Dalam mitologi Hindu Budha raja yang memegang kekuasaan pemerintahan merupakan penjelmaan

Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dijadikan kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 sampai 1389.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sbg salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, sampai Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang dipergunakan oleh para sejarawan merupakan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Lawas.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa anggota pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Lawas yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Lawas maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbicara Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak bisa disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi mempunyai manfaat supernatural dalam hal bisa mengetahui masa hadapan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis luhur sumber-sumber tersebut bisa diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah dijadikan kerajaan sangat kuat di Jawa. Hal ini dijadikan perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak kepada membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi luhur ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, raja muda Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat memuat pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kesudahan diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol kepada bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13][14] Ketika itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka kepada menangkap angin muson supaya bisa pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang dipergunakan sbg tanggal lahir kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sbg raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama formal Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang memainkan konspirasi kepada menjatuhkan semua orang tepercaya raja, supaya ia bisa mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya tutup usia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Ketika Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Sekitar pada suatu ketika dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan dijadikan bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi kepada dijadikan ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sbg Mahapatih, pada ketika pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya kepada melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit dijadikan semakin sempurna dijadikan semakin luhur dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sbg "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sbg potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga dinamakan Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 sampai 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai semakin banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Nodaku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan ketentuan yang tidak boleh dilampaui terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, ketentuan yang tidak boleh dilampaui dunia dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma anggota selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh perlintasan diplomasi dan menjalin persekutuan. Probabilitas karena ditolak argumen politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sbg permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sbg akad persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri kepada dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sbg peluang kepada memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan selang keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan hasilnya dikalahkan. Nyaris seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda bisa dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam memainkan "bela pati", bunuh diri kepada membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat dijadikan tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kesudahan di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sbg pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, meliputi Semenanjung Malaya dan Nodaku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu bisa mengundang reaksi keras.[21]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut kepada menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit menambah luas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya merupakan memperoleh porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada ketika inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada masa zaman ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran belakang suatu peristiwa konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang dinamakan Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, selang Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini hasilnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kesudahan dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kemudi Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh admiral Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali selang kurun ketika 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.[22]

Wikramawardhana memerintah sampai tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adinda laki-lakinya. Ia memerintah sampai tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan dijadikan raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi tempat berhenti ketika tiga tahun tanpa raja belakang suatu peristiwa krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kesudahan wafat pada 1466 dan ditukarkan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sbg raja Majapahit.[8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada kesudahan masa zaman ke-14 dan awal masa zaman ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai susut. Pada ketika bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di anggota barat Nusantara[23]. Di anggota barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan masa zaman ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa taklukan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai membebaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan semakin jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana sampai ditukarkan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit dijadikan satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun ketika 1474 sampai 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian daya Majapahit telah melemah belakang suatu peristiwa konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya daya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Ketika akhir-akhirnyanya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun ketika tahun 1478 (tahun 1400 saka, akhir-akhirnyanya masa zaman dianggap sbg ketika lazim pergantian dinasti dan akhir-akhirnyanya suatu pemerintahan[24]) sampai tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa berada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon merupakan tahun akhir-akhirnyanya Majapahit dan harus dibaca sbg 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Manfaat sengkala ini merupakan “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut merupakan gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[25].

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [25] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang selang Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak merupakan keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[26] Sejumlah luhur orang bawahan istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini probabilitas luhur kepada menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak belakang suatu peristiwa selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, daya kerajaan Islam pada awal masa zaman ke-16 hasilnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[27]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian dijadikan Sultan) Patah (Fatah), diakui sbg penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Raja muda Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, selang tahun 1518 dan 1521 M[25].

Demak memastikan posisinya sbg daya regional dan dijadikan kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Ketika itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di anggota barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger sampai sekarang masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks kontruksi penting di ibu kota Majapahit. Kontruksi ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua kontruksi, tidak berada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam anggota yang terkait dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan..... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Bayangan ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Peristiwa utama dalam kalender kelola negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana kepada membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[28]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota luhur dan terkenal dengan perayaan luhur keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau orang bawahan istana muslim ketika itu.[2]

Walaupun batu bata telah dipergunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang sangat pandai mempergunakannya[29]. Candi-candi Majapahit bermutu baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sbg perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih bisa ditemui sekarang merupakan Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

"........ Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah berada........ Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat luhur, tangga dan anggota dalam ruangannya berikat emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Sekarang Khan Luhur dari China beberapa kali bertempur melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

— Bayangan Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[30]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus kepada menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus sampai mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar sampai mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui perlintasan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut lawatannya di Jawa tanpa menjelaskan semakin rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu ketika dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[17]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak masa zaman ke-8 pada masa kerajaan Medang yang mempergunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri ditukar dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China lawas seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman balik seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[31] Argumen penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan pandai menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit supaya bisa dipergunakan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak bisa dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[28]

Beberapa bayangan mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa ketika itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[28] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai jenis pekerjaan dan spesialisasi karir, mulai dari pengrajin emas dan perak, sampai penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di selang pekerjaan-pekerjaan ini sudah berada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada ketika itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya merupakan mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya diciptakan dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[32]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [33]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok kepada pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali bertindak penting sbg pelabuhan pangkalan kepada memperoleh komoditas rempah-rempah Nodaku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[28]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di selangnya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan memainkan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri kepada mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[34].

Struktur pemerintahan

Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [35]. Raja dianggap sbg penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat tidak jauh raja mempunyai posisi tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, diantaranya yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini bisa dikatakan sbg perdana menteri yang bersama-sama raja bisa ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang dinamakan Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[14], terdiri atas beberapa kawasan tertentu di anggota timur dan anggota tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang dinamakan Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah kepada kerabat tidak jauh raja. Tugas mereka merupakan kepada mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) berada 12 wilayah di Majapahit, yang diurus oleh kerabat tidak jauh raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sbg berikut:

  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: diurus oleh wiyasa,
  4. Kuwu: diurus oleh lurah,
  5. Wanua: diurus oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi dijadikan 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[36] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Ketika Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi ketika pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara anggota di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sbg hasilnya, konsep teritorial yang semakin luhur pun terbentuk:

  • Negara Luhur, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini merupakan ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah anggota timur Jawa, dengan semua provinsinya yang diurus oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat tidak jauh raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Luhur. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang probabilitas membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit meletakkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur cara perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup luhur. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, merupakan area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting kepada meletakkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini merupakan kerajaan kecil dan koloni di Nodaku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang dirumuskan sbg hubungan diplomatik luar negeri:

  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sbg bawahan dalam daya Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing merupakan Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[37] Mitreka Satata bisa dianggap sbg aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah memainkan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kesudahan diidentifikasi oleh sejarahwan modern sbg "mandala", yaitu kesatuan yang politik dikuatkan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan bisa tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif semakin lanjut.[38] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi semakin lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[39]

Para penguasa Majapahit merupakan penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada kesudahan masa zaman ke-13. Berikut merupakan daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan selang pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit dijadikan dua kelompokan[8].

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit kesudahan. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah dijadikan sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha memperoleh legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak diceritakan sbg anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Luhur sendiri mempunyai manfaat penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah mempunyai tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam wujud makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh luhur dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[29]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal masa zaman ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sbg contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dibuat sebagai acuan ketentuan yang tidak boleh dilampaui politik negara Republik Indonesia ketika ini.[17] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sbg penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[40]Sukarno juga mengangkat Majapahit kepada kebutuhan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru mempergunakannya kepada kebutuhan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[41] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang dinamakan "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Tingkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Majapahit mempunyai pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam anggota arsitektur di Indonesia. Penggambaran wujud paviliun (pendopo) berbagai kontruksi di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah dijadikan inspirasi bagi arsitektur berbagai kontruksi keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa sekarang.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris merasakan penghalusan dan pemilihan bahan dijadikan semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dst-nya, bilah keris yang ringan tetapi kuat dijadikan ajar kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sbg tanda kebesaran kalangan aristokrat juga dijadikan semakin sempurna pada masa ini dan bertambah luas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di anggota barat.

Selain keris, dijadikan semakin sempurna pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu dijadikan sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya kepada menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut merupakan daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena mempergunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan kepercayaan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu diterapkan sbg umat Islam.

Komik dan strip komik

  • Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar balik pada masa keruntuhan Singhasari sampai awal-awal karir Mada (Gajah Mada), adinda seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
  • Komik/Tuturan bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
  • Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
  • Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
  • Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S. H. Mintardja.
  • Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya S. H. Mintardja
  • Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan kesudahan masa Singasari, masa Majapahit, dan hasilnya pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), tuturan silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit sampai pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal masa zaman 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
  • Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
  • Jung Jawa (2009), sebuah antologi tuturan pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.

Film/Sinetron

  • Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar balik Singhasari pada pemerintahan Kertanegara sampai Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
  • Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada kurun dasawarsa pertengahan 1980-an sampai awal 1990-an. Film ini sebetulnya semakin berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
  • Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya V sampai Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
  • Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat tuturan berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

  1. ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359. 
  2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19
  3. ^ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. pp. pp.29. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18
  6. ^ Terjemahan Komplit Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
  7. ^ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. 
  8. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
  9. ^ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
  10. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)". Retrieved 16 Juni. 
  11. ^ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006
  12. ^ a b Mulyana 2006, hal. 122
  13. ^ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
  14. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
  15. ^ Komandoko 2009, hal. 16
  16. ^ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
  17. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56
  18. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. p. 279. ISBN 9814155675. 
  19. ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 72. 
  20. ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit'. Jakarta: PT Gita Karya. p. 13. 
  21. ^ Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 106. ISBN 981-3018-26-7. 
  22. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 63. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
  23. ^ Ricklefs (2005), hal. 57.
  24. ^ Ricklefs, 37 and 100
  25. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
  26. ^ Ricklefs, 36-37
  27. ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665––683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. Retrieved 2008-10-23. 
  28. ^ a b c d Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 107. ISBN 981-3018-26-7. 
  29. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (1997). In Di dalam Didier Millet (editor):. Java Style. Paris: Periplus Editions. pp. 33–34. ISBN 962-593-232-1. 
  30. ^ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 1996. Retrieved 2010-07-14. 
  31. ^ "Uang Lawas Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". November 2008. 
  32. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
  33. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
  34. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
  35. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
  36. ^ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
  37. ^ MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
  38. ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (in inggris). Bond University Australia. Retrieved 2011-12-11. 
  39. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. pp. 116–117. 
  40. ^ Ricklefs, hal. 363
  41. ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. pp. p.19. ISBN 0-674-01137-6. 

Bibliografi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (in Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. p. 122. ISBN 978-979-2552-546. 
  • Komandoko, Gamal (2009). Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja (in Indonesia). Penerbit Narasi. p. 122. ISBN 978-979-164-145-2. 

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
  • (Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
  • (Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca - Dari situs www.sejarahnasional.org

edunitas.com

Page 2

Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dijadikan kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 sampai 1389.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sbg salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, sampai Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan merupakan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Lawas.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa anggota pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Lawas yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Lawas maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbicara Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi mempunyai manfaat supernatural dalam hal dapat mengetahui masa hadapan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis luhur sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah dijadikan kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini dijadikan perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak bagi membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi luhur ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, raja muda Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan berhasrat mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kesudahan diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol bagi bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13][14] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka bagi menangkap angin muson supaya dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sbg tanggal lahir kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sbg raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama formal Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi bagi menjatuhkan semua orang tepercaya raja, supaya ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya tutup usia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Lebih kurang pada suatu saat dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan dijadikan bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi bagi dijadikan ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sbg Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya bagi melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit dijadikan semakin sempurna dijadikan semakin luhur dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sbg "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sbg potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 sampai 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai semakin banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Nodaku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan ketentuan yang tidak boleh dilampaui terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, ketentuan yang tidak boleh dilampaui dunia dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma anggota selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh perlintasan diplomasi dan menjalin persekutuan. Probabilitas karena didorong argumen politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sbg permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sbg akad persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri bagi dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sbg peluang bagi memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan selang keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan yang belakang sekalinya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri bagi membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat dijadikan tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kesudahan di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sbg pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, meliputi Semenanjung Malaya dan Nodaku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[21]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut bagi menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit meluaskan kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya merupakan mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki daerah ini.

Jatuhnya Majapahit

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada masa zaman ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran dampak konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, selang Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini yang belakang sekalinya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kesudahan dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kemudi Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh admiral Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali selang kurun saat 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.[22]

Wikramawardhana memerintah sampai tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adinda laki-lakinya. Ia memerintah sampai tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan dijadikan raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda saat tiga tahun tanpa raja dampak krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kesudahan wafat pada 1466 dan ditukarkan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sbg raja Majapahit.[8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada kesudahan masa zaman ke-14 dan awal masa zaman ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai susut. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di anggota barat Nusantara[23]. Di anggota barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan masa zaman ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa taklukan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan semakin jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana sampai ditukarkan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit dijadikan satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun saat 1474 sampai 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian daya Majapahit telah melemah dampak konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya daya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Saat akhir-akhirnyanya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun saat tahun 1478 (tahun 1400 saka, akhir-akhirnyanya masa zaman dianggap sbg saat lazim pergantian dinasti dan akhir-akhirnyanya suatu pemerintahan[24]) sampai tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa berada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon merupakan tahun akhir-akhirnyanya Majapahit dan harus dibaca sbg 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Manfaat sengkala ini merupakan “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut merupakan gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[25].

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [25] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang selang Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak merupakan keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[26] Sejumlah luhur orang bawahan istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini probabilitas luhur bagi menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak dampak selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, daya kerajaan Islam pada awal masa zaman ke-16 yang belakang sekalinya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[27]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian dijadikan Sultan) Patah (Fatah), diakui sbg penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Raja muda Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, selang tahun 1518 dan 1521 M[25].

Demak memastikan posisinya sbg daya regional dan dijadikan kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di anggota barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger sampai sekarang masih bertahan di pegunungan Tengger, daerah Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks kontruksi penting di ibu kota Majapahit. Kontruksi ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua kontruksi, tidak berada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam anggota yang terkait dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan..... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Bayangan ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Peristiwa utama dalam kalender kelola negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana bagi membayar upeti atau pajak. Daerah Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk daerah ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[28]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota luhur dan terkenal dengan perayaan luhur keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau orang bawahan istana muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling pakar menggunakannya[29]. Candi-candi Majapahit bermutu adun secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sbg perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang merupakan Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

"........ Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah berada........ Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat luhur, tangga dan anggota dalam ruangannya berikat emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Sekarang Khan Luhur dari China beberapa kali bertempur melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

— Bayangan Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[30]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus bagi menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus sampai mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar sampai mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui perlintasan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut lawatannya di Jawa tanpa menjelaskan semakin rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu saat dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[17]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak masa zaman ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri ditukar dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China lawas seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman balik seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[31] Argumen penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan pakar menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit supaya dapat digunakan dalam cara ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[28]

Beberapa bayangan mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[28] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai jenis pekerjaan dan spesialisasi karir, mulai dari pengrajin emas dan perak, sampai penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di selang pekerjaan-pekerjaan ini sudah berada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya merupakan mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya diciptakan dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[32]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [33]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok bagi pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali bertindak penting sbg pelabuhan pangkalan bagi mendapatkan komoditas rempah-rempah Nodaku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[28]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di selangnya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri bagi mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[34].

Struktur pemerintahan

Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [35]. Raja dianggap sbg penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat tidak jauh raja mempunyai posisi tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, diantaranya yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sbg perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[14], terdiri atas beberapa daerah tertentu di anggota timur dan anggota tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah bagi kerabat tidak jauh raja. Tugas mereka merupakan bagi mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) berada 12 wilayah di Majapahit, yang diurus oleh kerabat tidak jauh raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sbg berikut:

  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: diurus oleh wiyasa,
  4. Kuwu: diurus oleh lurah,
  5. Wanua: diurus oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi dijadikan 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[36] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara anggota di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sbg hasilnya, konsep teritorial yang semakin luhur pun terbentuk:

  • Negara Luhur, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini merupakan ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah anggota timur Jawa, dengan semua provinsinya yang diurus oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat tidak jauh raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Luhur. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang probabilitas membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur cara perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup luhur. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, merupakan area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting bagi menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini merupakan kerajaan kecil dan koloni di Nodaku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang dirumuskan sbg hubungan diplomatik luar negeri:

  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sbg bawahan dalam daya Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing merupakan Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[37] Mitreka Satata dapat dianggap sbg aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kesudahan diidentifikasi oleh sejarahwan modern sbg "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditetapkan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif semakin lanjut.[38] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi semakin lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[39]

Para penguasa Majapahit merupakan penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada kesudahan masa zaman ke-13. Berikut merupakan daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan selang pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit dijadikan dua kelompokan[8].

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit kesudahan. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah dijadikan sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak diceritakan sbg anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Luhur sendiri mempunyai manfaat penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah mempunyai tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam wujud makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh luhur dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[29]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal masa zaman ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sbg contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dibuat sebagai acuan ketentuan yang tidak boleh dilampaui politik negara Republik Indonesia saat ini.[17] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sbg penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[40]Sukarno juga mengangkat Majapahit bagi kebutuhan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya bagi kebutuhan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[41] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Tingkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Majapahit mempunyai pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam anggota arsitektur di Indonesia. Penggambaran wujud paviliun (pendopo) berbagai kontruksi di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah dijadikan inspirasi bagi arsitektur berbagai kontruksi keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa sekarang.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris merasakan penghalusan dan pemilihan bahan dijadikan semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dst-nya, bilah keris yang ringan tetapi kuat dijadikan ajar mutu sebuah keris. Penggunaan keris sbg tanda kebesaran kalangan aristokrat juga dijadikan semakin sempurna pada masa ini dan bertambah luas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di anggota barat.

Selain keris, dijadikan semakin sempurna pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu dijadikan sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya bagi menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut merupakan daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan kepercayaan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu diterapkan sbg umat Islam.

Komik dan strip komik

  • Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar balik pada masa keruntuhan Singhasari sampai awal-awal karir Mada (Gajah Mada), adinda seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
  • Komik/Tuturan bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
  • Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
  • Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
  • Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S. H. Mintardja.
  • Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya S. H. Mintardja
  • Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan kesudahan masa Singasari, masa Majapahit, dan yang belakang sekalinya pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), tuturan silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit sampai pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal masa zaman 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
  • Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
  • Jung Jawa (2009), sebuah antologi tuturan pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.

Film/Sinetron

  • Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar balik Singhasari pada pemerintahan Kertanegara sampai Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
  • Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada kurun dasawarsa pertengahan 1980-an sampai awal 1990-an. Film ini sebetulnya semakin berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
  • Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya V sampai Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
  • Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat tuturan berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

  1. ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359. 
  2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19
  3. ^ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. pp. pp.29. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18
  6. ^ Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
  7. ^ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. 
  8. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
  9. ^ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
  10. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)". Retrieved 16 Juni. 
  11. ^ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006
  12. ^ a b Mulyana 2006, hal. 122
  13. ^ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
  14. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
  15. ^ Komandoko 2009, hal. 16
  16. ^ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
  17. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56
  18. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. p. 279. ISBN 9814155675. 
  19. ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 72. 
  20. ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit'. Jakarta: PT Gita Karya. p. 13. 
  21. ^ Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 106. ISBN 981-3018-26-7. 
  22. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 63. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
  23. ^ Ricklefs (2005), hal. 57.
  24. ^ Ricklefs, 37 and 100
  25. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
  26. ^ Ricklefs, 36-37
  27. ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665––683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. Retrieved 2008-10-23. 
  28. ^ a b c d Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 107. ISBN 981-3018-26-7. 
  29. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (1997). In Di dalam Didier Millet (editor):. Java Style. Paris: Periplus Editions. pp. 33–34. ISBN 962-593-232-1. 
  30. ^ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 1996. Retrieved 2010-07-14. 
  31. ^ "Uang Lawas Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". November 2008. 
  32. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
  33. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
  34. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
  35. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
  36. ^ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
  37. ^ MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
  38. ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (in inggris). Bond University Australia. Retrieved 2011-12-11. 
  39. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. pp. 116–117. 
  40. ^ Ricklefs, hal. 363
  41. ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. pp. p.19. ISBN 0-674-01137-6. 

Bibliografi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (in Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. p. 122. ISBN 978-979-2552-546. 
  • Komandoko, Gamal (2009). Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja (in Indonesia). Penerbit Narasi. p. 122. ISBN 978-979-164-145-2. 

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
  • (Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
  • (Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca - Dari situs www.sejarahnasional.org

edunitas.com

Page 3

Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dijadikan kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang lebar di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 sampai 1389.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sbg salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, sampai Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan merupakan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Lawas.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa anggota pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Lawas yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Lawas maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbicara Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi mempunyai manfaat supernatural dalam hal dapat mengetahui masa hadapan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis luhur sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah dijadikan kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini dijadikan perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak bagi membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi luhur ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, raja muda Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat memuat pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan berhasrat mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kesudahan diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol bagi bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13][14] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka bagi menangkap angin muson supaya dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sbg tanggal lahir kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sbg raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama formal Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang memainkan konspirasi bagi menjatuhkan semua orang tepercaya raja, supaya ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya tutup usia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Sekitar pada suatu saat dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan dijadikan bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi bagi dijadikan ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sbg Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya bagi melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit dijadikan semakin sempurna dijadikan semakin luhur dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sbg "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sbg potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 sampai 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai semakin banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Nodaku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan ketentuan yang tidak boleh dilampaui terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, ketentuan yang tidak boleh dilampaui dunia dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma anggota selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh perlintasan diplomasi dan menjalin persekutuan. Probabilitas karena ditolak argumen politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sbg permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sbg akad persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri bagi dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sbg peluang bagi memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan selang keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan yang belakang sekalinya dikalahkan. Nyaris seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam memainkan "bela pati", bunuh diri bagi membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat dijadikan tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kesudahan di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sbg pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, meliputi Semenanjung Malaya dan Nodaku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi lebar, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[21]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut bagi menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit menambah lebar kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya merupakan mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki daerah ini.

Jatuhnya Majapahit

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada masa zaman ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran dampak konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, selang Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini yang belakang sekalinya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kesudahan dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kemudi Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh admiral Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali selang kurun saat 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.[22]

Wikramawardhana memerintah sampai tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adinda laki-lakinya. Ia memerintah sampai tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan dijadikan raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi tempat berakhir saat tiga tahun tanpa raja dampak krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kesudahan wafat pada 1466 dan ditukarkan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sbg raja Majapahit.[8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada kesudahan masa zaman ke-14 dan awal masa zaman ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai susut. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di anggota barat Nusantara[23]. Di anggota barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan masa zaman ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa taklukan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai membebaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan semakin jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana sampai ditukarkan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit dijadikan satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun saat 1474 sampai 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian daya Majapahit telah melemah dampak konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya daya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Saat akhir-akhirnyanya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun saat tahun 1478 (tahun 1400 saka, akhir-akhirnyanya masa zaman dianggap sbg saat lazim pergantian dinasti dan akhir-akhirnyanya suatu pemerintahan[24]) sampai tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa berada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon merupakan tahun akhir-akhirnyanya Majapahit dan harus dibaca sbg 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Manfaat sengkala ini merupakan “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut merupakan gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[25].

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [25] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang selang Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak merupakan keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[26] Sejumlah luhur orang bawahan istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini probabilitas luhur bagi menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak dampak selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, daya kerajaan Islam pada awal masa zaman ke-16 yang belakang sekalinya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[27]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian dijadikan Sultan) Patah (Fatah), diakui sbg penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Raja muda Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, selang tahun 1518 dan 1521 M[25].

Demak memastikan posisinya sbg daya regional dan dijadikan kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di anggota barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger sampai sekarang masih bertahan di pegunungan Tengger, daerah Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks kontruksi penting di ibu kota Majapahit. Kontruksi ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua kontruksi, tidak berada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam anggota yang terkait dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan..... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Bayangan ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Peristiwa utama dalam kalender kelola negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana bagi membayar upeti atau pajak. Daerah Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk daerah ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi lebar.[28]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota luhur dan terkenal dengan perayaan luhur keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau orang bawahan istana muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling pakar menggunakannya[29]. Candi-candi Majapahit bermutu adun secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sbg perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang merupakan Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

"........ Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah berada........ Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat luhur, tangga dan anggota dalam ruangannya berikat emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Sekarang Khan Luhur dari China beberapa kali bertempur melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

— Bayangan Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[30]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus bagi menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus sampai mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar sampai mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui perlintasan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut lawatannya di Jawa tanpa menjelaskan semakin rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu saat dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[17]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak masa zaman ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri ditukar dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China lawas seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman balik seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[31] Argumen penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan pakar menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit supaya dapat digunakan dalam cara ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[28]

Beberapa bayangan mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[28] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai jenis pekerjaan dan spesialisasi karir, mulai dari pengrajin emas dan perak, sampai penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di selang pekerjaan-pekerjaan ini sudah berada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya merupakan mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya diciptakan dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[32]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [33]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok bagi pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali bertindak penting sbg pelabuhan pangkalan bagi mendapatkan komoditas rempah-rempah Nodaku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[28]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di selangnya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan memainkan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri bagi mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[34].

Struktur pemerintahan

Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [35]. Raja dianggap sbg penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat tidak jauh raja mempunyai posisi tinggi. Perintah raja kebanyakan diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, diantaranya yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, kebanyakan dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sbg perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[14], terdiri atas beberapa daerah tertentu di anggota timur dan anggota tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Kebanyakan posisi ini hanyalah bagi kerabat tidak jauh raja. Tugas mereka merupakan bagi mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) berada 12 wilayah di Majapahit, yang diurus oleh kerabat tidak jauh raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sbg berikut:

  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: diurus oleh wiyasa,
  4. Kuwu: diurus oleh lurah,
  5. Wanua: diurus oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
NoProvinsiGelarPenguasaHubungan dengan Raja
1Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya)Bhre KahuripanTribhuwanatunggadewiibu suri
2Daha (bekas ibukota dari Kediri)Bhre DahaRajadewi Maharajasabibi sekaligus ibu mertua
3Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)Bhre TumapelKertawardhanaayah
4Wengker (sekarang Ponorogo)Bhre WengkerWijayarajasapaman sekaligus ayah mertua
5Matahun (sekarang Bojonegoro)Bhre MatahunRajasawardhanasuami dari Putri Lasem, sepupu raja
6Wirabhumi (Blambangan)Bhre WirabhumiBhre Wirabhumi1anak
7PaguhanBhre PaguhanSinghawardhanasaudara laki-laki ipar
8KabalanBhre KabalanKusumawardhani2anak perempuan
9PawanuanBhre PawanuanSurawardhanikeponakan perempuan
10Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah)Bhre LasemRajasaduhita Indudewisepupu
11Pajang (sekarang Surakarta)Bhre PajangRajasaduhita Iswarisaudara perempuan
12Mataram (sekarang Yogyakarta)Bhre MataramWikramawardhana2keponakan laki - laki

Catatan:
1 Bhre Wirabhumi sebenarnya merupakan gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak dikenal dan sering disebut sbg Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Ia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu dijadikan pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi dijadikan 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[36] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara anggota di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sbg hasilnya, konsep teritorial yang semakin luhur pun terbentuk:

  • Negara Luhur, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini merupakan ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah anggota timur Jawa, dengan semua provinsinya yang diurus oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat tidak jauh raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Luhur. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut kebanyakan mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang probabilitas membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur cara perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup luhur. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, merupakan area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup lebar dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting bagi menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini merupakan kerajaan kecil dan koloni di Nodaku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang dirumuskan sbg hubungan diplomatik luar negeri:

  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sbg bawahan dalam daya Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing merupakan Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[37] Mitreka Satata dapat dianggap sbg aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah memainkan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kesudahan diidentifikasi oleh sejarahwan modern sbg "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditetapkan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif semakin lanjut.[38] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup lebar. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi semakin lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[39]

Para penguasa Majapahit merupakan penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada kesudahan masa zaman ke-13. Berikut merupakan daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan selang pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit dijadikan dua kelompokan[8].

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit kesudahan. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah dijadikan sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak diceritakan sbg anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Luhur sendiri mempunyai manfaat penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah mempunyai tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam wujud makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh luhur dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[29]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal masa zaman ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sbg contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dibuat sebagai acuan ketentuan yang tidak boleh dilampaui politik negara Republik Indonesia saat ini.[17] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sbg penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[40]Sukarno juga mengangkat Majapahit bagi kebutuhan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya bagi kebutuhan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[41] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang lebar dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Tingkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Majapahit mempunyai pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam anggota arsitektur di Indonesia. Penggambaran wujud paviliun (pendopo) berbagai kontruksi di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah dijadikan inspirasi bagi arsitektur berbagai kontruksi keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa sekarang.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris merasakan penghalusan dan pemilihan bahan dijadikan semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dst-nya, bilah keris yang ringan tetapi kuat dijadikan ajar mutu sebuah keris. Penggunaan keris sbg tanda kebesaran kalangan aristokrat juga dijadikan semakin sempurna pada masa ini dan bertambah lebar ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di anggota barat.

Selain keris, dijadikan semakin sempurna pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu dijadikan sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya bagi menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut merupakan daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan kepercayaan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu diterapkan sbg umat Islam.

Komik dan strip komik

  • Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar balik pada masa keruntuhan Singhasari sampai awal-awal karir Mada (Gajah Mada), adinda seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
  • Komik/Tuturan bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
  • Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
  • Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
  • Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S. H. Mintardja.
  • Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya S. H. Mintardja
  • Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan kesudahan masa Singasari, masa Majapahit, dan yang belakang sekalinya pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), tuturan silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit sampai pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal masa zaman 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
  • Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
  • Jung Jawa (2009), sebuah antologi tuturan pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.

Film/Sinetron

  • Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar balik Singhasari pada pemerintahan Kertanegara sampai Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
  • Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada kurun dasawarsa pertengahan 1980-an sampai awal 1990-an. Film ini sebetulnya semakin berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
  • Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya V sampai Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
  • Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat tuturan berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

  1. ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359. 
  2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19
  3. ^ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. pp. pp.29. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18
  6. ^ Terjemahan Komplit Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
  7. ^ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. 
  8. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
  9. ^ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
  10. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)". Retrieved 16 Juni. 
  11. ^ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006
  12. ^ a b Mulyana 2006, hal. 122
  13. ^ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
  14. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
  15. ^ Komandoko 2009, hal. 16
  16. ^ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
  17. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56
  18. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. p. 279. ISBN 9814155675. 
  19. ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 72. 
  20. ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit'. Jakarta: PT Gita Karya. p. 13. 
  21. ^ Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 106. ISBN 981-3018-26-7. 
  22. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 63. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
  23. ^ Ricklefs (2005), hal. 57.
  24. ^ Ricklefs, 37 and 100
  25. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
  26. ^ Ricklefs, 36-37
  27. ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665––683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. Retrieved 2008-10-23. 
  28. ^ a b c d Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 107. ISBN 981-3018-26-7. 
  29. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (1997). In Di dalam Didier Millet (editor):. Java Style. Paris: Periplus Editions. pp. 33–34. ISBN 962-593-232-1. 
  30. ^ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 1996. Retrieved 2010-07-14. 
  31. ^ "Uang Lawas Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". November 2008. 
  32. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
  33. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
  34. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
  35. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
  36. ^ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
  37. ^ MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
  38. ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (in inggris). Bond University Australia. Retrieved 2011-12-11. 
  39. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. pp. 116–117. 
  40. ^ Ricklefs, hal. 363
  41. ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. pp. p.19. ISBN 0-674-01137-6. 

Bibliografi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (in Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. p. 122. ISBN 978-979-2552-546. 
  • Komandoko, Gamal (2009). Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja (in Indonesia). Penerbit Narasi. p. 122. ISBN 978-979-164-145-2. 

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
  • (Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
  • (Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca - Dari situs www.sejarahnasional.org

edunitas.com

Page 4

Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dijadikan kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang lebar di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 sampai 1389.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sbg salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, sampai Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan merupakan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Lawas.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa anggota pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Lawas yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Lawas maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbicara Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi mempunyai manfaat supernatural dalam hal dapat mengetahui masa hadapan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis luhur sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah dijadikan kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini dijadikan perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak bagi membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi luhur ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, raja muda Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat memuat pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan berhasrat mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kesudahan diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol bagi bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13][14] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka bagi menangkap angin muson supaya dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sbg tanggal lahir kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sbg raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama formal Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang memainkan konspirasi bagi menjatuhkan semua orang tepercaya raja, supaya ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya tutup usia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Sekitar pada suatu saat dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan dijadikan bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi bagi dijadikan ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sbg Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya bagi melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit dijadikan semakin sempurna dijadikan semakin luhur dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sbg "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sbg potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 sampai 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai semakin banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Nodaku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan ketentuan yang tidak boleh dilampaui terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, ketentuan yang tidak boleh dilampaui dunia dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma anggota selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh perlintasan diplomasi dan menjalin persekutuan. Probabilitas karena ditolak argumen politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sbg permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sbg akad persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri bagi dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sbg peluang bagi memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan selang keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan yang belakang sekalinya dikalahkan. Nyaris seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam memainkan "bela pati", bunuh diri bagi membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat dijadikan tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kesudahan di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sbg pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, meliputi Semenanjung Malaya dan Nodaku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi lebar, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[21]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut bagi menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit menambah lebar kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya merupakan mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki daerah ini.

Jatuhnya Majapahit

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada masa zaman ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran dampak konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, selang Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini yang belakang sekalinya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kesudahan dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kemudi Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh admiral Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali selang kurun saat 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.[22]

Wikramawardhana memerintah sampai tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adinda laki-lakinya. Ia memerintah sampai tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan dijadikan raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi tempat berakhir saat tiga tahun tanpa raja dampak krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kesudahan wafat pada 1466 dan ditukarkan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sbg raja Majapahit.[8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada kesudahan masa zaman ke-14 dan awal masa zaman ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai susut. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di anggota barat Nusantara[23]. Di anggota barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan masa zaman ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa taklukan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai membebaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan semakin jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana sampai ditukarkan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit dijadikan satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun saat 1474 sampai 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian daya Majapahit telah melemah dampak konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya daya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Saat akhir-akhirnyanya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun saat tahun 1478 (tahun 1400 saka, akhir-akhirnyanya masa zaman dianggap sbg saat lazim pergantian dinasti dan akhir-akhirnyanya suatu pemerintahan[24]) sampai tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa berada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon merupakan tahun akhir-akhirnyanya Majapahit dan harus dibaca sbg 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Manfaat sengkala ini merupakan “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut merupakan gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[25].

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [25] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang selang Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak merupakan keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[26] Sejumlah luhur orang bawahan istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini probabilitas luhur bagi menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak dampak selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, daya kerajaan Islam pada awal masa zaman ke-16 yang belakang sekalinya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[27]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian dijadikan Sultan) Patah (Fatah), diakui sbg penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Raja muda Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, selang tahun 1518 dan 1521 M[25].

Demak memastikan posisinya sbg daya regional dan dijadikan kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di anggota barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger sampai sekarang masih bertahan di pegunungan Tengger, daerah Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks kontruksi penting di ibu kota Majapahit. Kontruksi ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua kontruksi, tidak berada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam anggota yang terkait dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan..... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Bayangan ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Peristiwa utama dalam kalender kelola negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana bagi membayar upeti atau pajak. Daerah Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk daerah ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi lebar.[28]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota luhur dan terkenal dengan perayaan luhur keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau orang bawahan istana muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling pakar menggunakannya[29]. Candi-candi Majapahit bermutu adun secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sbg perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang merupakan Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

"........ Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah berada........ Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat luhur, tangga dan anggota dalam ruangannya berikat emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Sekarang Khan Luhur dari China beberapa kali bertempur melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

— Bayangan Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[30]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus bagi menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus sampai mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar sampai mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui perlintasan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut lawatannya di Jawa tanpa menjelaskan semakin rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu saat dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[17]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak masa zaman ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri ditukar dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China lawas seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman balik seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[31] Argumen penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan pakar menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit supaya dapat digunakan dalam cara ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[28]

Beberapa bayangan mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[28] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai jenis pekerjaan dan spesialisasi karir, mulai dari pengrajin emas dan perak, sampai penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di selang pekerjaan-pekerjaan ini sudah berada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya merupakan mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya diciptakan dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[32]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [33]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok bagi pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali bertindak penting sbg pelabuhan pangkalan bagi mendapatkan komoditas rempah-rempah Nodaku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[28]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di selangnya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan memainkan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri bagi mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[34].

Struktur pemerintahan

Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [35]. Raja dianggap sbg penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat tidak jauh raja mempunyai posisi tinggi. Perintah raja kebanyakan diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, diantaranya yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, kebanyakan dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sbg perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[14], terdiri atas beberapa daerah tertentu di anggota timur dan anggota tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Kebanyakan posisi ini hanyalah bagi kerabat tidak jauh raja. Tugas mereka merupakan bagi mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) berada 12 wilayah di Majapahit, yang diurus oleh kerabat tidak jauh raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sbg berikut:

  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: diurus oleh wiyasa,
  4. Kuwu: diurus oleh lurah,
  5. Wanua: diurus oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
NoProvinsiGelarPenguasaHubungan dengan Raja
1Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya)Bhre KahuripanTribhuwanatunggadewiibu suri
2Daha (bekas ibukota dari Kediri)Bhre DahaRajadewi Maharajasabibi sekaligus ibu mertua
3Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)Bhre TumapelKertawardhanaayah
4Wengker (sekarang Ponorogo)Bhre WengkerWijayarajasapaman sekaligus ayah mertua
5Matahun (sekarang Bojonegoro)Bhre MatahunRajasawardhanasuami dari Putri Lasem, sepupu raja
6Wirabhumi (Blambangan)Bhre WirabhumiBhre Wirabhumi1anak
7PaguhanBhre PaguhanSinghawardhanasaudara laki-laki ipar
8KabalanBhre KabalanKusumawardhani2anak perempuan
9PawanuanBhre PawanuanSurawardhanikeponakan perempuan
10Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah)Bhre LasemRajasaduhita Indudewisepupu
11Pajang (sekarang Surakarta)Bhre PajangRajasaduhita Iswarisaudara perempuan
12Mataram (sekarang Yogyakarta)Bhre MataramWikramawardhana2keponakan laki - laki

Catatan:
1 Bhre Wirabhumi sebenarnya merupakan gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak dikenal dan sering disebut sbg Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Ia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu dijadikan pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi dijadikan 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[36] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara anggota di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sbg hasilnya, konsep teritorial yang semakin luhur pun terbentuk:

  • Negara Luhur, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini merupakan ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah anggota timur Jawa, dengan semua provinsinya yang diurus oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat tidak jauh raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Luhur. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut kebanyakan mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang probabilitas membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur cara perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup luhur. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, merupakan area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup lebar dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting bagi menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini merupakan kerajaan kecil dan koloni di Nodaku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang dirumuskan sbg hubungan diplomatik luar negeri:

  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sbg bawahan dalam daya Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing merupakan Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[37] Mitreka Satata dapat dianggap sbg aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah memainkan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kesudahan diidentifikasi oleh sejarahwan modern sbg "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditetapkan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif semakin lanjut.[38] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup lebar. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi semakin lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[39]

Para penguasa Majapahit merupakan penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada kesudahan masa zaman ke-13. Berikut merupakan daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan selang pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit dijadikan dua kelompokan[8].

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit kesudahan. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah dijadikan sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak diceritakan sbg anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Luhur sendiri mempunyai manfaat penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah mempunyai tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam wujud makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh luhur dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[29]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal masa zaman ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sbg contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dibuat sebagai acuan ketentuan yang tidak boleh dilampaui politik negara Republik Indonesia saat ini.[17] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sbg penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[40]Sukarno juga mengangkat Majapahit bagi kebutuhan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya bagi kebutuhan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[41] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang lebar dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Tingkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Majapahit mempunyai pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam anggota arsitektur di Indonesia. Penggambaran wujud paviliun (pendopo) berbagai kontruksi di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah dijadikan inspirasi bagi arsitektur berbagai kontruksi keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa sekarang.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris merasakan penghalusan dan pemilihan bahan dijadikan semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dst-nya, bilah keris yang ringan tetapi kuat dijadikan ajar mutu sebuah keris. Penggunaan keris sbg tanda kebesaran kalangan aristokrat juga dijadikan semakin sempurna pada masa ini dan bertambah lebar ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di anggota barat.

Selain keris, dijadikan semakin sempurna pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu dijadikan sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya bagi menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut merupakan daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan kepercayaan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu diterapkan sbg umat Islam.

Komik dan strip komik

  • Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar balik pada masa keruntuhan Singhasari sampai awal-awal karir Mada (Gajah Mada), adinda seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
  • Komik/Tuturan bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
  • Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
  • Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
  • Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S. H. Mintardja.
  • Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya S. H. Mintardja
  • Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan kesudahan masa Singasari, masa Majapahit, dan yang belakang sekalinya pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), tuturan silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit sampai pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal masa zaman 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
  • Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
  • Jung Jawa (2009), sebuah antologi tuturan pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.

Film/Sinetron

  • Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar balik Singhasari pada pemerintahan Kertanegara sampai Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
  • Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada kurun dasawarsa pertengahan 1980-an sampai awal 1990-an. Film ini sebetulnya semakin berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
  • Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya V sampai Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
  • Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat tuturan berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

  1. ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359. 
  2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19
  3. ^ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. pp. pp.29. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18
  6. ^ Terjemahan Komplit Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
  7. ^ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. 
  8. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
  9. ^ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
  10. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)". Retrieved 16 Juni. 
  11. ^ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006
  12. ^ a b Mulyana 2006, hal. 122
  13. ^ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
  14. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
  15. ^ Komandoko 2009, hal. 16
  16. ^ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
  17. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56
  18. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. p. 279. ISBN 9814155675. 
  19. ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 72. 
  20. ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit'. Jakarta: PT Gita Karya. p. 13. 
  21. ^ Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 106. ISBN 981-3018-26-7. 
  22. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 63. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
  23. ^ Ricklefs (2005), hal. 57.
  24. ^ Ricklefs, 37 and 100
  25. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
  26. ^ Ricklefs, 36-37
  27. ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665––683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. Retrieved 2008-10-23. 
  28. ^ a b c d Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 107. ISBN 981-3018-26-7. 
  29. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (1997). In Di dalam Didier Millet (editor):. Java Style. Paris: Periplus Editions. pp. 33–34. ISBN 962-593-232-1. 
  30. ^ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 1996. Retrieved 2010-07-14. 
  31. ^ "Uang Lawas Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". November 2008. 
  32. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
  33. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
  34. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
  35. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
  36. ^ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
  37. ^ MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
  38. ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (in inggris). Bond University Australia. Retrieved 2011-12-11. 
  39. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. pp. 116–117. 
  40. ^ Ricklefs, hal. 363
  41. ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. pp. p.19. ISBN 0-674-01137-6. 

Bibliografi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (in Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. p. 122. ISBN 978-979-2552-546. 
  • Komandoko, Gamal (2009). Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja (in Indonesia). Penerbit Narasi. p. 122. ISBN 978-979-164-145-2. 

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
  • (Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
  • (Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca - Dari situs www.sejarahnasional.org

edunitas.com

Page 5

Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dijadikan kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 sampai 1389.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sbg salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, sampai Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan merupakan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Lawas.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa anggota pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Lawas yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Lawas maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbicara Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi mempunyai manfaat supernatural dalam hal dapat mengetahui masa hadapan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis luhur sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah dijadikan kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini dijadikan perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak bagi membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi luhur ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, raja muda Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan berhasrat mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kesudahan diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol bagi bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13][14] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka bagi menangkap angin muson supaya dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sbg tanggal lahir kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sbg raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama formal Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi bagi menjatuhkan semua orang tepercaya raja, supaya ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya tutup usia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Lebih kurang pada suatu saat dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan dijadikan bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi bagi dijadikan ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sbg Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya bagi melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit dijadikan semakin sempurna dijadikan semakin luhur dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sbg "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sbg potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 sampai 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai semakin banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Nodaku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan ketentuan yang tidak boleh dilampaui terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, ketentuan yang tidak boleh dilampaui dunia dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma anggota selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh perlintasan diplomasi dan menjalin persekutuan. Probabilitas karena didorong argumen politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sbg permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sbg akad persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri bagi dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sbg peluang bagi memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan selang keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan yang belakang sekalinya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri bagi membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat dijadikan tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kesudahan di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sbg pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, meliputi Semenanjung Malaya dan Nodaku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[21]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut bagi menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit meluaskan kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya merupakan mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki daerah ini.

Jatuhnya Majapahit

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada masa zaman ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran dampak konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, selang Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini yang belakang sekalinya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kesudahan dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kemudi Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh admiral Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali selang kurun saat 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.[22]

Wikramawardhana memerintah sampai tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adinda laki-lakinya. Ia memerintah sampai tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan dijadikan raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda saat tiga tahun tanpa raja dampak krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kesudahan wafat pada 1466 dan ditukarkan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sbg raja Majapahit.[8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada kesudahan masa zaman ke-14 dan awal masa zaman ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai susut. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di anggota barat Nusantara[23]. Di anggota barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan masa zaman ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa taklukan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan semakin jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana sampai ditukarkan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit dijadikan satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun saat 1474 sampai 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian daya Majapahit telah melemah dampak konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya daya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Saat akhir-akhirnyanya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun saat tahun 1478 (tahun 1400 saka, akhir-akhirnyanya masa zaman dianggap sbg saat lazim pergantian dinasti dan akhir-akhirnyanya suatu pemerintahan[24]) sampai tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa berada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon merupakan tahun akhir-akhirnyanya Majapahit dan harus dibaca sbg 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Manfaat sengkala ini merupakan “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut merupakan gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[25].

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [25] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang selang Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak merupakan keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[26] Sejumlah luhur orang bawahan istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini probabilitas luhur bagi menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak dampak selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, daya kerajaan Islam pada awal masa zaman ke-16 yang belakang sekalinya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[27]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian dijadikan Sultan) Patah (Fatah), diakui sbg penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Raja muda Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, selang tahun 1518 dan 1521 M[25].

Demak memastikan posisinya sbg daya regional dan dijadikan kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di anggota barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger sampai sekarang masih bertahan di pegunungan Tengger, daerah Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks kontruksi penting di ibu kota Majapahit. Kontruksi ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua kontruksi, tidak berada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam anggota yang terkait dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan..... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Bayangan ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan hukum budaya istiadat keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang berlilit. Peristiwa utama dalam kalender kelola negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana bagi membayar upeti atau pajak. Daerah Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk daerah ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[28]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota luhur dan terkenal dengan perayaan luhur keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau orang bawahan istana muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling pakar menggunakannya[29]. Candi-candi Majapahit bermutu adun secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sbg perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang merupakan Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

"........ Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah berada........ Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat luhur, tangga dan anggota dalam ruangannya berikat emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Sekarang Khan Luhur dari China beberapa kali bertempur melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

— Bayangan Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[30]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus bagi menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus sampai mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar sampai mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui perlintasan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut lawatannya di Jawa tanpa menjelaskan semakin rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu saat dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[17]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak masa zaman ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri ditukar dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China lawas seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman balik seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[31] Argumen penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan pakar menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit supaya dapat digunakan dalam cara ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[28]

Beberapa bayangan mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[28] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai jenis pekerjaan dan spesialisasi karir, mulai dari pengrajin emas dan perak, sampai penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di selang pekerjaan-pekerjaan ini sudah berada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya merupakan mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya diciptakan dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[32]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [33]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok bagi pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali bertindak penting sbg pelabuhan pangkalan bagi mendapatkan komoditas rempah-rempah Nodaku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[28]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di selangnya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri bagi mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[34].

Struktur pemerintahan

Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [35]. Raja dianggap sbg penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat tidak jauh raja mempunyai posisi tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, diantaranya yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sbg perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[14], terdiri atas beberapa daerah tertentu di anggota timur dan anggota tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah bagi kerabat tidak jauh raja. Tugas mereka merupakan bagi mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) berada 12 wilayah di Majapahit, yang diurus oleh kerabat tidak jauh raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sbg berikut:

  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: diurus oleh wiyasa,
  4. Kuwu: diurus oleh lurah,
  5. Wanua: diurus oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi dijadikan 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[36] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara anggota di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sbg hasilnya, konsep teritorial yang semakin luhur pun terbentuk:

  • Negara Luhur, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini merupakan ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah anggota timur Jawa, dengan semua provinsinya yang diurus oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat tidak jauh raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Luhur. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang probabilitas membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur cara perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup luhur. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, merupakan area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting bagi menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini merupakan kerajaan kecil dan koloni di Nodaku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang dirumuskan sbg hubungan diplomatik luar negeri:

  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sbg bawahan dalam daya Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing merupakan Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[37] Mitreka Satata dapat dianggap sbg aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kesudahan diidentifikasi oleh sejarahwan modern sbg "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditetapkan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif semakin lanjut.[38] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi semakin lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[39]

Para penguasa Majapahit merupakan penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada kesudahan masa zaman ke-13. Berikut merupakan daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan selang pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit dijadikan dua kelompokan[8].

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit kesudahan. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah dijadikan sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak diceritakan sbg anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Luhur sendiri mempunyai manfaat penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah mempunyai tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam wujud makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh luhur dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[29]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal masa zaman ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sbg contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dibuat sebagai acuan ketentuan yang tidak boleh dilampaui politik negara Republik Indonesia saat ini.[17] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sbg penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[40]Sukarno juga mengangkat Majapahit bagi kebutuhan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya bagi kebutuhan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[41] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Tingkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Majapahit mempunyai pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam anggota arsitektur di Indonesia. Penggambaran wujud paviliun (pendopo) berbagai kontruksi di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah dijadikan inspirasi bagi arsitektur berbagai kontruksi keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa sekarang.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris merasakan penghalusan dan pemilihan bahan dijadikan semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dst-nya, bilah keris yang ringan tetapi kuat dijadikan ajar mutu sebuah keris. Penggunaan keris sbg tanda kebesaran kalangan aristokrat juga dijadikan semakin sempurna pada masa ini dan bertambah luas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di anggota barat.

Selain keris, dijadikan semakin sempurna pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu dijadikan sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya bagi menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut merupakan daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan kepercayaan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu diterapkan sbg umat Islam.

Komik dan strip komik

  • Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar balik pada masa keruntuhan Singhasari sampai awal-awal karir Mada (Gajah Mada), adinda seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
  • Komik/Tuturan bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
  • Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
  • Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
  • Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S. H. Mintardja.
  • Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya S. H. Mintardja
  • Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan kesudahan masa Singasari, masa Majapahit, dan yang belakang sekalinya pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), tuturan silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit sampai pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal masa zaman 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
  • Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
  • Jung Jawa (2009), sebuah antologi tuturan pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.

Film/Sinetron

  • Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar balik Singhasari pada pemerintahan Kertanegara sampai Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
  • Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada kurun dasawarsa pertengahan 1980-an sampai awal 1990-an. Film ini sebetulnya semakin berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
  • Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya V sampai Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
  • Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat tuturan berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

  1. ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359. 
  2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19
  3. ^ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. pp. pp.29. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18
  6. ^ Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
  7. ^ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. 
  8. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
  9. ^ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
  10. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)". Retrieved 16 Juni. 
  11. ^ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006
  12. ^ a b Mulyana 2006, hal. 122
  13. ^ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
  14. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
  15. ^ Komandoko 2009, hal. 16
  16. ^ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
  17. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56
  18. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. p. 279. ISBN 9814155675. 
  19. ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 72. 
  20. ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit'. Jakarta: PT Gita Karya. p. 13. 
  21. ^ Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 106. ISBN 981-3018-26-7. 
  22. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 63. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
  23. ^ Ricklefs (2005), hal. 57.
  24. ^ Ricklefs, 37 and 100
  25. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
  26. ^ Ricklefs, 36-37
  27. ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665––683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. Retrieved 2008-10-23. 
  28. ^ a b c d Millet, Didier (August 2003). In John Miksic. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. p. 107. ISBN 981-3018-26-7. 
  29. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (1997). In Di dalam Didier Millet (editor):. Java Style. Paris: Periplus Editions. pp. 33–34. ISBN 962-593-232-1. 
  30. ^ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 1996. Retrieved 2010-07-14. 
  31. ^ "Uang Lawas Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". November 2008. 
  32. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
  33. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
  34. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
  35. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
  36. ^ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
  37. ^ MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
  38. ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (in inggris). Bond University Australia. Retrieved 2011-12-11. 
  39. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. pp. 116–117. 
  40. ^ Ricklefs, hal. 363
  41. ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. pp. p.19. ISBN 0-674-01137-6. 

Bibliografi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (in Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. p. 122. ISBN 978-979-2552-546. 
  • Komandoko, Gamal (2009). Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja (in Indonesia). Penerbit Narasi. p. 122. ISBN 978-979-164-145-2. 

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
  • (Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
  • (Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca - Dari situs www.sejarahnasional.org

edunitas.com

Page 6


316. PT Exa Mitra Solusi

Needed Sales ..... show everything

Closing date : 13 Juni 2022

Updated date : 13 Mei 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 53,101     Appear = 464,545

317. PT Ponseljobs Indonesia

Needed Sales ..... show everything

Closing date : 13 Juni 2022

Updated date : 13 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 50,518     Appear = 454,407

318. Ronan Baru Computer

Needed Penjualan Barang ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 13 Juni 2022

Updated date : 13 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 35,893     Appear = 329,356

319. BTSA Logistic

Needed Staff Personalia, Staff Marketing ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 12 Juni 2022

Updated date : 12 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 47,180     Appear = 444,635

320. Ombein Indonesia

Needed Crew Outlet ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 12 Juni 2022

Updated date : 12 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 34,541     Appear = 350,721

321. PT Global Kapital Investama

Needed Sales Marketing ..... show everything

Closing date : 12 Juni 2022

Updated date : 12 Mei 2022

Job location in Bandung

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 50,003     Appear = 496,711

322. PT Harmoni Makmur Sejahtera

Needed Engineer ..... show everything

Closing date : 12 September 2022

Updated date : 12 Mei 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 55,503     Appear = 493,319

323. PT Kontak Perkasa Futures

Needed Asisten Wakil Pialang Berjangka ..... show everything

Closing date : 12 September 2022

Updated date : 12 Mei 2022

Job location in Yogyakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 63,517     Appear = 553,126

324. PT Aestika Marwa Indonesia

Needed Desain Grafis ..... show everything

Closing date : 11 September 2022

Updated date : 11 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 81,563     Appear = 653,648

325. PT Trijaya Pertama Futures

Needed Staff Office Marketing ..... show everything

Closing date : 11 Juli 2022

Updated date : 11 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 88,142     Appear = 700,428

326. PT Kontak Perkasa Futures

Needed Calon Wakil Pialang Berjangka ..... show everything

Closing date : 10 September 2022

Updated date : 10 Mei 2022

Job location in Yogyakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 108,749     Appear = 774,934

327. PT Mitra Perdagangan BUMN

Closing date : 10 Juni 2022

Updated date : 10 Mei 2022

Job location in Surabaya

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 75,908     Appear = 625,029

328. PT Solusi Layanan Terpadu

Needed Sales ..... show everything

Closing date : 9 Juni 2022

Updated date : 10 Mei 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 76,550     Appear = 671,727

329. PT Zebra Asaba Industries

Needed Staff IT ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 9 Juni 2022

Updated date : 10 Mei 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 67,123     Appear = 588,417

330. Heiwa Property

Needed Admin Property ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 9 Juni 2022

Updated date : 9 Mei 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 62,128     Appear = 549,674

Page 7


307. PT Kapal Api Global

Dibutuhkan Research Assistant ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 17 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 17 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Bogor

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 27.509     Tayang = 258.326

308. PT Mitra Pratama Raya

Dibutuhkan koordinator operasional ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 17 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 17 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Tangerang Selatan

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 30.530     Tayang = 283.428

309. LAKSA 63

Dibutuhkan Koki Dan ART ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 30 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 16 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Bandung

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 35.558     Tayang = 310.737

310. CV Gayungsari Body Repair

Dibutuhkan Admin Accounting ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF)

Tgl Penutupan : 15 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 15 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Surabaya

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 36.483     Tayang = 319.193

311. PT Harmony Land Group

Dibutuhkan Marketing KPR ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF)

Tgl Penutupan : 14 September 2022

Tgl Pasang Iklan : 14 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Depok

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 39.602     Tayang = 349.183

312. Rumah Terapi Nameera

Dibutuhkan Admin ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 14 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 14 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Surabaya

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 48.591     Tayang = 428.899

313. Umama

Tgl Penutupan : 14 September 2022

Tgl Pasang Iklan : 14 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Cimahi

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 62.711     Tayang = 488.527

314. PT Alvindo Catur Sentosa

Dibutuhkan Admin Procurement ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 13 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 13 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 60.413     Tayang = 478.003

315. PT Angkasa Pura Hotel

Dibutuhkan Sekretaris Direksi ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF)

Tgl Penutupan : 13 September 2022

Tgl Pasang Iklan : 13 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 38.776     Tayang = 352.442

316. PT Exa Mitra Solusi

Dibutuhkan Sales ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 13 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 13 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 53.101     Tayang = 464.545

317. PT Ponseljobs Indonesia

Dibutuhkan Sales ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 13 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 13 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Serang

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 50.518     Tayang = 454.407

318. Ronan Baru Computer

Dibutuhkan Penjualan Barang ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF)

Tgl Penutupan : 13 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 13 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Klaten

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 35.893     Tayang = 329.356

319. BTSA Logistic

Tgl Penutupan : 12 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 12 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Medan

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 47.180     Tayang = 444.635

320. Ombein Indonesia

Dibutuhkan Crew Outlet ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF)

Tgl Penutupan : 12 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 12 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Klaten

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 34.541     Tayang = 350.721

321. PT Global Kapital Investama

Dibutuhkan Sales Marketing ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 12 Juni 2022

Tgl Pasang Iklan : 12 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Bandung

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 50.003     Tayang = 496.711

322. PT Harmoni Makmur Sejahtera

Dibutuhkan Engineer ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 12 September 2022

Tgl Pasang Iklan : 12 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 55.503     Tayang = 493.319

323. PT Kontak Perkasa Futures

Dibutuhkan Asisten Wakil Pialang Berjangka ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 12 September 2022

Tgl Pasang Iklan : 12 Mei 2022

Lokasi pekerjaan di Yogyakarta

Kirim lamaran kerja sekarang : Klik disini

Klik = 63.517     Tayang = 553.126

Page 8

PT Gilland Ganesha

Iklan lowongan kerja ini berwujud image/PDF, sebagai menampilkannya ⇴ klik disini

Melamar kerja : Klik ini      Jml Klik = 1.132.585     Jml.Tampil = 10.525.692   Cari Karir   Tgl pengahabisannya publikasi: 9 Agustus 2022   Tgl Awal: 9 April 2022  

iklan lowongan kerja

Page 9

Bahan Tissue Basah tapi Kering - Good Quality - Tebal - 2ply

Jml Klik = 3.395.270     Jml.Tampil = 47.762.443   HandPhone / Kontak: Kirey Surabaya, //www.tokopedia.com/kireysby   Ragam/Lainnya   Alamat: Kota Surabaya   Ditulis sedari tgl: 12 Februari 2022   Tgl habis publikasi: 12 Juni 2022  

iklan mini

Page 10

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Pontianak -- Kalimantan Barat :

PKE ● SM ➜ Univ. Nahdlatul Ulama Kalbar

PKE ● SM ➜ Univ. Halim Sanusi
PKE ● SM ➜ UICM Bandung

Page 11

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Pontianak -- Kalimantan Barat :

PKE ● SM ➜ Univ. Nahdlatul Ulama Kalbar

PKE ● SM ➜ Univ. Halim Sanusi
PKE ● SM ➜ UICM Bandung

Page 12

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Pontianak -- Kalimantan Barat :

PKE ● SM ➜ Univ. Nahdlatul Ulama Kalbar

PKE ● SM ➜ Univ. Halim Sanusi
PKE ● SM ➜ UICM Bandung

Page 13

Pandawa Computer Cirebon

Pandawa Computer Cirebon Meladeni :1. Service Komputer, Laptop Notebook 2. Install Windows dan Software Aplikasi 3. Pembersihan Virus dan Proteksi dari Virus 4. Recovery data Flashdisk Hardisk ..... ... visit very complete

Tot Clicks = 2,940,339     Appear = 107,365,018   Advertiser: Ahmad J, 087728868909   Computer, Internet   Region: Cirebon   Updated date: February 22, 2022   Closing date of publication: June 22, 2022  

mini adverts

Page 14

KS Group

This job advertisement is in the form of an image/PDF, to display it ⇴ click here

Send job application : Click here      Tot Clicks = 157,078     Appear = 1,282,921   Jobs Vacancy   Closing date of publication: September 20, 2022   Updated date: May 20, 2022  

job vacancy ad

Page 15

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


PKE ● SM ➜ STEBI Global Mulia

PKE ● SM ➜ UICM Bandung
PKE ● SM ➜ STIE GEMA - STIE Gema Widya Bangsa

Page 16

PT Maha Karya Integra

Lowongan untuk : Drafter.
Persyaratan : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Lokasi kerja di : Jakarta.   Pendidikan minimal : .
Deskripsi Perusahaan : .

dokumentasikan ulasan lengkap

Mengirim lamaran kerja : Klik disini      Jml Klik = 26.497     Jml.Tampil = 381.751   Kumpulan Cari Karir   Tgl habis publikasi: 22 Juni 2022   Informasi ini ditulis sedari tgl: 22 Mei 2022  

iklan lowongan kerja

Page 17

PT Maha Karya Integra - lowongan utk

Vacancies for : Drafter.
Requirements : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Mailing Address, etc. = PT Maha Karya IntegraApartemen Gading River View, Santa Monica Bay GF-SBK 05 A, Jl. Boulevard Bar. Raya, jakarta utara, DKI Jakarta, 14240, Indonesia.
Job location in : Jakarta.   Minimum education : .
Company Description : .

Apply now : Click here      Tot Clicks = 26,497     Appear = 381,751   Jobs Vacancy Group   Closing date of publication: June 22, 2022   Adverts updated date: May 22, 2022  

job vacancy ad

Page 18

PT Maha Karya Integra - lowongan utk

Vacancies for : Drafter.
Requirements : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Mailing Address, etc. = PT Maha Karya IntegraApartemen Gading River View, Santa Monica Bay GF-SBK 05 A, Jl. Boulevard Bar. Raya, jakarta utara, DKI Jakarta, 14240, Indonesia.
Job location in : Jakarta.   Minimum education : .
Company Description : .

Apply now : Click here      Tot Clicks = 26,497     Appear = 381,751   Jobs Vacancy Group   Closing date of publication: June 22, 2022   Adverts updated date: May 22, 2022  

job vacancy ad

Page 19

PT Maha Karya Integra

Lowongan untuk : Drafter.
Persyaratan : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Lokasi kerja di : Jakarta.   Pendidikan minimal : .
Deskripsi Perusahaan : .

dokumentasikan ulasan lengkap

Mengirim lamaran kerja : Klik disini      Jml Klik = 26.497     Jml.Tampil = 381.751   Kumpulan Cari Karir   Tgl habis publikasi: 22 Juni 2022   Informasi ini ditulis sedari tgl: 22 Mei 2022  

iklan lowongan kerja

Page 20

PT Maha Karya Integra

Lowongan untuk : Drafter.
Persyaratan : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Lokasi kerja di : Jakarta.   Pendidikan minimal : .
Deskripsi Perusahaan : .

dokumentasikan ulasan lengkap

Mengirim lamaran kerja : Klik disini      Jml Klik = 26.497     Jml.Tampil = 381.751   Kumpulan Cari Karir   Tgl habis publikasi: 22 Juni 2022   Informasi ini ditulis sedari tgl: 22 Mei 2022  

iklan lowongan kerja

Page 21

PT Maha Karya Integra

Lowongan untuk : Drafter.
Persyaratan : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Lokasi kerja di : Jakarta.   Pendidikan minimal : .
Deskripsi Perusahaan : .

dokumentasikan ulasan lengkap

Mengirim lamaran kerja : Klik disini      Jml Klik = 26.497     Jml.Tampil = 381.751   Kumpulan Cari Karir   Tgl habis publikasi: 22 Juni 2022   Informasi ini ditulis sedari tgl: 22 Mei 2022  

iklan lowongan kerja

Page 22

PT Maha Karya Integra - lowongan utk

Vacancies for : Drafter.
Requirements : Pengalaman bekerja minimal 1 tahun Memahami dengan baik Autocad 2G dan 3G Menguasai program sketch up / Adobe photoshop Menguasai program MS Office.
Mailing Address, etc. = PT Maha Karya IntegraApartemen Gading River View, Santa Monica Bay GF-SBK 05 A, Jl. Boulevard Bar. Raya, jakarta utara, DKI Jakarta, 14240, Indonesia.
Job location in : Jakarta.   Minimum education : .
Company Description : .

Apply now : Click here      Tot Clicks = 26,497     Appear = 381,751   Jobs Vacancy Group   Closing date of publication: June 22, 2022   Adverts updated date: May 22, 2022  

job vacancy ad

Page 23

Bakso Kampung Qu

This job advertisement is in the form of an image/PDF, to display it ⇴ click here

Apply now : Click here      Tot Clicks = 32,071     Appear = 395,298   Jobs Vacancy   Closing date of publication: June 22, 2022   Updated date: May 22, 2022  

job vacancy ad

Page 24

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


PKE ● SM ➜ STEBI Global Mulia

PKE ● SM ➜ UICM Bandung
PKE ● SM ➜ STIE GEMA - STIE Gema Widya Bangsa

Page 25

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


PKE ● SM ➜ STEBI Global Mulia

PKE ● SM ➜ UICM Bandung
PKE ● SM ➜ STIE GEMA - STIE Gema Widya Bangsa

Page 26

Page ➼

  1  .....   45   46   47   48   49   50
  51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61
  62   63   64   65   66   67   68

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA