Jakarta, CNN Indonesia --
Pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi kehidupan seks pasangan suami istri. Sejumlah penelitian menunjukkan frekuensi hubungan seks sebagian besar pasangan menurun pada saat pandemi.
Penelitian dari Kinsey Institute menunjukkan 44 persen partisipan mengaku kehidupan seks mereka menurun pada bulan-bulan awal pandemi, sementara 30 persen lainnya mengatakan hal yang sama tentang kehidupan romantis mereka.
"Orang-orang kurang melakukan masturbasi, mereka melakukan lebih sedikit seks," kata peneliti utama Justin Lehmiller, dikutip dari Men's Health.
Frekuensi hubungan yang menurun dapat berdampak buruk pada kondisi fisik dan mental, terutama pada pria. Berikut lima dampak buruk saat pria lama tak berhubungan seks:
1. Mudah stres
Studi menunjukkan seks membuat pikiran lebih tenang. Tak melakukan seks dalam waktu yang lama bisa memperburuk suasana hati dan pikiran, apalagi jika Anda dalam tekanan pekerjaan atau kehidupan yang cukup berat.
Seks membantu merilis hormon yang dapat meredakan stres dan meningkatkan rasa bahagia. Studi dari Oregon State University menemukan pasangan dengan kehidupan seks yang aktif jauh lebih bahagia di tempat kerja.
2. Sulit tidur
Sulit tidur juga berhubungan dengan tingkat stres yang dialami. Seks membantu menghilangkan stres dengan melepaskan banyak hormon dan neurotransmiter. Ketika rutin berhubungan seks, seseorang cenderung tidak stres sehingga tidur lebih mudah dan lebih nyenyak.
3. Tekanan darah naik
Sebuah studi dipublikasikan di jurnal medis Biological Psychology menemukan orang yang melakukan hubungan seks secara teratur memiliki tingkat tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak.
Tekanan darah tinggi dikaitkan dengan peningkatan sejumlah risiko penyakit seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit ginjal.
4. Berisiko mengalami penyakit jantung
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Cardiology menemukan pria yang berhubungan seks setidaknya dua kali seminggu memiliki risiko jauh lebih kecil terkena penyakit jantung.
"Pria yang sering berhubungan seks lebih mungkin berada dalam hubungan intim yang mendukung. Ini mungkin meningkatkan kesehatan melalui pengurangan stres dan dukungan sosial," kata penelitian itu.
5. Daya tahan tubuh menurun
Orgasme saat berhubungan seks sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh. Penelitian yang dilakukan psikolog Carl Charnetski dan Francis Brennan Jr. menunjukkan kandungan imunoglubolin A lebih tinggi pada orang yang rutin melakukan hubungan seks. Imunoglubolin A, merupakan antibodi yang ampuh melawan virus flu dan sebagainya.
Itulah dampak buruk yang bisa dialami pria saat lama tak berhubungan seks.
(tst/ptj)
[Gambas:Video CNN]
Melakukan hubungan intim merupakan salah satu hal yang umum bagi hampir sebagian besar pasangan. Tentunya hal ini karena memang aktivitas seksual menjadi salah satu kebutuhan biologis yang perlu dipenuhi.
Meski demikian, namun ada pula pasangan yang memiliki frekuensi seksual yang rendah dan umumnya disebabkan karena usia. Padahal jarang melakukan hubungan intim bersama pasangan dapat memberikan beberapa dampak negatif berikut ini, lho.
1. Hubungan intim terasa lebih nyeri
Untuk para perempuan yang jarang melakukan hubungan seksual dengan pasangan, tentunya tak akan mudah dalam melakukannya lagi. Hal ini karena aktivitas seksual seperti penetrasi akan terasa nyeri.
Tentunya jika sudah demikian, maka akan sulit membuat perempuan merasa nyaman dalam berhubungan seksual lagi. Perlu adaptasi kembali untuk menikmati aktivitas intim tersebut.
2. Libido menurun sedikit demi sedikit
Libido memang biasanya disebabkan dari frekuensi seksual seseorang. Semakin sering melakukan hubungan seksual, biasanya libido pun juga akan mengikuti.
Sayangnya untuk pasangan yang jarang berhubungan seksual, justru hal tersebut dapat menurunkan libido yang ada. Efeknya jelas akan membuat kamu dan pasangan jadi tak bergairah lagi dalam melakukannya.
Baca Juga: 5 Faktor yang Membuat Para Suami Malas Berhubungan Seksual
3. Kurangnya ikatan emosional
Hubungan intim tidak hanya terbatas pada urusan seksual saja. Lebih dari hal tersebut, aktivitas intim yang terjalin juga akan mengeratkan ikatan emosional antar pasangan.
Tentunya kamu perlu memahami bahwa kurangnya frekuensi dalam berhubungan seksual akan mengurangi ikatan emosional yang ada. Pasangan jadi kesulitan dalam menyatukan emosi satu sama lain.
4. Sering merasa tidak dipedulikan oleh pasangan
Tak hanya sebagai kepuasan atau kebutuhan, aktivitas seksual juga dianggap sebagai suatu bentuk perhatian pada pasangan. Banyak pasangan yang dapat merasa dicintai dan disayangi karena melakukan aktivitas seksual.
Hal yang sebaliknya tentu saja bisa terjadi bila frekuensi berhubungan intim menurun. Jika terus demikian, maka salah satunya akan saling merasa tidak dipedulikan, sehingga lebih sensitif.
5. Komunikasi jadi tidak mudah nyambung
Senada dengan poin-poin sebelumnya, aktivitas seksual memang memberikan suatu ikatan emosional yang erat. Hal ini membuat komunikasi yang terjalin juga lebih maksimal.
Jika frekuensi hubungan seksual berkurang, maka bisa jadi komunikasi akan sulit nyambung. Hal ini membuat segala sesuatunya terasa sulit untuk dipahami.
Tentunya frekuensi dalam hubungan seksual menjadi hak bagi setiap pasangan. Meski begitu, pastikan hal ini tak sampai memengaruhi hubungan secara emosional. Jangan sampai hubungannya jadi dingin, ya!
Baca Juga: 5 Masalah Seksual yang Terjadi pada Pria atau Perempuan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.