Jakarta -
Detikers, coba lihat sekelilingmu dan temukan karya seni rupa tiga dimensi. Kalau kamu kebingungan, secara sederhana benda karya tiga dimensi adalah benda yang memiliki panjang, lebar, tinggi, dan volume sehingga dapat dilihat dari segala sisi.
Benda karya seni rupa tiga dimensi tentu berbeda dengan benda karya dua dimensi yang hanya memiliki dua sisi, yaitu panjang dan lebar.
Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Seni Budaya oleh Kemdikbud, pembuatan benda karya tiga dimensi terbagi menjadi dua jenis. Berdasarkan fungsi dan tujuannya, benda karya seni rupa tiga dimensi dikelompokkan menjadi karya dengan fungsi keindahan atau seni rupa murni dan karya dengan fungsi pakai atau seni rupa terapan.
Benda karya seni rupa tiga dimensi dengan fungsi keindahan adalah karya seni yang diciptakan secara bebas dengan mengutamakan fungsi keindahan dan ekspresi. Dengan kata lain, karya tiga dimensi tersebut dibuat untuk memuaskan pandangan mata dan biasanya digunakan sebagai pajangan/hiasan.
Sementara itu, benda karya tiga dimensi dengan fungsi pakai merupakan karya seni yang tidak hanya digunakan sebagai pajangan, tetapi tapi juga bisa digunakan untuk membantu kehidupan manusia. Dengan begitu, benda karya seni rupa tiga dimensi ini lebih mengutamakan kegunaannya dibandingkan keindahannya.
Contoh Karya Seni Rupa Tiga Dimensi
Karya seni rupa tiga dimensi dengan mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh karya seni rupa tiga dimensi yang biasa kita temukan dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Seni Budaya:
a. Kriya
Kriya merupakan karya seni yang menggunakan keterampilan tangan dan memperhatikan segi kebutuhan fisik dan segi keindahan. Karya seni kriya termasuk sebagai karya seni rupa terapan nusantara.
Kebanyakan kriya digunakan sebagai dekorasi, benda terapan siap pakai seperti furniture, benda mainan seperti boneka. Kriya juga memiliki beragam jenis seperti seni kriya kayu, seni kriya tekstil, seni kriya keramik, seni kriya logam, seni kriya kulit dan seni kriya batu.
Dalam membuat kriya juga ada teknik-teknik pembuatan, yang biasa digunakan antara lain:
• Teknik Pahat/Ukir .
Bali merupakan daerah yang paling banyak menggunakan seni kriya pahat seperti patung arca yang menggunakan bahan baku batu andesit. Bahan pembuatan Seni Kriya selain batu, biasa juga menggunakan logam, tulang, kayu bahkan sampai kulit hewan sebagai bahan dasar.
• Teknik Butsir
Teknik menambah dan mengurangi objek, dengan menjadikan bahan utamanya tanah liat dan sejenisnya karena bersifat lunak.
• Teknik Anyaman
Anyaman merupakan teknik dengan tindih-menindih, silang-menyilang, lipat-melipat, bolak-balik dan lungsen dengan pola yang sudah ditentukan. Bahan-bahan untuk membuat kriya dengan teknik anyaman adalah rotan, bambu, pandan, lontar, mendong, enceng gondok, kertas, plastik dan tari.
• Teknik Bordir
Teknik bordir atau teknik sulam pada kriya biasa menempatkan hiasan dari benang yang sudah dijahitkan pada kain yang fungsinya untuk menghias tampilan kain. Contoh karya seni rupa tiga dimensi dengan pengaplikasian kriya bordir biasanya pada baju, tas, kerudung, taplak meja, bantal dan sebagainya.
Selanjutnya Contoh Karya Seni Rupa Tiga Dimensi "Patung" >>>
Eceng gondok memiliki ciri khusus, habitat, dan fungsi dalam kehidupan. Eceng Gondok adalah jenis tumbuhan yang hidup dengan cara mengapung di air. Tanaman dengan nama ilmiah Eichhornia Crassipes ini sangat mudah ditemukan hidup di rawa-rawa atau sungai di berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing daerah pun memiliki beberapa nama khusus untuk tanaman Eceng Gondok ini, misalnya di Lampung dinamakan Ringgak, di Dayak dinamakan Ilung-ilung, di Manado dinamakan Tumpe, dan di Palembang dinamakan Kelipuk.
Tanaman Eceng Gondok dapat tumbuh dengan sangat cepat sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi Eceng Gondok untuk menyebar dan menutupi seluruh permukaan sungai atau rawa. Dalam waktu 7 bulan saja, 10 buah tumbuhan Eceng Gondok dapat berubah menjadi 700.000 tumbuhan. Oleh karena itu, Eceng Gondok sering dikategorikan sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Tumbuhan Eceng Gondok secara tidak sengaja pertama kali ditemukan pada tahun 1824 oleh Carl Friedrich Philipp Von Martius, seorang ahli Botani berkebangsaan Jerman saat dirinya sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brazil.
Nah, seperti apa sebenarnya tanaman Eceng Gondok ini? Seperti apa ciri khusus yang dimiliki oleh tanaman Eceng Gondok? Berikut ini kami sajikan pembahasan lengkapnya.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Eceng Gondok adalah tanaman yang hidup mengapung di air. Namun, beberapa di antaranya kadang-kadang memiliki akar yang berada di dalam tanah. Secara fisik, Eceng Gondok memiliki tinggi sekitar 0,4 meter sampai 0,8 meter. Tanaman Eceng Gondok tidak memiliki batang. Eceng Gondok memiliki daun tunggal dengan permukaan licin dan berwarna hijau. Daunnya berbentuk oval dengan pangkal dan ujungnya yang runcing. Pangkal tangkai daunnya menggelembung. Bunganya berbentuk bulir dan termasuk ke dalam bunga majemuk dengan kelopak berbentuk tabung. Bijinya berwarna hitam dan berbentuk bulat. Buahnya berwarna hijau berbentuk kotak beruang tiga. Eceng Gondok hidup dengan akar berjenis serabut. Para ahli menempatkan tanaman eceng gondok dalam klasifikasi:
- Kerajaan: Plantae
- Divisi: Magnoliophyta
- Kelas: Liliopsida
- Ordo: Commelianales
- Famili: Pontederiaceae
- Genus: Eichhornia, Kunth
- Spesies: E. Crassipes
Berikut ini adalah ciri khusus lengkap dari tanaman Eceng Gondok:
Ciri khusus yang pertama tanaman Eceng Gondok adalah akarnya. Eceng Gondok memiliki akar jenis serabut tetapi tidak bercabang. Akar ini berfungsi untuk menjerat lumpur dan segala partikel yang terlarut dalam air. Pada akar ini terdapat tudung yang sering disebut juga sebagai tudung akar. Eceng Gondok juga memiliki bulu-bulu yang tumbuh pada akarnya yang dapat berfungsi sebagai jangkar pada tanaman. Di ujungnya, terdapat kantung akar yang jika terkena sinar matahari akan berwarna kemerahan. Berikut ini adalah foto gambar dari akar Eceng Gondok:
Ciri khusus tanaman Eceng Gondok selanjutnya adalah daunnya. Eceng Gondok memiliki daun yang terletak di atas permukaan air dan termasuk ke dalam jenis makrofita. Eceng Gondok memiliki daun tunggal, bentuk oval dengan pangkal runcing (acumintus), berwarna hijau, bertangkai, dan permukaan mengkilat yang tersusun di atas roset akar. Tepi daunnya rata (tidak bergerigi) dengan panjang sekitar 7 cm - 25 cm. Daun Eceng Gondok memiliki lapisan rongga udara sehingga dengan mudah membuatnya mengapung di atas permukaan air.
Ciri khusus tanaman Eceng Gondok yang ketiga adalah bunganya. Tanaman Eceng Gondok memiliki bunga majemuk yang jumlahnya dapat mencapai 7 - 36 buah. Bungai ini berwarna hijau, beruang tiga, dan berbentuk kotak sejati (capsula).
Tanaman Eceng Gondok memiliki biji yang berwarna hitam kecil. Biji inilah yang membuat Eceng Gondok mampu berkembang biak dengan cara generatif.
Jika berada di daratan, mungkin tidak salah jika eceng gondok dianggap sebagai rumput liar. Perbedaannya adalah tumbuhan eceng gondok hidup di air, oleh karena itu dibutuhkan penanganan agar penyebarannya tidak mengganggu keindahan perairan.
Keberadaan eceng gondok yang menutupi permukaan perairan sangat mengganggu khususnya bagi nelayan. Perahu mereka sering terjebak dan sulit bergerak terhalang oleh banyaknya eceng gondok.
Eceng gondok yang tumbuh semakin banyak akan memicu timbulnya habitat-habitat baru. Hal yang paling ditakutkan dari kondisi adalah dapat menjadi faktor penyebab munculnya penyakit
Akibat pertumbuhannya yang sangat cepat, Eceng gondok tidak membutuhkan waktu lama untuk menutupi permukaan perairan. Akibatnya, cahaya yang akan menembus masuk ke dalam perairan terhalang oleh tumbuhan eceng gondok. Hal ini selanjutnya akan membuat tingkat kelarutan oksigen menjadi berkurang.
Eceng Gondok yang menyebar secara massif di seluruh permukaan air akan menyebabkan efek evapotranspirasi. Hal ini berarti akan meningkatkan resiko kehilangan air yang diakibatkan oleh tumbuhan eceng gondok yang memiliki daun yang lebar.
Salah satu penyebab terjadinya pendangkalan sungai adalah banyaknya eceng gondok yang tumbuh menutupi permukaan sungai. Seiring berjalannya waktu, tanaman eceng gondok yang mati akan bertumpuk hingga ke permukaan yang akhirnya pendangkalan pun terjadi.
Melihat dampak negatif dari penyebaran eceng gondok yang cukup massif, maka jika tidak ditanggulangi dengan cepat akan menimbulkan beberapa masalah lingkungan khususnya lingkungan perairan. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah penanggulangan agar kerusakan yang ditimbulkan tidak berlanjut. Berikut ini beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi penyebaran eceng gondok:
- Menggunakan penyiang gulma (herbisida), yakni suatu senyawa yang sering dipakai dilahan pertanian untuk mengatasi gulma
- Melakukan pengerukan terhadap perairan yang ditumbuhi eceng gondok.
- Menggunakan pemangsa eceng gondok seperti ikan grass carp atau ikan koang dimasukkan ke dalam air. Cara ini pernah berhasil ketika diterapkan di Danau Kerinci yang waktu itu ditumbuhi banyak eceng gondok.
- Membuat produk bermanfaat yang bahannya menggunakan eceng gondok.
Terbuat dari Eceng Gondok |
Eceng gondok dapat mendatangkan manfaat untuk kesehatan, seperti:
- Mengobati penyakit bisul
- Menghilangkan efek gatal pada kulit akibat bakteri dan virus
- Menyembuhkan gangguan penyumbatan pada saluran air seni
- Menghilangkan gangguan tenggorokan
- Eceng gondok kaya dengan vitamin A, C, dan B1, serta beberapa zat bermanfaat lainnya seperti, karbohidrat, protein, zat besi, kalsium, fosfor, dan kalori.
- Nikel (Ni) 1,15 mg/g
- Kadmium (Cd) 1,35 mg/g
- Merkuri (Hg) 1,76 mg/g
Eceng gondok efektif dijadikan penyerap logam berat dalam air
- Dapat digunakan sebagai bahan pembuatan furnitur dan kerajinan tangan.
- Eceng gondok dapat diubah menjadi energi biogas
- Eceng gondok dapat digunakan sebagai pakan ikan dan ungags
- Eceng gondok dapat digunakan sebagai pupuk organik
Eceng Gondok: Ciri Khusus, Habitat, dan Fungsi 2017-08-28T23:02:00-07:00 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Author Ilmusiana