E money bisa dipakai untuk apa saja

Apa itu e money? Bagaimana sejarahnya? Dan apa bedanya dengan kartu ATM atau kartu debit? Semuanya akan dibahas lengkap di sini.

Spenmo Team

Mar 29, 2022


Saat ini siapa pun tak lagi perlu menyimpan banyak uang tunai di dompet. Kebutuhan akan itu semakin tergantikan berkat, salah satunya, e money. Karena semakin dekat dengan keseharian kita, mengetahui apa itu e money kemudian menjadi penting, termasuk apa yang membedakannya dengan kartu debit–yang telah lebih dulu ada.

 

E money dapat digunakan untuk apa saja? E money dikembangkan dalam rangka memudahkan transaksi yang sifatnya massal, cepat, dan mikro. Misalnya untuk membayar jalan tol, tiket kereta api atau angkutan lain, transaksi di pasar modern, dan sewa parkir. Semakin ke sini, penggunaan e money semakin beragam dan tidak terbatas pada transaksi yang telah disebutkan.

Bank Indonesia (BI) mendefinisikan apa itu e money dalam situs resminya. Dikatakan bahwa uang elektronik adalah “alat pembayaran dalam bentuk elektronik, di mana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.” Adapun yang dimaksud media elektronik tertentu “dapat berupa cip atau server.”

Karena cip berukuran kecil, agar lebih mudah dipakai ia ditempelkan di kartu yang ukurannya sama seperti kartu debit dan kartu lain yang biasanya ada di dompet. Jika ada yang bertanya kartu e money itu apa? Maka mudahnya adalah kartu yang di dalamnya terdapat cip yang menyimpan data uang elektronik. Sementara jika media elektronik yang dipakai adalah server, maka untuk mengaksesnya dibutuhkan aplikasi yang diinstal di ponsel.

Apa itu e money didefinisikan lebih lanjut oleh BI sebagai alat pembayaran yang memenuhi tiga unsur, yaitu:

  1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
  2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau cip; dan
  3. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Di Indonesia, uang elektronik diakui sebagai alat transaksi lewat dua regulasi utama, yaitu Peraturan BI Nomor 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 dan Surat Edaran BI No.11/11/DASP tanggal 13 April 2009.

Kita akan membahas lebih jauh soal apa itu e money, dimulai dari sejarahnya di bagian selanjutnya.

(Baca: Jenis dan Cara Pembayaran Online di Indonesia)

Sejarah & Penetrasi E Money

Istilah elektronic money pertama kali muncul dalam artikel yang dipublikasikan di Journal of American Institute of Banking pada 1982. Dua tahun kemudian, untuk kali pertama transaksi menggunakan uang elektronik terjadi. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Amerika Serikat. Pada 1990, perusahaan teknologi raksasa IBM mengembangkan teknologi uang elektronik pertama bernama IBM Electronic Cash Account System (ICAS)–yang mereka beri nama “kartu pintar”. Kartu ini pertama kali dipakai di Bursa Efek New York.

Pemahaman soal apa itu e money terus berkembang. Misalnya, pada 1995, Visa dan MasterCard mengembangkan teknologi bernama “smart chip”. Kedua perusahaan keuangan itu bergerak lebih jauh dengan memperkenalkan “transfer dana elektronik” di Eropa pada 2000. Enam tahun kemudian, November 2006, apa yang dinamakan “Electronic Cash for Online Payments” (ECOP) diperkenalkan untuk membayar barang secara online–dengan kata lain tanpa kartu.

Pada tahun yang sama perkembangan menarik juga terjadi di Indonesia. Tim Inisiatif Bank Indonesia memikirkan secara serius soal apa itu e money dan hal-hal terkait lain dengan menerbitkan dokumen berjudul Working Paper: Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money. Dan, akhirnya, e money pertama kali diterbitkan di Indonesia pada April 2007.

Penerimaan terhadap e money ternyata positif. Sebuah riset, misalnya, menyebut “penggunaan e-money dalam e-commerce berpengaruh sangat signifikan.” Hal tersebut juga tampak dalam statistik-statistik yang memberikan gambaran secara umum. Desember lalu BI menyatakan transaksi uang elektronik mencapai Rp 31,3 triliun atau naik 61,82 persen dibanding tahun sebelumnya.

Perkembangan positif ini tentu seiring sejalan dengan pengetahuan masyarakat soal apa itu e money dan kepraktisannya. Tak heran pula semakin banyaknya institusi yang mengeluarkan produk masing-masing. Umumnya, jika yang mengeluarkan adalah bank, maka produk yang mereka keluarkan berbentuk kartu. Sementara yang lain lebih condong memanfaatkan aplikasi (server). Tahun 2019 lalu tercatat ada 37 produk uang elektronik di Indonesia.

Cara Kerja E Money dan Bedanya dengan Kartu Debit

E money bisa dipakai untuk apa saja
Photo by  Mohamed Hassan Pxhere.com

Penjelasan apa itu e money dan cara kerjanya relatif mudah dipahami. Pertama-tama tentu saja kita harus memiliki wahana penyimpanan uang elektronik itu sendiri, yaitu cip atau server. Untuk mendapatkan chip (kartu), kita tinggal membelinya di tempat yang disediakan. Berapa harga e money tersebut? Jawabannya biasanya tergantung desain. Ada yang seharga Rp 50 ribu dengan jumlah saldo awal Rp 20 ribu. Sementara untuk server, maka yang perlu dilakukan tinggal mengunduh dan menginstal aplikasi terkait.

Agar uang elektronik bisa dipakai untuk bertransaksi setelah saldo awal habis, maka pengguna harus menyetorkan uang lagi kepada penerbit–atau yang biasa disebut top up. Memahami apa itu e money juga harus mencakup soal cara menambahkan uang. Cara penyetoran beragam, salah satunya bisa lewat mesin ATM.

Ketika transaksi, kartu e money kemudian ditempelkan pada EDC atau electronic data capture. Karena terkoneksi dengan komputer dan internet, maka pada saat itu juga jumlah uang yang dimiliki akan dikurangi sebanyak total transaksi. Dengan demikian, nominal transaksi tak bisa lebih dari jumlah saldo. Transaksi akan ditolak jika itu terjadi dan Anda akan diminta menggunakan cara lain–misalnya membayar tunai.

Berdasarkan penjelasan apa itu e money dan cara kerjanya, maka teranglah apa yang membedakan antara e money, terutama yang berbentuk kartu, dengan kartu debit. Seperti yang dinyatakan BI, nilai uang elektronik itu bukan simpanan sebagaimana saldo pada kartu debit. Maka dari itu pula pengguna e money bisa saja tak terkait dengan perbankan alias bukan nasabah.

Perbedaan lain adalah, saat bertransaksi dengan e money, pemilik tidak perlu memasukkan pin. Seperti yang tadi dijelaskan, yang perlu dilakukan tinggal menempelkan kartu ke mesin pembaca. Ini yang membuat mereka yang telah memahami apa itu e money merasa perlu lebih berhati-hati. Jika kartu e money hilang, tak ada mekanisme uang diganti. Ia bisa dipakai siapa pun sepanjang memiliki kartunya.

Perbedaan signifikan lain juga terkait status saldo di kartu debit yang merupakan tabungan. Sebagaimana tabungan, maka ia bisa diambil misalnya lewat ATM. Hal tersebut tidak berlaku dalam e money. Sekali lagi, maksud uang elektronik dibuat adalah memang sebagai alternatif pembayaran dari uang tunai.

(Baca: Kartu Debit Adalah: Definisi, Cara, dan Manfaatnya untuk Bisnis)

Spenmo, Kombinasi E Money & Kartu Debit

Kini kita sudah memahami betul apa itu e money dan apa yang membuatnya berbeda dengan kartu debit. Baik e money maupun kartu debit punya keunggulan masing-masing dan untuk menikmatinya sekaligus tampaknya tidak ada cara lain selain memiliki keduanya. Tapi ternyata tidak demikian.

Dengan Spenmo, perangkat lunak pembayaran berbasis cloud, siapa pun bisa menikmati keduanya hanya dalam satu produk. Spenmo, ringkasnya, menggabungkan benefit dari dua kartu ini dan bahkan memberikan sesuatu yang lebih.

Dengan layanan kartu debit korporat–yang bisa berbentuk fisik atau virtual–siapa saja dalam unit bisnis bisa melakukan transaksi untuk urusan perusahaan. Memahami apa itu e money dan kartu debit berarti tahu bahwa limit keduanya hanya jumlah saldo. Namun, dalam Spenmo, batasnya bisa ditetapkan oleh pemegang otoritas (pemilik atau manajer keuangan) sehingga tidak ada lagi cerita pengeluaran berlebihan.

Selain limitnya dapat diatur, kartu korporat juga bisa dengan mudah diblokir dan diaktifkan kembali lewat perangkat lunak. Sekali lagi hal ini tidak bisa diperoleh saat menggunakan e money atau kartu debit.

Kartu Spenmo fisik dapat digunakan untuk transaksi offline oleh karyawan di merchant yang berlogo Mastercard. Sementara itu kartu Spenmo virtual cocok digunakan untuk membayar transaksi online, seperti biaya langganan SaaS, biaya iklan digital, dan pembelian utilitas kantor secara online.

Tak hanya itu, Spenmo juga dapat digunakan untuk menarik uang tunai dari ATM layaknya kartu debit dari bank. Kelebihannya, Anda dapat menarik uang dari ATM mana saja dengan kartu Spenmo selama tersedia dana di akun Spenmo Anda.

Spenmo memang dibuat khusus untuk perkara bisnis, tidak seperti e money atau kartu debit yang penggunaannya lebih umum. Karena itulah kelebihan-kelebihan ini dimunculkan sebab memang akan menguntungkan usaha.

E

Layanan Pembayaran e-mOney Pembayaran parkir dan TPE. Pembayaran transportasi umum (kereta, transjakarta, dll). Pembayaran SPBU. Pembelanjaan toko retail (Indomaret, Alfamart, dll).

Apakah saldo e

Bagi pengguna e-Toll yang ingin menarik saldo sisa di kartu ke rekening, Anda bisa melakukan penarikan saldo apabila ingin mengakhiri penggunaan kartu e-Toll tersebut.

Apakah kartu e

e-Money Mandiri eMoney Mandiri juga bisa digunakan untuk berbelanja di supermarket atau merchant yang menerima pembayaran uang elektronik Bank Mandiri.