Hadis yang menjelaskan tentang asal kejadian Malaikat jin dan manusia diriwayatkan oleh

Allah ﷻ menciptakan malaikat dari cahaya.CAHAYA? Tidak dijelaskan rincian tentang hal ini dan kita tidak dibebani syariat untuk mencari tahu tentang hal itu.Dari Aisyah RA menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah).” (HR. Muslim no. 2996)

Penciptaan Malaikat

Sumber yang dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui perihal penciptaan Malaikat adalah dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah saw. Dalil penciptaan Malaikat yang dapat ditemukan diantaranya sebagai berikut:

1. Q.S. Fatir ayat 1

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١ 1. Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 2. Hadis Rasulullah saw. Yang diriwayatkan oleh Muslim. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم خُلِقَتِ المَلٰئِكَةُ مِنْ نُوْرِ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجِ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ اٰدَمَ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw bersabda,”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam diciptakan dari Sesutu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.”


Dari dalil-dalil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Malaikat adalah makhluk Allah swt yang diciptakan dari Nur (cahaya) dan memiliki sayap.

Hadis yang menjelaskan tentang asal kejadian Malaikat jin dan manusia diriwayatkan oleh

Dan jumlah mereka sangatlah banyak. Rasulullah ﷺ bersabda, مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ “Tidak ada satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan dahinya, bersujud kepada Allah.” (HR. Ahmad No. 21516). Di antara hal yang disaksikan Rasululullah ﷺ saat isra mi’raj adalah فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ “Kemudian ditunjukkan kepadaku baitul ma’mur. Aku pun bertanya kepada Jibril, beliau menjawab, ‘Ini Baitul Ma’mur, setiap hari ada 70.000 malaikat yang shalat di dalamnya. Setelah mereka keluar, mereka tidak akan kembali lagi, dan itu menjadi kesempatan terakhir baginya.‘ (HR. Bukhari 3207 dan Muslim 164). Artinya jumlah malaikat itu sangatlah banyak. Lebih banyak dari jumlah manusia. Dan sejumlah besar malaikat itu dipimpin oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam.

Keistimewaan Para Malaikat

Sebelum bertutur tentang Jibril, sejenak kita simak beberapa malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Kita rangsang nalar kita dengan mengenal keagungan penciptaan mereka sebelum kita berbicara tentang yang paling istimewa di antara mereka. Karena terkadang nalar kita yang lemah ini tidak bisa langsung meloncat membayangkan dan mentadabburi sesuatu yang paling istimewa sebelum dikenalkan dengan hal-hal yang istimewa di bawahnya. Alquran dan sunnah menyebutkan beberapa malaikat yang hendaknya dikenal oleh kaum muslimin. Jibril, Mikail, Israfil, Malaikat Maut, Munkar dan Nakir, Raqib dan Atid, Ridwan dan Malik. Merekalah malaikat-malaikat yang tidak lalai dari apa yang Allah perintahkan, tidak pula mereka memaksiati Tuhannya. Para malaikat adalah makhluk yang terbuat dari cahaya yang Allah ciptakan dengan sayap-sayap. Allah ﷻ berfirman, الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1). Di antara malaikat yang dipimpin oleh Jibril adalah malaikat pemikul arasy. Pemikul ciptaan Allah ﷻ yang terbesar. Rasulullah ﷺ bersabda: أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ. “Aku diidzinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul arasy, yaitu antara daging telinga (tempat anting. pen) dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun perjalanan.” (HR. Abu Dawud no 4727). Salah satu dari pemikul arasy itu adalah ISRAFIL sang peniup Sangkakala. Tahukah kalian besarnya Sangkakala itu? Diameternya adalah antara langit dan bumi. Sedangkan jarak langit dan bumi adalah 500 tahun perjalan dengan kuda yang tercepat. Dari al-Abbas bin Abdul Muthallib, Rasulullah ﷺ bersabda, هَلْ تَدْرُوْنَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ؟ قُلْنَا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: بَيْنَهُمَا مَسِيْرَةٍ خَمْسَمِائَة سَنَة… “Apakah kalian tahu berapa jarak antara LANGIT dan bumi?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Jarak langit dan bumi adalah perjalanan 500 tahun…” (HR. Abu Dawud dan selainnya). Allahu Akbar! Bayangkan! Betapa agungnya penciptaan malaikat pemikul arasy. Itulah salah satu malaikat yang begitu besar dan Jibril adalah pemimpinnya. Malaikat lainnya adalah Malaikat Malik, penjaga neraka. Pernahkah Anda mendengar HADIST tentang sifat fisik penduduk neraka? Penduduk neraka adalah orang-orang yang Allah besarkan fisik mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَا بَيْنَ مَنْكِبِي الكَافِرِ فِي النَّارِ مَسِيْرَةٌ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لِلرَّاكِبِ المُسْرِعُ “Jarak antara dua ujung pundak orang kafir di dalam neraka sejauh perjalanan 3 hari yang ditempuh penunggang kuda yang larinya cepat.” (HR. Bukhari 6551 dan Muslim 2852). Allah besarkan jisim mereka agar adzab yang mereka derita lebih maksimal dan lebih terasa di setiap lekuk dan jengkal tubuhnya. Kalau penduduk neraka sebesar itu, lalu bagaimana dengan Malaikat Malik, penjaga neraka. Malaikat yang ditakuti oleh para kriminal dan pendosa penghuni Jahannam itu. Suatu ketika, kelak penduduk neraka meminta kepada Malik agar menyampaikan kepada Allah supaya mereka dimatikan saja. Karena tidak tahan dengan pedihnya derita adzab. وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ “Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (hidup di neraka ini selama-lamanya)”. (QS. Az-Zukhruf: 77).

Lalu bagaimana pula hebatnya MALAIKAT Maut yang bertugas mencabut nyawa? Malaikat yang tunggal ini mampu mencabut nyawa manusia di segala penjuru DUNIA, di ujung timur dan barat, dalam waktu serentak. Dalam detik yang sama. Dan dia sama sekali tidak pernah lalai dalam melakukannya. Ia tidak pernah terlambat mengeksekusi manusia. Tidak juga terlalu cepat. Semua ia lakukan dengan presisi dan akurasi waktu yang luar biasa tepatnya.Demikianlah semoga bermanfaat


Page 2

Hadis yang menjelaskan tentang asal kejadian Malaikat jin dan manusia diriwayatkan oleh
Asal Penciptaan

BincangSyariah.Com – Setelah menyampaikan keberadaan alam semesta yaitu langit dan bumi serta beberapa nikmat-Nya, lantas Allah menjelaskan untuk siapa nikmat-nikmat tersebut:

خَلَقَ الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ

“Dia mencipakan manusia dari tanah kering seperti tembikar“ (Q.S. al-Rahman: 14)

Ayat di atas menjelaskan asal penciptaan manusia. Maksud insan ialah Nabi Adam. Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah kering seperti tembikar. Arti penyamaan tanah kering tersebut dengan tembikar dijelaskan oleh Ibnu ‘Asyur dalam Al-Tahrir wa al-Tanwir:

كالفخار في صورة خاصة وصلابة

“Seperti tebikar dalam (memiliki) bentuk tertentu dan keras.” (Baca: Hadis tentang Tahapan Penciptaan Manusia dan Garis Takdirnya)

Asal Nabi Adam dalam ayat di atas  menyisakan kejanggalan sebab dalam surah lain dijelaskan: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk“ (Q.S. al-Hijr: 26); “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat“ (Q.S. al-Shaaffaat: 11); “Allah menciptakan Adam dari debu“ (Q.S.Ali Imran: 59). Terkait perbedaan penciptaan Adam pada beberapa ayat dalam berbagai surah, Abu Abdillah Muhammad al-Qurthubi dalam karyanya Tafsir al-Qurthubi menjelaskan:

وذلك متفق المعنى ، وذلك أنه أخذ من تراب الأرض فعجنه فصار طينا ، ثم انتقل فصار كالحمأ المسنون ، ثم انتقل فصار صلصالا كالفخار

“Hal tersebut (ayat-ayat penciptaan Adam) satu arti bahwa Adam (awalnya) diciptakan dari debu bumi kemudian diolah menjadi tanah liat lalu berpindah (diubah) seperti lumpur yang dibentuk, lantas berpindah (diubah) menjadi tanah kering seperti tembikar.“

Bagaimana dengan surah al-Mursalat “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (Q.S. al-Mursalat: 20)? Imam al-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib menjelaskan maksud ayat tersebut sebagai berikut:

فذلك باعتبار شخصين آدم خلق من الصلصال ومن حمأ وأولاده خلقوا من ماء مهين

“Hal tersebut dengan memandang dua sosok yaitu Adam diciptakan dari tanah kering (yang berasal) dari lumpur dan anak Adam (keturunanya) diciptakan dari air yang hina (sperma)”.

Setelah menjelaskan asal penciptaan adam, Allah menyampaikan asal mula jin dalam firman-Nya:

وَخَلَقَ الْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

“Dia menciptakan jin dari nyala api“ (Q.S. al-Rahman: 15)

Ayat di atas menjelaskan asal penciptaan jin. Dalam al-Bahru al-Muhith dijelaskan arti Jin pada ayat tersebut:

“ Jin yang dimaksud adalah Abu al-Jan, yaitu Iblis sesuai pendapat al-hasan. Dan al-Mujahid berpendapat Jin yang dimaksud  ialah Abu al-Jan (ayah jin) bukanlah iblis.”

Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir memberikan pengertian lain tentang arti al-Jan pada ayat di atas:

والمراد به إبليس وما خرج عنه من الشياطين

“Yang dimaksud al-Jan itu Iblis dan para setan.“

Jin tersebut diciptakan oleh Allah dari nyala api. Seperti dalam sebuah hadis :

خلقت الملائكة من نور، وخلق الجان من مارج من نار، وخلق آدم مما وصف لكم

“ Malaikat diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api serta adam diciptakan dari apa yang telah diuraikan kepada kalian” (HR.Muslim). (Baca: Tafsir Surah An-Nazi’at: 1-5: Mengenal Tugas dan Ciri Khas Malaikat)

Dan maksud nyala api tersebut dijelaskan dalam Tafsir al-Qurthubi demikian:

وعنه أيضا  من لسانها الذي يكون في طرفها إذا التهبت – إلى أن قال – قال المبرد : المارج النار المرسلة التي لا تمنع. – إلى أن قال -ويروى أن الله تعالى خلق نارين فمرج إحداهما بالأخرى ، فأكلت إحداهما الأخرى وهي نار السموم فخلق منها إبليس

“Dari Ibnu Abbas  bahwa (penciptaan jin) dari lidah api yang berada diujung kobaran. al-Mubarrad berkata: (Nyala api) ialah api yang berkobar tidak dapat dihentikan. Dan diriwayatkan bahwa Allah menciptakan dua api lalu berkobar saling melahap dan api tersebut adalah api yang menghanguskan. Kemudian dari api itu Allah menciptakan Iblis.“

Setelah menyampaikan penciptaan insan dan jin Allah berfirman:

فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. al-Rahman: 16)

Pengulangan ayat ini merupakan penegasan, pengingatan dan motivasi dari Tuhan.

Wallahu A’lam