Hadits tentang adab memasuki rumah orang lain

Skip to content

Hadits tentang adab memasuki rumah orang lain

  • Home
  • Landasan Agama
  • Fikih dan Muamalah
  • Nasihat Hati
  • Nasihat Ulama
  • Sejarah Islam
  • Home
  • Landasan Agama
  • Fikih dan Muamalah
  • Nasihat Hati
  • Nasihat Ulama
  • Sejarah Islam

  • Home
  • Landasan Agama
  • Fikih dan Muamalah
  • Nasihat Hati
  • Nasihat Ulama
  • Sejarah Islam

ADAB MINTA IZIN KETIKA MASUK RUMAH

ADAB MINTA IZIN KETIKA MASUK RUMAH

Adab minta Izin Ketika Masuk Rumah: Sebuah Adab Yang Banyak Ditinggalkan

Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah ‘Adab Meminta Izin Masuk Rumah’. Allah telah mengaturnya secara khusus sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nuur: 27-29:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ * لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا مَتَاعٌ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta izin dan memberikan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah”; maka hendaknya kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan”.
Bahkan Allah telah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik serta membiasakan anak semenjak usia dini agar meminta izin ketika ingin memasuki kamar orang tuanya di tiga waktu khusus, sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمِ

”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu:

  • Sebelum sholat Subuh,
  • Ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan
  • Sesudah sholat ‘Isya’.

(Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur: 58).

Akan tetapi bila telah menginjak usia baligh, maka ia harus meminta izin kapan saja dan di mana saja, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, karena Allah telah berfirman:

وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur: 59).

Secara lebih detail, Rasulullah ﷺ telah menjelaskan adab dan etika meminta izin melalui sunnah-sunnahnya, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Menyebutkan nama bagi orang yang meminta izin dengan mengatakan:”Saya adalah Fulan”.

Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata:

أتيت النبي صلى الله عليه وسلم قد قمت الباب فقال: “من هذا ؟”. فقلت: “أنا”. فقال: “أنا أنا”. كأنه كرهها

”Aku mendatangi Nabi ﷺ, maka aku mengetuk pintu. Lalu beliau ﷺ bertanya: “Siapa?”. Maka aku menjawab: “Saya”. Lalu beliau ﷺ berkata: “Saya, saya”. Sepertinya beliau tidak suka” (HR. Bukhari Muslim).

Dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu ia berkata:

خرجت ليلة من الليالي فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم يمشي وحده فجعلت أمشي في ظل القمر فلتفت فرأني فقال: “من هذا؟”. فقلت: “أبو ذر”

“Aku keluar pada suatu malam, ternyata ada Rasulullah ﷺ sedang berjalan seorang diri. Maka aku sengaja berjalan di bawah cahaya bulan, lalu beliau ﷺ menoleh dan melihatku. Maka beliau ﷺ bertanya: “Siapa ?”. Aku menjawab: “Abu Dzarr” (HR. Bukhari Muslim).

  1. Meminta Izin Tiga Kali (Dengan Mengetuk Pintu dan Mengucapkan Salam)

Adab bagi seorang yang hendak bertamu adalah mengetuk pintu (hadis Jabir di atas) dengan pelan/tidak terlalu keras, sambil minta izin dengan mengucapkan salam.

Dari Kildah bin Hanbal radliyallaahu ‘anhu ia berkata:

دخلت عليه ولم أسلم فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “ارجع !”. فقال: السلام عليكم أأدخل ؟

”Aku mendatangi Nabi ﷺ lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Maka beliau ﷺ bersabda: ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan Assalamu’alaikum, boleh aku masuk?” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia – yaitu Tirmidzi – berkata: Hadis Hasan).

Dari Abi Musa Al-Asy’ary radliyallaahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

الإستئذان ثلاثة، فإن أذن لك وإلا فارجع

”Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah). Dan jika tidak, maka pulanglah” (HR. Muslim).

Itulah adab syari yang mungkin “Asing” di tengah kaum Muslimin. Kita tidak perlu marah atau kesal jika pemilik rumah tidak memberi izin, dan menyuruh kita kembali pulang. Barangkali si pemilik rumah memunyai hajat kesibukan atau udzur, sehingga tidak bisa melayani kedatangan tamu.

  1. Tidak Menghadap Ke Arah Pintu

Ketika kita mengetuk pintu, dianjurkan untuk TIDAK menghadap ke arah pintu. Adab ini adalah untuk menghindari terlanggarnya kehormatan Muslim lainnya dengan melihat sesuatu yang bukannya haknya untuk dilihat.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr radliyallaahu ‘anhu, ia berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء وجهه ولكن من ركنه لأيمن أو لأيسره ويقول: السلام عليكم السلام عليكم

”Apabila Rasulullah ﷺ mendatangi pintu/rumah seseorang, beliau tidak berdiri di depan pintu. Akan tetapi di samping kanan atau di samping kiri. Kemudian beliau ﷺ mengucapkan: Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum” (HR. Abu Dawud).

  1. Tidak Boleh Melihat (Mengintip / Melongok) Ke Dalam Rumah

Poin ini merupakan kaitan dari poin nomor 3 di atas.

Dari Hudzail ia berkata: “Seorang laki-laki – ‘Utsman bin Abi Syaibah menyebutkan laki-laki ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallaahu ‘anhu – berdiri di depan pintu Rasulullah ﷺ untuk meminta izin. Ia berdiri tepat di depan pintu. – Utsman bin Abi Syaibah mengatakan: Berdiri mengahadap pintu. Rasulullah ﷺ berkata kepadanya:

هكذا عنك – هكذا – فإنما الإستئذان من النظر

”Menyingkirlah dari depan pintu. Sesungguhnya meminta izin itu disyariatkan untuk menjaga pandangan mata” (HR. Abu Dawud).

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

لو أن امرأ إطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه ما كان عليك من جناح

”Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tidak ada dosa atasmu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Inilah beberapa adab Islam dalam minta izin masuk rumah. Masih banyak yang belum tertulis secara detail, namun setidaknya inilah pokok-pokoknya. Semoga bermanfaat,….. dan yang lebih penting lagi: Semoga Allah memermudah kita untuk melakukannya serta mencintai Sunnah-sunnahnya ﷺ.

Allahu a’lam.

المراجع:
١. لباب التفسير من ابن كثير – تأليف: الدكتور عبد الله ال الشيخ.
٢. كيف تربي ولداًَ صالحاًَ.
٣. رياض الصالحين، تخريج: الشيخ الألباني.

Penulis: Abul-Jauzaa’ dan Ummu Humaid

http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2008/05/meminta-ijin-ketika-masuk-rumah-sebuah.html?m=1

Apa hukum menerima tamu?

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya.” (Kitab Bukhari no. 5670).

Apa hukumnya bertamu dalam Islam?

Seorang muslim berkewajiban memuliakan tamunya dengan sambutan dan jamuan selama tamunya berada di rumahnya. Bertamu dalam waktu yang lama tentu dapat mengganggu aktifitas penting tuan rumah. Oleh karena itu, Islam memberikan toleransi maksimal 3 hari kita boleh menginap dalam bertamu.

Bagaimana adab bertamu dalam Islam?

Meminta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali. Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama, maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan.

Bagaimana adab bertamu dan menerima tamu?

Adab selanjutnya adalah berpakaian rapi dan sopan. Islam menganjurkan umatnya untuk tidak berlebihan dalam berpenampilan. Menerima tamu bisa dengan mengenakan pakaian bersih untuk menghormati tamu. Ketika menyambut tamu dianjurkan untuk berjabat tangan atau bersalaman.