Hubungan sosial yang mengarah pada perpecahan dan konflik dinamakan

Ilustrasi Interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan, sumber foto (Christina Wocinte) by unsplash.com

Interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan merupakan jenis interaksi yang patut diwaspadai karena memiliki banyak dampak negatif. Namun, sayangnya interaksi jenis ini masih mudah ditemukan di dalam lingkungan masyarakat. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, mengingat ada faktor-faktor yang melatarbelakangi perpercahan tersebut. Interaksi sosial yang menimbulkan konflik di kalangan masyarakat ini disebut dengan interaksi disosiatif. Interaksi sosial jenis ini menimbulkan potensi keregangan solidaritas antar masyarakat. Lalu, apa saja contoh interaksi sosial disosiatif? Simak pemaparan di artikel ini.

Contoh Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi yang mengarah pada perpecahan disebut dengan interaksi disosiatif. Mengutip buku Modul Ilmu Pengetahuan Sosial Edisi PJJ pada Masa Pandemi Covid-19 untuk SMP Kelas VII oleh Kurniawati (2020), interaksi sosial ini dapat terjadi karena adanya perpedaan pandangan atau pendapat. Dengan kata lain, interaksi ini bertolak belakang dengan interaksi asosiatif dan cenderung mengarah pada hal-hal negatif.

Adapun contoh interaksi sosial disosiatif adalah sebagai berikut:

Ilustrasi Interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan, sumber foto (Christina Wocinte) by unsplash.com

1. Persaingan atau Kompetisi Pemilihan Umum

Persaingan dalam pemilihan umum dapat terjadi kepada siapa saja, baik tingkat desa, kota, provinsi, hingga Negara. Konflik yang menimbulkan perpecahan dapat terjadi karena adanya perbedaan pilihan yang menyebabkan seseorang atau kelompok mengalami bersitegang.

2. Perilaku yang Kontroversial

Adanya kata kata kontroversi yang dilakukan oleh seseorang, seperti melakukan fitnah, mencaci maki, membenci, mengadu domba, yang dilakukan. Baik antar individu, kelompok masyarakat maupun antar suku, etnis, yang bisa saja dengan satu kata ucapan yang kontroversi memicu adanya perpecahan dan konflik terebut.

3. Adanya pertentangan yang menimbulkan konflik

Contoh interaksi yang mengarah pada perpecahan berikutnya adalah terjadinya perkelahian, tawuran, atau bentrokanantarindividu atau kelompok.

Fenomena ini dapat menimbulkan perpecahan karena timbul perseteruan antara kedua belah pihak.

Informasi hoax atau berita bohong semakin marak dijumpai di dunia maya. Hal ini rentan menimbulkan konflik yang mengarah pada perpecahan jika dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, penting sekali untuk bersikap selektif dalam mengonsumsi informasi digital di masa kini.

5. Adanya Kecurangan dalam Kompetisi

Sebuah kompetisi atau perlombaan yang dilakukan dengan cara yang curang tentu menimbulkan rasa ketidakadilan bagi pihak yang bersikap jujur dalam mengerjakannya. Oleh karena itu, kecurangan dalam berkompetisi dapat memicu terjadinya perpecahan antarpihak yang terlibat.

6. Ketidaksesuaian dalam Pembagian Sumber Daya Alam

Ketidakadilan dalam pembagian sumber daya alam dapat menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat. Hal ini sekaligus menandakan bahwa telah terjadi kesenjangan yang perlu diatasi dengan bijak oleh pemerintah.

Interaksi yang mengarah kepada perpecahan harus dihindari agar tidak timbul konflik yang memutus tali solidaritas antar masyarakat. (DLA)


Page 2

Jakarta -

Proses sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan dan pertentangan. Namun pada dasarnya, proses sosial disosiatif merujuk pada berbagai upaya manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Menurut para ahli, manusia memiliki tiga perjuangan pokok dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Tiga hal tersebut mencakup perjuangan melawan sesama, melawan makhluk lain dan melawan alam. Dalam perjuangan tersebut, proses sosial yang dilakukan meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Berikut bentuk-bentuk proses disosiatif seperti dilansir dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, dkk.

Persaingan adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan teman-teman sekolah untuk meraih prestasi.

Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya, persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial berupa perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan bahkan kebencian terhadap pribadi seseorang. Kontravensi dapat dikatakan sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan.

Namun, kontravensi juga diartikan ahli sebagai sikap mental yang tersembunyi kepada orang lain. Dalam konteks ini, sikap mental hanya sampai tahap kebencian dan belum di tahap terjadi pertentangan.

Contoh, seseorang menyadari adanya perbedaan dengan pihak lain seperti budaya, pendapat, kepintaran, dan pola perilaku. Jika perbedaan tersebut tidak disertai dengan hati yang lapang, maka akan jadi pemicu pertentangan atau konflik.

Beberapa macam bentuk kontravensi seperti dikutip dari Pengenalan Sosiologi karya Taufiq Rohman Dhohiri yaitu:

a. Kontravensi bersifat umum seperti penolakan, protes, dan menghalangi.

b. Kontravensi sederhana seperti memaki, memfitnah,dan mencerca.

c. Kontravensi intensif seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.

d. Kontravensi bersifat rahasia, seperti berkhianat dan mengumumkan rahasia orang lain.

e. Kontravensi bersifat taktis seperti intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan.

3. Pertentangan atau Konflik

Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial.

Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.

Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah pada kekerasan. Sebab, tujuan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.

Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat di antaranya:

a. Adanya perbedaan antar individu.

b. Adanya perbedaan kebudayaan.

c. Adanya perbedaan kepentingan.

d. Adanya perubahan sosial.

Beberapa bentuk pertentangan yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat seperti dikutip dari buku IPS SMP karya Sugiharsono, dkk, yaitu:

a. Pertentangan pribadi

b. Pertentangan rasial

c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial

d. Pertentangan politik

Perlu digarisbawahi, pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif. Contoh, pada sebuah diskusi, pertentangan diharapkan membawa tiap pihak mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial. Selama pertentangan itu tidak berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan dapat bermakna positif.

Nah, jadi ada tiga bentuk interaksi sosial disosiatif beserta contohnya yang bisa detikers identifikasi di kehidupan sehari-hari. Semoga menambah pengetahuan, detikers.

Simak Video "Bantah Berafiliasi dengan Ormas, JNE Duga Ada Persaingan Bisnis"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/twu)