Hal yang terjadi dalam tubuh ketika kadar karbon dioksida dalam darah terlalu tinggi adalah

Jakarta -

Viral di media sosial, seorang pesepeda kolaps dan meninggal dunia saat latihan. Dikatakan, almarhum mengalami rebreathing alias keracunan karbondioksida gara-gara bersepeda pakai masker.

Teorinya, tubuh menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) saat bernapas. Ketika pakai masker, maka pertukaran udara akan terhambat, sehingga karbondioksida kembali terhirup ke sistem pernapasan.

"Kelebihan kadar CO2 dlm tubuh adalah berbahaya. Bersepeda adalah exercise apalagi bila cepat dan menanjak Kebutuhan O2 bertambah, frekwensi napas dan nadi meningkat. Apabila memakai masker terjadilah Rebreathing dlm arti ada CO2 yg terisap kembali yg lama-lama mengakibatkan naik nya kadar CO2 dlm darah dan bisa mengakibatkan keracunan, salah satu gejalanya pusing dan mual," demikian kutipan informasi yang viral tersebut.

Benarkah olahraga pakai masker bisa memicu keracunan karbondioksida? Yuk cari tahu sama-sama.

Kenali dulu risiko hypercapnia

Keracunan karbondioksida juga dikenal dengan istilah hypercapnia. Kondisi ini terjadi ketika ada peningkatan kadar CO2 di dalam darah. Gejalanya antara lain pusing, mengantuk, letih, sakit kepala, sesak napas, dan disorientasi.

Risiko hypercapnia bukan tidak ada, tetapi lebih jarang dialami populasi umum. Dikutip dari Reuters, sebuah penelitian tahun 2006 menyebut penggunaan masker N95 oleh para tenaga kesehatan saat terjadi wabah SARS bisa meningkatkan risiko sakit kepala.

Umumnya, masker dipakai hanya saat beraktivitas di luar rumah, termasuk saat olahraga. Durasinya tentu tidak selama para tenaga kesehatan yang mungkin bisa seharian bekerja dengan masker N95 terpasang di wajah.

Pengaruh penyakit yang tak ketahuan?

Di China, seorang pria bernama Zhang Ping mengalami paru-paru kolaps setelah berlari 4 km dengan menggunakan masker. Disebutkan, tekanan tinggi dialaminya saat olahraga membuat udara di paru-parunya bocor menembus organ tersebut.

Kepada detikcom, dr Adria Rusli, SpP(K) dari RS Paru Persahabatan mengatakan kecil kemungkinan kondisi yang disebut pneumothorax ini terjadi hanya karena pakai masker. Menurutnya, lebih mungkin hal itu dipengaruhi oleh kondisi lain yang memang dialaminya tanpa disadari.

"Sebetulnya sih bukan dari masker, dia sudah ada bakatnya. Kemudian karena dia ada gerakan yang hebat atau karena dia tekanan napasnya terlalu kuat bisa jadi seperti itu. Jadi bukan karena masker ya," kata dr Adria, Senin (20/5/2020).

Gowes pakai masker sebelum ada COVID-19

Perdebatan tentang boleh tidaknya olahraga pakai masker memang menghangat ketika berlaku pembatasan sosial terkait virus Corona COVID-19. Untuk beraktivitas di luar ruangan, tanpa mengecualikan olahraga, warga memang dianjurkan untuk mengenakan masker.

Namun sebenarnya olahraga pakai masker sudah sejak lama dilakukan, salah satunya oleh para pesepeda yang sering gowes untuk menuju tempat kerja. Meski dahulu belum ada pandemi virus Corona, banyak pesepeda menggunakan masker untuk menangkal polusi di jalan raya.

Di kalangan atlet profesional, sebagian pesepeda di Tour de Siak 2019 juga melibas jarak 60 km dengan memakai masker karena kondisi udara yang tidak segar akibat asap kebakaran hutan. Karena kondisi ini pula, jarak tempuh para pesepeda dipangkas dari yang seharusnya 114 km.

"Mereka tetap semangat juga tampaknya, dan itu boleh (pakai masker). Kita ada penambahan tim medis," kata Bupati Siak, Alfedri, usai melepas peserta di depan Istana Siak, Kamis (19/9/2019).

Penggunaan masker tentu lebih menghambat pernapasan. Karenanya, tetap harus berhati-hati terutama jika punya kondisi atau risiko tertentu. Foto: Chaidir Anwar Tanjung/detikSport

Jadi, boleh nggak olahraga pakai masker? Tuliskan pendapat di kolom komentar.

Simak Video "Jenis Masker yang Sangat Efektif Menurut Profesor Inggris"


[Gambas:Video 20detik]
(up/naf)

Kekurangan oksigen

Kondisi kekurangan oksigen biasa disebut hipoksia. Kondisi ini terjadi karena kadar oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Oksigen dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, oleh karena itu kekurangan oksigen dapat mengakibatkan kekurangan oksigen dalam darah yang dikenal dengan nama hipoksemia. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah :

  • Gangguan pernapasan, yang disebabkan karena organ pernapasan yang tidak berfungsi dengan baik (saluran napas yang tersumbat, sleep apnea/gangguan bernapas saat tidur, penyakit tertentu seperti pneumonia, emfisema, asma, edema paru, emboli, fibrosis), dapat pula disebabkan karena asupan obat (yang dapat menyebabkan depresi dan gangguan pernapasan)
  • Penyakit anemia (kekurangan zat besi), rendahnya kadar zat besi menyebabkan menurunnya tingkat hemoglobin sebagai zat pembawa oksigen dalam darah.
  • Aktivitas yang terlalu berat, stres berlebih
  • Berada di dataran tinggi di mana jumlah oksigen yang tersedia berkurang
  • Kondisi lingkungan sekitar yang mengalami pencemaran udara (gas buangan kendaraan/pabrik, asap rokok)

Dampak buruk kekurangan oksigen dalam darah :

  • Rasa lelah, ini adalah dampak yang pertama kali dirasakan, ketika pasokan oksigen dalam darah berkurang. Karena oksigen tidak mencapai semua bagian tubuh sesuai yang dibutuhkan, maka fungsi tubuh akan terpengaruh dan akan ada sedikit energi untuk melakukan pekerjaan. Akibatnya akan timbul rasa lelah yang akan disertai dengan ketidak mampuan untuk bekerja secara maksimal.
  • Kesulitan dalam bernafas, sesak nafas akan mempengaruhi fungsi normal dari sistem tubuh manusia.
  • Nyeri otot, ketika kadar oksigen berkurang dalam darah, hal ini mempengaruhi fungsi otot. Dampaknya dapat terasa mulai dari nyeri pada otot atau kelang yang terasa di persendian.
  • Gangguan mata, dampak buruk kekurangan kadar oksigen dalam darah dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan. Kualitas atau ketajaman akan berkurang.
  • Sianosis adalah ketika kulit terdapat semburat kebiruan. Hal ini disebabkan sebagai akibat langsung dari kurangnya kadar oksigen dalam darah. Selain tampak pucat dan sakit-sakitan, akan terdapat resiko bagi kesehatan juga.
  • Serangan jantung, ketika oksigen tidak dapat diangkut dari paru-paru ke bagian lain dari tubuh melalui darah, maka akan ada tekanan ekstra pada jantung. Tekanan berlebih ini dapat membuat serangan jantung.
  • Hipoksia serebral (kekurangan pasokan oksigen ke otak). Otak manusia memanfaatkan sekitar 20% dari oksigen yang digunakan oleh tubuh kita. Otak selalu membutuhkan oksigen untuk menjalankan fungsinya, oleh karena itu kurangnya oksigen dapat menimbulkan dampak negatif pada fungsi otak. Sel sel otak sangat rentan terhadap perubahan pasokan oksigen. Jika terjadi gangguan pasokan oksigen ke otak untuk jangka waktu lama, dapat menyebabkan koma atau kematian.

Dampak buruk kekurangan oksigen dalam darah dapat menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan yang serius. Oleh karena itu, tindakan pencegahan yang tepat harus dilakukan dan metode pengobatan perlu dijalankan tanpa menunggu lama.

Meningkatkan oksigen dalam darah dapat dilakukan dengan cara olahraga dan transfusi darah, selain itu nutrisi tertentu juga bisa meningkatkan oksigen dalam darah. Berikut nutrisi penting yang dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah :

  • Zat besi, dapat diperoleh dari daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, roti gandum dan pasta yang diperkaya zat besi untuk mengobati anemia.
  • Diet rendah lemak. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa makanan tinggi lemak dapat menyebabkan resistensi insulin dan sleep apnea (gangguan bernapas saat tidur).Untuk itu, makan serat tinggi, diet rendah lemak dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran dapat membantu meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
  • Buah dan sayuran. Sebuah artikel yang diterbitkan Cancer Active mengungkapkan bahwa lingkungan asam dalam darah dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dan meningkatkan risiko kanker tertentu. Konsumsi air basa dalam buah dan sayuran yang kaya kalium dan magnesiumseperti pisang, kentang, tomat dan sayuran berdaun hijau, dapat membantu mengurangi keasaman dan mengobati hipoksemia. Buah-buahan dan sayuran, menurut MayoClinic.com, juga merupakan sumber tinggi antioksidan seperti vitamin C dan vitamin E, yang melindungi sel-sel darah pembawa oksigen terhadap efek berbahaya dari radikal bebas.
  • Diet rendah natrium. Menurut studi yang diterbitkan Hypertension, makanan rendah natrium dapat mengakibatkan meningkatnya oksigenasi ginjal melalui darah. Diet rendah natrium adalah untuk mengurangi asupan natrium sampai kurang dari 2000 mg per hari dan memperbanyak buah dan sayuran, kacang, kacang polong, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Kelebihan oksigen

Oksigen, suatu unsur gas yang vital bagi kehidupan manusia, ternyata juga dapat meracuni manusia. Oksigen dapat meracuni kita (dinamakan oxygen poisoning), apabila tekanan oksigen lebih tinggi dari 1 bar (tekanan normal) atau apabila kadar oksigen ini lebih tinggi dari 21%. Kondisi kelebihan oksigen umumnya terjadi pada seseorang yang menggunakan alat bantu pernapasan dengan tabung oksigen (seperti penyelam laut dalam, petugas ruang terbatas), orang yang menjalani terapi hiperbarik dan pada bayi prematur yang diberi oksigen dalam inkubator.

Keracunan oksigen pada manusia membawa akibat buruk pada tiga organ yang amat vital, yaitu : Pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang dan tidak sadar (dinamakan Paul Bert effect). Pada paru-paru yang mengakibatkan sesak nafas dan sakit dada (dinamakan Lorrain Smith effect). Pada mata yang mengakibatkan rabun jauh (myopia). Umumnya gangguan ini tidak bersifat menetap pada orang dewasa dan membaik dengan berjalannya waktu. Namun pada bayi yang lahir prematur, efek pemberian oksigen yang berlebihan ini dapat mengakibatkan kelainan mata yang lebih serius bahkan sampai menjadi buta. Hal ini disebabkan, karena pada bayi prematur, organ paru-paru dan organ matanya belum berkembang secara sempurna, sehingga tekanan oksigen yang berlebihan ini mengakibatkan kerusakan sel pada bronchus dan retina mata. Kerusakan pada retina yang ‘terlepas’ (detached) ini dinamakan retinopathy of prematurity (ROP).

Agar tidak mengalami kelebihan oksigen (keracunan oksigen), maka gunakanlah alat bantu pernapasan (seperti tabung oksigen), inkubator, dan alat bantu terkait penggunaan oksigen lainnya sesuai dengan aturan dan standard keselamatan / medis yang sudah ada.

Seperti halnya segala sesuatu, oksigen pun  baik dan berguna pada kadar yang cukup, dan tidak baik pada kadar yang berlebihan maupun kekurangan.

Semoga bermanfaat.

Sumber : //artikel-k3.blogspot.com/2015/11/cara-mengatasi-efek-buruk-kekurangan-kelebihan-kadar-oksigen-dalam-darah.html

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA