Jelaskan secara fisika mengapa peralatan dipasang pada lengan pasien pada pengukuran tekanan darah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tekanan darah meningkat selama beberapa saat, di antaranya adalah stres, merokok,  suhu dingin, olahraga berat, kafein dankonsumsi obat tertentu. Sebaiknya, hindari faktor-faktor tersebut saat sedang menjada kestabilan tekanan darah. Mengukur tekanan darah sebaiknya dilakukan di waktu yang sama setiap harinya. Biasanya dokter juga menyarankan pasien untuk memeriksa tekanan darah beberapa kali dalam sehari, untuk melihat dinamikanya.

Persiapan Memeriksa Tekanan Darah di Rumah

  • Carilah tempat yang tenang untuk mengecek tekanan darah. Pasalnya, Kamu perlu mendengarkan denyut nadi.
  • Pastikan Kamu merasa nyaman dan rileks. Buang air kecil terlebih dahulu untuk mengosongkan kandung kemih. Pasalnya, kandung kemih yang penuh dapat mengganggu hasil pemeriksaan tekanan darah.
  • Gulung lengan baju.
  • Duduk di kursi yang terletak di sebelah meja selama 5 - 10 menit. Lengan harus diletakkan setara dengan jantung. Duduk tegak sambil menyenderkan punggung di kursi dan jangan silangkan kaki. Posisikan lengan di meja dengan telapak tangan mengarah ke atas.

Ikuti instruksi yang disediakan di dalam kemasan alat monitor tekanan darah (sfigmomanometer atau tensimeter), baik digital maupun manual. Kamu bisa mengukur tekanan darah menggunakan tangan kiri atau kanan. Namun, langkah-langkah berikut menyediakan pemahaman tentang bagaimana cara mengukur tekanan darah  di tangan sebelah kiri menggunakan tensimeter manual atau digital:

1. Temukan lokasi denyut nadi

Kamu bisa menemukan denyut nadi dengan sedikit menekan jari di bagian dalam siku. Kalau Kamu tidak bisa mendeteksinya, tempelkan kepala stetoskop (di monitor manual) atau arm cuff atau manset (di monitor digital) di bagian yang sama.

2. Pasang Manset

Pasang manset di bagian atas lengan, pastikan kepala stetoskopnya berada di atas arteri (saat menggunakan monitor manual). Biasanya, di manset tersedia tanda panah untuk menunjukkan letak kepala stetoskop seharusnya berada. Bagian bahwa manset harus berada sekitar 1 inci di atas bagian dalam siku. Kemudian, pasang stetoskop di telinga.

3. Pompa Mansetnya

Kalau Kamu menggunakan monitor manual:

  • Pegang manometer di tangan sebelah kiri dan pegang bola tensimeter di tangan kanan.
  • Tahan tekanan udara di bola tensimeter dengan cara memutar sekrup pompa searah jarum jam.
  • Pompa manset dengan cara meremas-remas bola tensimeter. Biasanya Kamu bisa mendengar denyutnya lewat stetoskop.
  • Perhatikan jarum manometernya. Terus pompa manset hingga jarumnya menunjukkan 30 mmHg di atas tekanan palpatoir atau sistolik Kamu. Pada tahap ini, Kamu tidak akan mendengar denyut nadi.
  • Sambil memerhatikan jarum manometer, secara perlahan lepas pompanya dengan membuka katup berlawananan arah jarum jam. Pastikan jarum manometer akan turun sebanyak 2 - 3 poin setiap detak jantung.
  • Perhatikan suara denyut nadi. Begitu Kamu mendengarnya, perhatikan angka yang ada di manometer. Hasil angka tersebut adalah tekanan sistolik (tekanan darah di dinding jantung ketika jantung berdetak).
  • Secara perlahan, terus kempiskan manset.
  • Dengar dengan seksama hingga suara denyut nadi hilang. Saat Kamu sudah tidak bisa mendengarnya, perhatikan angka yang tertera di manometer. Itulah hasil tekanan diastoliknya (tekanan udara antara denyut jantung).
  • Biarkan manset mengempis secara penuh.

Hasil pemeriksaan akan lebih akurat kalau tangan kirimu berada dalam posisi lurus. Kalau tekanan udara di bola tensimeter dilepaskan terlalu cepat atau jika denyut nadi tidak terdengar, jangan langsung memompa manset lagi. Tunggu hingga satu menit sebelum mengulang kembali prosedur pengukuran. Lepas dan pasang kembali mansetnya.

Kalau Kamu menggunakan monitor digital:

  • Pegang bola tensimeter di tangan kanan.
  • Tekan tombol power. Setelah itu, sejumlah simbol akan muncul, diikuti dengan angka 0. Hal ini mengindikasikan alatnya sudah siap untuk digunakan.
  • Pompa manset dengan cara meremas bola tensimeter menggunakan tangkan kanan. Kalau Kamu punya tensimeter dengan fitur pompa manset otomatis, tekan tombol start.
  • Perhatikan manometernya. Terus pompa manset hingga jarum manometer menunjukkan 30 mmHg di atas tekanan palpatoir atau sistolik Kamu.
  • Duduk dengan tenang sambil memerhatikan monitornya. Angka tekanan akan muncul di layar.
  • Tunggu hingga terdengar bunyi, yang berarti bahwa pengukurannya sudah selesai. Perhatikan angka tekanan di layar. Tekanan sistolik  berada di sisi kiri, sementara tekanan dialostik berada di sisi kanan.
  • Biarkan manset mengempis.

Kalau Kamu tidak memperoleh hasil pengukuran yang akurat, jangan langasung memompa manset lagi. Tunggu sekitar 1 menit sebelum mengulang pengukurannya. Lepas dan pasang kembali mansetnya.

Ikuti instruksi dokter tentang kapan dan seberapa sering Kamu harus mengukur tekanan darah. Catat tanggal, waktu, dan hasil pengukurannya. Setidaknya satu tahun sekali bawalah tensimeter yang Kamu miliki ketika sedang periksa ke dokter, untuk mengecek keakuratan alat tersebut. (UH/AY)

sumber : guesehat.com

Artikel ini adalah jawaban dari pertanyaan "Pada saat mengukur tekanan darah dengan tensimeter berlaku hukum?" Untuk menjawab soal ini, maka kalian harus memahami terlebih dahulu materi tekanan. Di dalam materi tersebut, dijelaskan jenis-jenis tekanan dan perilakunya yang terjadi pada zat padat dan fluida (gas dan cair).


Berkaitan dengan soal di atas, maka ruang lingkup materinya berkaitan dengan tekanan pada zat cair, karena darah termasuk ke dalam zat cair. Di dalam materi tekanan pada zat cair, terdapat dua hukum terkenal, yaitu Hukum Archimedes dan Hukum Pascal. Kira-kira mana di antara kedua hukum tersebut yang cocok dengan bunyi soal?

Oleh karena itu, ada baiknya kalau kita menguraikan terlebih dahulu masing-masing hukum tersebut agar bisa menarik kesimpulan yang tepat mengenai hukum yang berlaku pada saat mengukur tekanan darah dengan tensimeter.

Yuk, berikut ini uraiannya...

Dua hukum yang sering disebut dalam pembahasan tekanan pada zat cair adalah Hukum Archimedes dan Hukum Pascal. Berikut ini sengaja kami bahas kedua hukum tersebut untuk melihat mana yang paling cocok dengan tensimeter:

Hukum Archimedes ditemukan oleh ilmuwan Yunani Kuno yang bernama Archimedes of Syracuse (288 SM - 212 SM). Hukum ini berbunyi:

Benda yang tercelup ke dalam zat cair, baik sebagian atau seluruhnya, akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang besarnya sama dengan zat cair yang dipindahkan.

Hukum Archimedes disebut juga dengan Hukum Gaya Angkat ke Atas atau Gaya Apung. Jadi, hukum ini berlaku pada benda-benda yang tercelup di dalam zat cair.  

Hukum Pascal ditemukan oleh ilmuwan asal Prancis yang bernama Blaise Pascal (1623 M - 1662 M). Hukum ini berbunyi:

Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar.

Jadi, Hukum Pascal mengatur perilaku dari zat cair yang berada pada sistem tertutup.

Dari penjelasan di atas, maka hukum yang berlaku pada tensimeter pada saat mengukur darah adalah Hukum Pascal. Alasannya, karena tekanan pada pembuluh darah merupakan tekanan yang berada pada ruang tertutup. 

Ketika jantung memompa darah, darah akan mendapatkan dorongan sehingga mengalir melalui pembuluh darah. Dorongan lebih lanjut dilakukan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Inilah yang disebut dengan tekanan darah.  

Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dilakukan melalu pembuluh nadi (arteri) besar. Caranya adalah alat akan dipasang di tangan bagian lengan atas. Tekanan darah normal berkisar antara 120/80 mmHg.

Kesimpulan

Pada Saat Mengukur Tekanan Darah Dengan Tensimeter, Berlaku Hukum...
  • A. Pascal
  • B. Archimedes
  • C. Boyle
  • D. Newton
Jawaban: A. Pascal 
 

Demikianlah jawaban dari pertanyaan "Pada Saat Mengukur Tekanan Darah dengan Tensimeter Berlaku Hukum?" Bagikan jawaban ini agar orang lain juga bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.

[Jawaban] Pada Saat Mengukur Tekanan Darah dengan Tensimeter Berlaku Hukum? 2020-01-21T03:14:00-08:00 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Afdan Fisika

general_alomedika 2021-07-14T11:03:57+07:00 2021-07-14T11:03:57+07:00

Hipertensi merupakan kondisi serius yang diderita jutaan orang di seluruh dunia.[1-3] Namun, ketepatan diagnostik dari pemeriksaan tekanan darah di layanan primer pun masih sering dipertanyakan, baik dari segi alat, waktu pemeriksaan, hingga teknik yang dilakukan.[4-6]  Ketidaktepatan pemeriksaan dapat menyebabkan overdiagnosis dan pemborosan anggaran kesehatan.[2, 4]

Tekanan darah dapat dipengaruhi berbagai hal, seperti: stres, rasa nyeri, aktifitas fisik, dan obat-obatan (termasuk nikotin dan kafein). Hal inilah yang mendasari diperlukannya standarisasi dalam pemeriksaan tekanan darah untuk memastikan akurasi pemeriksaan. U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) menganjurkan untuk memberi interval waktu setidaknya 5 menit dari pasien datang ke layanan kesehatan hingga dilakukan pemeriksaan tekanan darah, kemudian pemeriksaan dilakukan sebanyak 2 kali.[3] Hal tersebut didukung oleh sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Einstadter et al pada tahun 2018, yang dilakukan pada 38.000 pasien hipertensi di pusat kesehatan primer. Studi ini menyimpulkan beberapa hal, yaitu :

  • Pengulangan pemeriksaan tekanan darah menyebabkan penurunan tekanan darah sebesar 2-17mmHg (median 8 mmHg)
  • 36% pasien yang dilakukan pemeriksaan ulang ditemukan memiliki tekanan darah akhir di bawah 140/90 mmHg
  • Pemeriksaan tekanan darah ulang meningkatkan angka kontrol hipertensi sebesar 61-73% [1]

Studi tersebut tidak menjelaskan interval waktu antara kedua pemeriksaan, namun menekankan bahwa pemeriksaan dilakukan pada satu kali kontrol ke pusat kesehatan. Selain perubahan bermakna pada hasil tekanan darah, pemeriksaan ulang dapat mengurangi overdiagnosis dan pemberian obat yang kurang tepat pada 36% pasien yang sebenarnya tidak memerlukan obat.[1]

Metode Pemeriksaan Tekanan Darah yang Tepat

Pemeriksaan tekanan darah yang direkomendasikan adalah berdasarkan pedoman American Heart Association (AHA). Berbagai hal dapat menyebabkan kesalahan hasil pemeriksaan tekanan darah, namun sayangnya hal-hal tersebut seringkali kurang menjadi perhatian tenaga kesehatan.

Kesalahan yang umum dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah yaitu:

  • Salah waktu: pasien tidak diminta untuk istirahat/menunggu sejenak sebelum diperiksa
  • Salah alat: misalnya salah dalam memilih ukuran cuff

  • Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan
  • Tidak ada kalibrasi alat sehingga hasil tidak akurat [1]

Alat Periksa yang Tepat

Gold standard pemeriksaan tekanan darah masih menggunakan spigmomanometer raksa hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh perubahan desain yang sangat sedikit dari saat pertama kali digunakannya pada 60 tahun lalu, yang menyebabkan akurasi yang tidak jauh berbeda pada berbagai merk yang ada di pasaran. Spigmomanometer aneroid (jarum) banyak digunakan saat ini, namun dinilai tidak lebih akurat dari spigmomanometer raksa dan memerlukan kalibrasi yang lebih rutin untuk memastikan akurasinya. Satu alat yang dinilai lebih baik dari spigmomanometer raksa adalah alat hybrid yang menggabungkan fitur yang terdapat pada spigmomanometer raksa dan alat pemeriksaan elektronik, namun alat ini masih memerlukan validasi lebih lanjut sebelum dapat menggantikan peran spigmomanometer raksa yang perlahan mulai dikurangi penggunaannya karena alasan lingkungan.[6]

Lokasi Pengukuran yang Tepat

Lokasi standar pemeriksaan tekanan darah adalah pada regio antebrachii dengan stetoskop diletakkan pada fossa cubiti di atas arteri brakialis. Saat ini, alat pemeriksaan pada pergelangan tangan bahkan jari banyak diperkenalkan, namun penting untuk diingat bahwa tekanan darah dapat bervariasi pada lokasi yang berbeda. Sebagai prinsipnya, tekanan darah sistolik akan meningkat pada lokasi yang lebih distal, sedangkan tekanan darah diastolik akan menurun pada lokasi tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan pada pergelangan tangan dan jari tangan masih belum dianjurkan.[6]

Kedua lengan (kanan dan kiri) dapat memberiksan hasil yang berbeda pada 20% pasien. Perbedaan yang terjadi dapat mencapai > 10 mmHg. Walau hal ini terlihat fatal, belum dapat dipastikan apakah memang fakta ini konsisten pada seluruh populasi. Namun, direkomendasikan bahwa pada awal pemeriksaan tekanan darah, dilakukan pada kedua lengan. Hal tersebut juga bermanfaat dalam mendeteksi koartasio aorta. Jika ditemukan adanya perbedaan tekanan darah pada kedua lengan, tekanan darah yang lebih tinggi sebaiknya digunakan sebagai hasil.[6]

Ukuran Cuff yang Tepat

Ukuran cuff penting dalam menjaga akurasi pemeriksaan. Cuff yang ideal sebaiknya memiliki kantung dalam sepanjang 80% dan selebar 40% dari lingkar lengan, atas dengan kata lain, rasio panjang : lebar adalah 2 : 1. [6] Sebuah studi telah membuktikan adanya minimalisasi kesalahan pemeriksaan jika pemeriksaan dilakukan dengan ukuran cuff yang sesuai.[7]

Rekomendasi ukuran cuff :

  • untuk lingkar lengan 22-26 cm, ukuran cuff sebaiknya 12x22 cm

  • untuk lingkar lengan 27-34 cm, ukuran cuff sebaiknya 16x30 cm

  • untuk lingkar lengan 35-44 cm, ukuran cuff sebaiknya 16x36 cm

  • untuk lingkar lengan 45-52 cm, ukuran cuff sebaiknya 16x42 cm [6]

Posisi Tubuh Pasien yang Tepat

Posisi tubuh pasien juga perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tekanan darah. Terdapat dua posisi yang banyak digunakan, yakni posisi duduk dan supinasi, namun keduanya dapat memberikan hasil yang berbeda. Sudah terbukti bahwa posisi duduk dapat memberikan hasil pemeriksaan diastolik yang lebih tinggi (sekitar 5 mmHg) dibandingkan posisi supinasi, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan pada sistolik. Selain itu, posisi punggung dan kaki juga perlu dipertimbangkan, jika pada posisi duduk punggung pasien tidak diberikan sandaran, maka tekanan diastolik dapat meningkat 6 mmHg. Selain itu, menyilangkan kaki juga dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 2-8 mmHg.

Pada posisi supinasi, atrium kanan terletak pada jarak tengah antara ranjang dan sternum, oleh karena itu, lengan pasien perlu diberikan bantal untuk memastikan posisi lengan sejajar dengan atrium kanan. Posisi lengan yang lebih tinggi dari posisi jantung akan menyebabkan hasil pemeriksaan yang lebih rendah, dan berlaku sebaliknya, dimana terdapat perbedaan kenaikan atau penurunan sekitar 2mmHg untuk tiap inci jarak antara posisi lengan dengan atrium kanan. [6]

Cara Pengukuran yang Tepat

Sebelum meletakkan cuff, pemeriksa sebaiknya melakukan palpasi arteri brakialis, dan bagian tengah cuff (biasanya ditandai oleh produsen cuff) diletakkan tepat di atas arteri brakialis. Cuff sebaiknya tidak dipasang terlalu kencang hingga menyebabkan efek torniket pada lengan pasien dan dipasang pada 2-3 cm di atas fossa cubiti untuk menyediakan tempat meletakkan stetoskop. Jika ukuran cuff tidak mencukupi lingkar lengan (setidaknya 80%), maka ukuran yang lebih besar perlu digunakan. Pemeriksa dan pasien tidak boleh berbicara pada pemeriksaan. Suara Korotkoff 1 dan 5 (sistolik dan diastolik) paling baik didengarkan dengan bagian bell dari stetoskop.[6]

Inflasi dan deflasi udara pada cuff sebaiknya dilakukan perlahan dengan laju maksimal 2-3 mmHg per detik, jika terlalu cepat, akan terjadi underestimasi dari tekanan sistolik dan overestimasi tekanan diastolik.[6]

Kesimpulan

Tingginya angka hipertensi menuntut tenaga kesehatan untuk mampu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara akurat untuk memastikan ketepatan terapi dan kontrol tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan alat, metode, dan waktu yang tepat. Di layanan primer, penting sekali dilakukan pemeriksaan tekanan darah ulang untuk mendapat hasil yang akurat dan mengurangi overdiagnosis, sehingga pemberian obat hipertensi benar-benar tepat guna. Teknik pemeriksaan tekanan darah yang direkomendasikan adalah berdasarkan pedoman American Heart Association (AHA).

1. Einstadter D, Bolen SD, Misak JE, Bar-Shain DS, Cebul RD. Association of repeated measurements with blood pressure control in primary care. JAMA Intern Med. 2018;178(6):858-60. //dx.doi.org/10.1001/jamainternmed.2018.0315 2. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK, Blaha MJ, Cushman M, et al. Heart Disease and Stroke Statistics-2016 Update: A Report From the American Heart Association. Circulation. 2016;133(4):e38-360. //www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26673558 3. Siu AL, on behalf of the USPSTF. Screening for high blood pressure in adults: U.s. preventive services task force recommendation statement. Ann Intern Med. 2015;163(10):778-86. //dx.doi.org/10.7326/M15-2223 4. Piper MA, Evans CV, Burda BU, Margolis KL, O'Connor E, Whitlock EP. Diagnostic and predictive accuracy of blood pressure screening methods with consideration of rescreening intervals: A systematic review for the u.s. preventive services task force. Ann Intern Med. 2015;162(3):192-204. //dx.doi.org/10.7326/M14-1539 5. Lindroos AS, Jula AM, Puukka PJ, Kantola I, Salomaa V, Juhanoja E, et al. Comparison of Acceptability of Traditional and Novel Blood Pressure Measurement Methods. Am J Hypertens. 2016;29(6):679-83. //dx.doi.org/10.1093/ajh/hpv167 6. Pickering TG, Hall JE, Appel LJ, Falkner BE, Graves J, Hill MN, et al. Recommendations for Blood Pressure Measurement in Humans and Experimental Animals. Part 1: Blood Pressure Measurement in Humans: A Statement for Professionals From the Subcommittee of Professional and Public Education of the American Heart Association Council on High Blood Pressure Research. 2005;111(5):697-716. //circ.ahajournals.org/content/circulationaha/111/5/697.full.pdf

7. Marks LA, Groch A. Optimizing cuff width for noninvasive measurement of blood pressure. Blood Press Monit. 2000;5(3):153-8. //www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10915227

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA