Contoh Akses Digital dalam lingkungan belajar


Contoh literasi digital di sekolah - Setiap membuat tulisan terkait dunia literasi, saya selalu bilang bahwa literasi itu cakupannya luas. Bukan hanya literasi baca-tulis saja.

Kalau tidak keliru, pernyataan itu pernah saya sampaikan dalam artikel cara membuat komunitas literasi di kampus.

Bahkan musik juga termasuk dalam kegiatan literasi digital. Sebab banyak contoh kegiatan literasi musik. Misalnya membaca sejarah musik dan menulis lirik lagu.

Semua pasti ada kaitannya dengan membaca dan menulis. Pun dengan literasi digital.

Lantas, apa pengertian literasi digital? Apa saja contoh literasi digital di sekolah? Dan mengapa siswa-siswi wajib mengetahuinya?

Pengertian literasi digital ialah kemampuan atau pengetahuan dalam memanfaatkan sarana digital. Dengan catatan harus secara bijak dan tepat dalam penerapannya sehari-hari.

Literasi yang satu ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh orang-orang yang hidup di masa sekarang. Sebab, ia dipergunakan untuk mengimbangi kemajuan teknologi.

Literasi digital memberikan kebebasan berekspresi bagi penggunanya. Namun, penerapannya harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Sebab, ia mendapat perlindungan dari negara.

Selain itu, lewat literasi digital orang-orang diharapkan semakin produktif dalam menghasilkan karya, seperti membuat jurnal ilmiah, menulis artikel-artikel yang kemudian dibagikan ke internet, hingga pengembangan teknologi.

Mari masuk ke inti pembahasan. Di bawah ini beberapa contoh kegiatan literasi digital yang ada di sekolah. Dan siswa-siswi harus mengetahui contoh penerapan literasi digital ini.

Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu fokus utama siswa-siswi adalah membaca. Mereka diajarkan cara membaca efektif.

Nah oleh karena zaman semakin canggih, dan 90% siswa-siswi sudah memiliki gadget sendiri, maka sebaiknya guru menganjurkan peserta didiknya untuk rutin membaca melalui aplikasi digital.

Apa saja yang harus dibaca?

Entah itu materi pelajaran. Sebab sudah banyak materi pelajaran yang diunggah melalui internet dalam format pdf. Atau, membaca novel. Salah satu aplikasi digital untuk membaca buku atau novel ialah iPusnas.

Dengan melakukan kegiatan membaca melalui aplikasi digital maka pihak sekolah sudah menerapkan salah satu contoh kegiatan literasi digital.

Sejauh ini, ada gebrakan baru di dunia pendidikan yaitu para guru sedang belajar menulis. Apabila seorang guru sudah senang menulis, mungkin kedepannya ia akan mengajak siswa-siswinya untuk belajar menulis.

Bahkan, seandainya guru dan pihak sekolah peka terhadap keadaan zaman sekarang, kini sudah banyak anak SMP & SMA yang sering menulis di platform menulis online, salah satunya di Wattpad.

Ini tinggal diwadahi dan diapresiasi saja melalui kegiatan lomba menulis di sekolah. Siswa-siswi pasti akan ada sedikit ketertarikan terhadap kegiatan menulis.

Ketiga, ini masuk contoh literasi digital dalam pendidikan, yakni sekolah harus menyediakan kelas virtual.

Manfaat adanya kelas virtual yaitu untuk mengantisipasi adanya peristiwa yang terjadi seperti sekarang ini.

Kedepannya, bagi siswa-siswi yang sedang sakit dan tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah, jadi bisa ikut kalau kelas virtual berhasil dibuat.

Cara membuat literasi digital, salah satunya adalah bentuk komunikasi.

Bentuk komunikasi yang seharusnya sering dilakukan oleh warga sekolah adalah mengirim pesan lewat email. Ini merupakan cara terbaik untuk mengenalkan siswa tentang fungsi literasi digital.

Tugas-tugas yang diberikan guru, tidak perlu lagi menggunakan WA sebagai perantara, tetapi email akan lebih profesional saja.

Karena nanti juga setelah siswa-siswi lulus, cara mengirim email perlu diketahui oleh peserta didik, manfaatnya dapat digunakan saat melamar atau sedang bekerja.

Sejauh yang saya amati, OSIS di suatu sekolah banyak yang tidak aktif ngbelog. Sehingga, kegiatan yang mereka buat di sekolahnya seolah tidak ada.

Salah satu pemanfaatan literasi digital justru dari hal-hal yang sederhana saja, yaitu menulis di blog. Dengan membuat blog khusus OSIS, mungkin saja ini akan menjadi kenangan tersendiri setelah masa jabatan mereka selesai.

Dalam hal ini, pembina OSIS perlu memberikan arahan kepada OSIS agar aktif ngeblog.

Banyak sekolah yang sudah membuat website, tetapi tidak dikelola dengan baik. Padahal, website adalah sarana informasi yang tepat ketika calon siswa ingin bersekolah di sekolah yang mereka tuju.

Dengan adanya website, siswa bisa daftar secara online, kan?

Andai kata sebuah sekolah tidak membuat website, ini literasi digitalnya kurang diaplikasikan.

Jika tidak memiliki website, minimal pihak sekolah punya Instagram yang aktif untuk media informasi. Informasi yang diberitakan tentang apa saja. Entah itu eksistensi sekolah, kegiatan sekolah, dan masih banyak lagi.

Sudah tidak punya website lalu Instagram tidak aktif, pemanfaatan literasi digitalnya dilihat dari mana?

Kiranya itu saja 7 contoh literasi digital di dunia pendidikan.

Pertanyaan ini masuk kepada manfaat literasi digital.

Saya ambil beberapa manfaat ini dari hasil penjelasan saya terkait contoh literasi digital di sekolah tadi.

1).  Waktu yang dipakai siswa-siswi untuk mengakses internet dapat digunakan dengan baik

Entah kegiatan membaca, menulis, mencari informasi sekolah di internet, dan lain sebagainya tidak terbuang cuma-cuma. Mereka (peserta didik) terlihat sedang belajar meski menghabiskan waktu 5 jam dalam sehari.

2). Memperluas jaringan belajar

Dalam kasus email tadi, setidaknya peserta didik sudah memperluas jaringan belajar. Secara tidak langsung, mereka belajar cara mengirim email. Pun dengan adanya kelas virtual, mereka jadi tahu fitur-fitur dari aplikasi Zoom misalnya, dan masih banyak lagi.

3) Memperkaya keterampilan

Apa maksud manfaat ketiga ini? Ya, mereka akan memperkaya keterampilan saat menulis cerita di Wattpad, membaca di iPusnas, aktif mengelola Instagram OSIS, dan lain-lain.

***

Barangkali itu lah 7 contoh literasi digital di sekolah yang wajib siswa-siswi ketahui.

Semoga bermanfaat!

BACA JUGA: 5 Cara Menumbuhkan Literasi Musik pada Peserta Didik Melalui Peran Guru di Sekolah

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 6 are not shown in this preview.


  1. Pengertian Kewargaan Digital
  2. Warga digital adalah orang yang sadar tentang hal yang baik dan hal yang kurang / tidak baik, menunjukkan kecerdasan perilaku teknologi, dan membuat pilihan yang tepat ketika menggunakan teknologi. Contohnya bermain facebook, menulis blog, mencari informasi di forum, dan lain-lain. Sedangkan kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar.
  3. Komponen Kewargaan Digital
  4. Kewargaan digital dapat dibagi menjadi 9 komponen, yang dikategorikan menjadi 3 berdasarkan pemanfaatannya.
    1. Lingkungan belajar dan akademis
      • Komponen 1 : Akses Digital
      • Belajar menghargai hak setiap orang untuk memiliki akses ke teknologi informaasi, serta berjuang untuk mencapai kesetaraan hak dan ketersediaan fasilitas untuk mengakses teknologi informasi merupakan dasar dari kewargaan digital. Keterasingan komunitas secara digital mengakibatkan sulitnya perkembangan suatu lingkungan dikarenakan terbatasnya informasi dari masyarakat dan komunitas dari daerah lain yang telah memanfaatkan teknologi informasi. Seiring berkembangnya teknologi, akses digital juga semakin mudah diperoleh, sehingga tantangan terbesar selanjutnya adalah pembiasaan terhadap pemanfaatan teknologi itu sendiri.
      • Komponen 2 : Komunikasi Digital
      • Perkembangan teknologi digital telah mengubah sikap seseorang dalam berkomunikasi. Berbagai bentuk komunikasi digital telah tersedia, seperti e-mail, sms, chatting, forum, dan berbagai bentuk lainnya, memungkinkan setiap individu untuk terus dapat terhubung dengan individu lainnya. Setiap warga digital diharapkan dapat mengetahui berbagai jenis komunikasi menggunakan media digital dan juga dapat memilih jenis komunikasi yang tepat sesuai kebutuhannya.
      • Komponen 3 : Literasi Digital
      • Literasi digital merupakan proses belajar mengajar mengenai teknologi dan pemanfaatan teknologi. Sebagai contoh adalah edmodo.com, selain bisa mempelajarinya kita juga bisa memanfaatkannya sebagai kelas maya.
    2. Lingkungan Sekolah dan Tingkah Laku
      • Komponen 4 : Hak Digital
      • Setiap warga digital memiliki hak atas privasi, kebebasan berbicara, dll. Dengan adanya hak tersebut, setiap warga digital harus ikut membantu pemanfaatan teknologi secara benar, mengikuti tata krama yang berlaku, baik yang tersirat maupun tersurat. Contoh nyatanya adalah: tidak melakukan pembajakan konten, tidak menyebarkan informasi palsu, tidak memancing emosi pengguna teknologi informasi lainnya.
      • Komponen 5 : Etiket Digital
      • Etiket digital dibuat dengan tujuan untuk menjaga perasaan dan kenyamanan pengguna lainnya. Kita juga harus mengajarkan setiap pengguna teknologi digital untuk bertanggung jawab dalam pemanfaatan teknologi.
      • Komponen 6 : Keamanan Digital
      • Kita harus membangun keamanan agar terhindar dari pencurian karya kita. Membangun keamanan dapat dilakukan seperti meng-install antivirus, firewall, mem-backup data, dan menjaga data sensitif seperti username dan password, nomor kartu kredit, dll. Sebagai warga digital, kita harus berhati-hati dan menjaga informasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
    3. Kehidupan Anda di Luar Sekolah

      • Komponen 7 : Hukum Digital
      • Hukum digital mengatur etiket penggunaan teknologi dalam masyarakat. Warga digital dilarang melarang hokum tersebut, sebagai contoh : meretas informasi atau website, mengunduh musik ilegal, plagiarisme, membuat virus, mengirim-kan spam, ataupun mencuri identitas orang lain. Terdapat 5 aspek hokum digital di Indonesia, yaitu : - Aspek hak cipta - Aspek merek dagang - Aspek fitnah dan pencemaran nama baik - Aspek privasi - Aspek yurisdiksi dalam ruang siber
      • Komponen 8 : Transaksi Digital
      • Transaksi digital adalah proses jual beli yang dilakukan di dunia maya (secara daring). Berbagai situs jual-beli lokal dapat dengan mudah diakses oleh penjual dan pembeli, seperti tokobagus.com, kaskus.co.id, berniaga.com, dan berbagai toko daring lainnya. Dalam jual beli daring, penjual dan pembeli perlu menyadari resiko dan keuntungan yang didapat dari jual beli daring, mulai dari resiko penipuan, perbedaan barang yang dikirim, lama pengiriman, hingga legalitas barang yang diperjualbelikan. Warga digital perlu mengetahui bagaimana menjadi pembeli maupun penjual daring yang baik.
      • Komponen 9 : Kesehatan Digital
      • Di balik manfaat teknologi digital, terdapat beberapa ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan, seperti kesehatan fisik dan kesehatan mental. Untuk mencegahnya, pengguna perlu menyadari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh teknologi digital.
  5. THINK
  6. Untuk menyederhanakan 9 komponen di atas, Anda dapat menggunakan konsep “T.H.I.N.K.” yang merupakan akronim dari :
    • Is it True (benarkah)?
    • Benarkah postingan anda? Atau hanya isu yang tidak jelas sumbernya?
    • Is it Hurtfull (menyakitkankah)?
    • Apakah postingan anda akan menyakiti perasaan orang lain?
    • Is it Illegal?
    • Ilegal kah postingan anda?
    • Is it Necessary (Pentingkah)?
    • Pentingkah post Anda? Post yang tidak penting akan mengganggu orang lain.
    • Is it Kind (Santunkah)?
    • Santunkah post Anda? Tidakmenggunakan kata-kata yang dapat menyinggung orang lain?

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA