muda ini ada dalam diri setiap pribadi masing- masing, Gereja akan tumbuh berkembang sesuai dengan panggilan imamat umum setiap orang beriman.

b.Terlibat dalam Tugas Pewartaan (Kerygma)

Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban tugas pewartaan injil adalah tugas setiap orang Kristen. Pewartaan hendaknya diterima dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homily, pelajaran agama ataupun pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa dalam kehidupan kita sehari- hari. Kaum muda yang merupakan bagian dari Gereja juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meneruskan pewartaan tentang Kristus. Kaum muda diharapkan untuk dapat meningkatkan keterlibatannya dalam Gereja salah satunya adalah dengan ikut ambil bagian dalam tugas pewartaan Gereja misalnya mengikuti Katekese, doa lingkungan dan sebagai Pendamping PIA (pendidikan iman anak).

c. Terlibat dalam Paguyuban (Koinonia)

setiap orang yang telah menerima Sakramen Penguatan sangat didorong untuk masuk dalam persekutuan dan terlibat di dalamnya. Di harapkan ia tidak hanya menjadi anggota persekutuan, tetapi juga diharapkan turut memikirkan dan mengembangkanpersekutuan itu agar

lebih hidup dan tumbuh menjadi persekutuan yang sehati sejiwa dalam iman dan kasih. Sebagai seorang yang telah dewasa imannya, orang yang telah menerima Sakramen Penguatan kaum muda diharapkan mengembangkan sikap- sikap yang perlu untuk mendukung persekutuan sekaligus untuk membangun sikap yang bisa merusak persekutuan. Sikap- sikap yang mengembangkan persekutuan adalah kesediaan diri untuk hadir dalam acara- acara bersama, terlibat dalam tugas- tugas bersama,membangun sikap yang ramah satu dengan yang lain, lemah lembut dan penuh pengertian.

Sebagai kaum muda Katolik yang memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi, sudah seharusnya kaum muda dapat berdiri teguh tidak goyah dan niat dalam setiap pekerjaan Tuhan.Kaum muda juga harus mampu melibatkan diri dalam setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh Gereja guna meningkatkan kreativitas dan masa depan Gereja yang lebih mapan. Beberapa contoh paguyuban yang dapat diikuti kaum muda dalam kegiatan hidup menggereja antara lain adalah terlibat dalam kelompok territorial (wilayah atau lingkungan), selain itu Gereja juga mempunyai wadah paguyuban dalam kelompok kategorial berdasarkan kekhasan atau minat setiap orang seperti Legio Maria, Oarng Muda katolik ( OMK) Karismatik, dan sebagainya.

d. Terlibat dalam Pelayanan (Diakonia)

kehadiran Gereja di tengah umatnya dan masyarakat adalah umat untuk meneladan Yesus Kristus yaitu melayani, umat beriman saling melayani dan memperhatikan kebutuhan sesamanya, baik yang seiman maupun setiap orang yang membutuhkan. Gereja adalah persekutuan orang beriman atau komunikasi iman. Pengungkapan iman saja tidak cukup, gereja sendiri bukan tujuan. Tujuannya adalah Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia. Gereja di panggil untuk melayani manusia, seluruh umat manusia. Oleh karena itu sebagai kaum muda Katolik, sudah seharusnya kaum muda mampu terlibat aktif dalam segala kegiatan yang ada di dalam Gereja. Diakonia hendaknya dimengerti dalam arti luas yang tidak terbatas pada bidang atau segi tertentu saja. Kaum muda Katolik dituntut supaya mengembangkan sikap pelayanan, sebagai intisari sikap Kristus. Bagi kaum muda dalam melaksanakan pelayanan hendaknya memiliki ciri- ciri pelayanan seperti yang diperintahkan oleh Yesus kepada murid-Nya yaitu; selalu bersikap rendah hati, sebagai “ yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua (Mrk 9:35). Sebagai kaum muda harus memiliki kreativitas yang tinggi , kaum muda diwajibkan untuk memiliki sikap dasar melayani dan bukan untuk dilayani.

e. Kesaksian Hidup ( Martyria)

Kesaksian hidup artinya pewartaan dengan tindakan nyata dengan memberikan kesaksian tentang Yesus di tengah dunia. Dengan memberikan kesaksian tentang Yesus berarti kita berperan sebagai saksi. Saksi berarti menyampaikan atau menunjukkan dengan kata- kata maupun dengan tindakan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Karena bersaksi itu menuntut pengorbanan maka dalam memberikan kesaksian kita juga bisa meneladan dari pribadi Yesus sendiri yang rela mengorbankan diri-Nya dengan rela mati demi mewartakan Kerajaan Allah.

Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara individu maupun persekutuan untuk melaksanakan misi Tuhan di bumi. Kita percaya bahwa Tuhan datang ke dunia melalui anak-Nya yaitu Yesus yang telah rela mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita.

Inilah tadi beberapa bentuk- bentuk keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Dengan keterlibatan tersebut diharapkan para kaum muda semakin aktif dalam lingkup Gereja. Dengan adanya pendampingan bagi kaum muda dapat memberikan wawasan atau pengetahuan dalam keterlibatan hidup menggereja. Sehingga kaum muda dapat menghayati tugasnya sebagai penerus Gereja dalam keterlibatan hidup menggereja. Sehingga untuk bab III nantinya penulis dapat mempunyai batasan permasalahan yang akan diteliti, permasalahannya adalah:

1. Apa saja yang menjadi unsur- unsur dalam pendampingan Sakramen Penguatan.

2. Adakah peranan pendampingan Sakramen Penguatan bagi kaum muda dalam keterlibatan hidup menggereja?

3. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja?

LITURGI merupakan proses kegiatan iman umat yang nyata dalam kehidupan menggereja. Dalam setiap ibadat, Allah hadir di tengah umat secara dekat. ”Dalam liturgi Allah berbicara” dan “dalam liturgi umat memberikan tanggapan kepada sapaan Allah”. Maka peribadatan perlu selalu sungguh-sungguh diupayakan agar dapat membantu umat bersatu dengan Allah.

Tugas dari pada Seksi Liturgi ini telah digariskan dalam Keputusan Dewan Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu No 10/DPKK/Psm/SK/XI/69 yang pada hakekatnya dapat dikatakan bahwa tugasnya adalah penyelenggaraan kehidupan beragama dan peningkatannya bagi Umat Katolik Pasar Minggu. Di awal periodenya, Seksi Liturgi diketuai oleh Bapak Cletus da Gomez.

Pelaksanaan tugas seksi ini boleh dikatakan relatif berat, mengingat bahwasanya wilayah Pasar Minggu masih merupakan calon paroki saat itu dan belum mempunyai tempat ibadah yang memadai. Penyelenggaraan misa di kapel lama sebuah rumah tinggal yang kecil merupakan salah satu hambatan terselenggarakannya misa yang penuh ketertiban dan suasana keagamaan. Nyanyian umat, kegiatan koor, misdinar dan lain-lain masih jauh dari harapan. Apalagi setelah eks rumah dinas Pak Gondo diubah untuk dibangun, penyelenggaraan misa umat terpaksa berpindah-pindah beberapa kali.

Penyelenggaraan misa umat semula hanya diadakan pada hari Minggu pagi pukul 06.45 WIB di Cilandak, pukul 08.15 WIB di Pasar Minggu dan Minggu sore pukul 17.00 WIB di Lenteng Agung. Pastor satu-satunya yag berada di tempat adalah Pastor M. Soenarwidjaja, SJ. Dengan bertambahnya umat Katolik di Pasar Minggu maka penyelenggaraan misa umat tahun 1973 ditambah sekali lagi, yaitu pada Sabtu sore pukul 17.00 di Pasar Minggu. Setelah gedung gereja terbangun penyelenggaraannya, misa umat berlangsung pada Minggu pagi dan Sabtu sore di Gereja Pasar Minggu, sedangkan di Cilandak dan Lenteng Agung masing-masing pada Minggu pagi dan Minggu sore tetap diadakan. Partisipasi umat untuk terselenggarakannya misa tersebut sangat meyakinkan dalam arti turut membantu sembari memberikan sumbangan berbagai macam kebutuhan perlengkapan altar atau kebutuhan gereja pada umumnya.

Tugas dari pada tim liturgi ini adalah mengairahkan dan menggerakan umat untuk lebih berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan liturgi dengan telah terbangunnya gedung gereja yang baru. Sasaran penggarapannya saat itu adalah kegiatan-kegiatan koor, misdinar, lektor, kolekte, persembahan umat, pengurusan altar atau gereja dan sebagainya.

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Seksi Liturgi, antara lain mengkoordinir misa harian/mingguan dan hari raya serta pengakuan dosa; menyusun jadwal tugas para petugas liturgi; mengadakan gladi resik untuk misa khusus/hari raya dengan koordinator PAPG dan Prodiakon; mengadakan latihan rutin bagi para petugas liturgi seperti lektor, pemazmur, organis dan dirigen; mengadakan pelatihan dengan mengundang pakar; menyelenggarakan seminar musik liturgi; menyelenggarakan misa inkulturasi; bekerja sama dan selalu koordinasi dengan para pengurus liturgi dekenat selatan untuk mengadakan tukar mimbar saat Novena Roh Kudus, mengadakan acara khusus untuk para pengurus liturgi agar tetap kompak dan imannya selalu bertumbuh misalnya dengan pertemuan rutin, makan bersama, ziarek dan gathering.

Sub seksi :

  • Prodiakon
  • Putra Altar – Putri Gereja

Ketua Seksi Liturgi periode 2017 – 2020: Maria Rooselina Maatita

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA