Dosen yang juga menjadi pejabat teks di atas merupakan contoh teks

0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)

738 tayangan1 halaman

  • , aktif

FORMAT PENYAJIAN TEKS ANEKDOT

No.

Aspek

Isi

1

Judul

Dosen yang juga menjadi Pejabat

2

Kritik/sindiran

Kritik yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat baru

3

Humor

Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.

4

Partisipan

Udin dan Tono

5

Bentuk

Dialog

6

Struktur

Abstraksi

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Orientasi

Tono heran dengan dosen ilmu politik yang kalau mengajar selalu duduk,  tidak pernah berdiri.

Krisis

Tono mengatakan bahwa dosen tersebut juga seorang pejabat.

Reaksi

Udin menanyakan hubungan antara dosen yang mengajar selalu duduk dengan dia seorang pejabat.

Koda

Jawaban Tono mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya, takut kursinya diduduki orang lain.

7

Teks

Dosen yang juga menjadi Pejabat



Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.


Tono    “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”


Udin      :     “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”


Tono     :      “Ya, Udin tahu sebabnya.”


Udin    “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat   berdiri.”


Tono   :     “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”


Udin      :    “Loh, apa hubungannya.”


Tono     :    “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”


Sumber://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id.


Page 2

Contoh 1


Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Tono: "Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."

Udin: "Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton."

Tono: "Ya, Udin tahu sebabnya."

Udin: "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."

Tono: "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."

Udin: "Loh, apa hubungannya."

Tono: "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."

Udin: "???"

Sumber: //radiosuaradogiyafm,blogspot.co.id dengan penyesuaian


Contoh 2


Cara Keledai Membaca Buku

    Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.

    Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

    Dua minggu kemudian ia kernbali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya.

    Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

    Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya", kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. la kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, "Bagaimana cara mengajari keledai membaca?"

    Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu".

    "Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?" tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya". Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?" kata Nashrudin dengan mimik serius.

Sumber: //blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)


Temukan unsur humor dalam anekdot tersebut?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA