Berikut ini sarana penyebaran Islam yang jarang digunakan

Masuk dan berkembanganya Islam ke Nusantara, pada dasarnya disampaikan dengan cara yang damai dan menerapkan pendekatan kebudayaan, dalam arti tidak serta merta menghilangkan segala unsur tradisi Pra Islam yang telah berkembang jauh sebelumnya. Akibatnya, pada proses penyebaran Islam, berkembang corak-corak kebudayaan yang akulturatif sehingga membuat masyarakat menjadi tertarik dengan keyakinan itu. Adapun beberapa cara yang digunakan dalam proses penyebaran Islam di Nusantara: (1) perdagangan, (2) perkawinan, (3) pendidikan, (4) tasawuf, dan (5) kesenian. 

Jadi, jawaban yang tepat adalah E.

kak tolong jawab nanti aku follow ​

Dahulu mayoritas nelayan di Kampung Pesisir menjual ikan hasil tangkapan secara langsung di pasar. Saat ini para nelayan mengolah hasil tangkapan menj … adi berbagai produk makanan seperti abon, keripik, dan bakso ikan. Masuknya listrik dan jaringan internet di Kampung Pesisir memudahkan nelayan menjual produk olahan ikan melalui media social. Para nelayan juga mencari informasi terkait strategi penjualan olahan ikan melalui media elektronik seperti televise. radio. dan internet. Dari wacana diatas, jelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan social di Kampung Pesisir! masyarakat. Pernyataan tersebut benar atau salah?​

penting untuk mengetahui jenis sejarah asal usul keluarga​

Laut yang berada di sebelah selatan pulau tersebut adalah? ​

apa saja yang digunakan untuk menggambar ragam hias​

Masuk dan berkembanganya Islam ke Nusantara, pada dasarnya disampaikan dengan cara yang damai dan menerapkan pendekatan kebudayaan, dalam arti tidak serta merta menghilangkan segala unsur tradisi Pra Islam yang telah berkembang jauh sebelumnya. Akibatnya, pada proses penyebaran Islam, berkembang corak-corak kebudayaan yang akulturatif sehingga membuat masyarakat menjadi tertarik dengan keyakinan itu. Adapun beberapa cara yang digunakan dalam proses penyebaran Islam di Nusantara: [1] perdagangan, [2] perkawinan, [3] pendidikan, [4] tasawuf, dan [5] kesenian. 

Jadi, jawaban yang tepat adalah E.

Lihat Foto

DEMAKKAB.GO.ID

Masjid Agung Demak.

KOMPAS.com - Besarnya Islam di Pulau Jawa hari ini tidak terlepas dari peranan wali songo.

Para sunan atau disebut walisongo memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa.

Dalam penyebaran Islam, mereka menggunakan berbagai cara, yakni kebudayaan, kesenian dan pendidikan.

Hal-hal ini membuat Islam diminati dan berkembang di Pulau Jawa.

Peran walisongo

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [kemendikbud], walisongo diartikan sebagai sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Walisongo mulai hadir di abad ke0-15, tepatnya ketika Sunan Gresik mendirikan majelis dakwah pada 1404.

Wali bukanlah nama, melainkan sebutan julukan yang mengadung perlambang suatu dewan para wali. Angka Sembilan sebelum islam berkembang dianggap angka keramat.

Peran walisongo dan ulama sengaja untuk berdakwah, mengajar, dan mendirikan pesantren. Melalui pendidikan, proses penyebaran Islam lebih cepat dan berhasil.

Datang utusan dari berbagai daerah untuk belajar di sekolah atau pesantren di Pulau Jawa. Setelah selesai pendidikannya, mereka kembali ke daerah asal atau daerah lain untuk menyebarkan agama Islam.

Contoh seperti yang dilakukan oleh pesantren Sunan Drajat yang masih aktif hingga hari ini. Pesantren itu telah melahirkan banyak pendakwah yang menyebarkan Islam ke berbagai pelosok Jawa bahkan Nusantara.

TRIBUNNEWS.COM -  Berikut ini cara penyebaran agama Islam di Indonesia, mulai dari perdagangan, perkawinan, kesenian, hingga Tasawuf.

Perkembangan agama Islam di Indonesia tidak terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu proses penyebaran agama secara damai, responsif, dan proaktif.

Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan mulai dari perdagangan, perkawinan, kesenian, hingga Tasawuf.

Baca juga: Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Islam dari Bidang Politik hingga Aristektur

Baca juga: Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia Menurut Pendapat Para Ahli Sejarah

Mengutip dari Buku Modul pembelajaran SMA Sejarah Indonesia kelas X yang disusun oleh Mariana, M.Pd, berikut ini 6 cara penyebaran agama Islam di Indonesia.

1. Perdagangan

Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam tahap Islamisasi, yang diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M dan  melibatkan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India.

Menurut Thome Pires, sekitar abad ke-7 sampai abad ke-16 lalu lintas perdagangan yang melalui Indonesia sangat ramai.

Dalam agama Islam siapapun bisa sebagai penyebar Islam, sehingga hal ini menguntungkan karena mereka melakukannya sambil berdagang.

Pada saluran ini hampir semua kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai menengah ke bawah.

Proses ini dipercepat dengan runtuhnya kerajan-kerajaan Hindhu-Budha.

2. Perkawinan

Tahap perkawinan merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan.

Para pedagang yang datang lama-kelamaan menetap dan terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan.

Tahap selanjutnya, para pedagang yang menetap ada yang membentuk keluarga dengan penduduk setempat dengan cara menikah, misalnya Raden Rahmat [Sunan Ampel] dengan Nyai Manila.

Mengingat pernikahan Islam dengan agama lain tidak sah, maka penduduk lokal yang akan dinikahi harus memeluk Islam terlebih dahulu.

Penyebaran agama Islam dengan saluran ini berjalan lancar mengingat akan adanya keluarga muslim yang menghasilkan keturunan-keturunan muslim dan mengundang ketertarikan penduduk lain untuk memeluk agama Islam.

Dalam beberapa babad diceritakan adanya proses ini, antara lain :

a. Maulana Ishak menikahi Putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri

b. Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati

c. Babad Tuban menceritakan perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman

3. Pendidikan

Para ulama, kiai, dan guru agama berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam.

Para tokoh ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santri-santrinya.

Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengah masyarakat.

Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren Sunan Giri di Giri.

Pada saat itu, terdapat berbagai kiai dan ulama yang dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan.

Masuk dan berkembanganya Islam ke Nusantara, pada dasarnya disampaikan dengan cara yang damai dan menerapkan pendekatan kebudayaan, dalam arti tidak serta merta menghilangkan segala unsur tradisi Pra Islam yang telah berkembang jauh sebelumnya. Akibatnya, pada proses penyebaran Islam, berkembang corak-corak kebudayaan yang akulturatif sehingga membuat masyarakat menjadi tertarik dengan keyakinan itu. Adapun beberapa cara yang digunakan dalam proses penyebaran Islam di Nusantara: [1] perdagangan, [2] perkawinan, [3] pendidikan, [4] tasawuf, dan [5] kesenian. 

Jadi, jawaban yang tepat adalah E.

a. Melalui Pedagang GujaratPendapat ini berdasarkan bukti dari kesaksian Marcopolo yang pernah berkunjung ke Perlak tahun 1292 M, ia menyaksikan banyak pedagang Gujarat yang menyiarkan agama Islam dan didukung oleh adanya batu nisan makam Sultan Malik Al-Saleh yang didatangkan dari Gujarat.

b. Melalui Pedagang Persia

Pendapat ini berdasarkan bukti di Persia ada suku Laren dan Jawi, kemudian kedua suku ini mengajarkan huruf dan bahasa Arab di Pulau Jawa dengan huruf Pagon. Pendapat ini didukung oleh Husein Djayadiningrat. Kesamaan lainnya adalah peringatan 10 Muharram sebagai peringatanmeninggalnya Husein di Karbala, cucu Nabi Muhammad saw. Di Indonesia peringatan ini juga dilaksanakan di Aceh dan Minangkabau.

c. Melalui Pedagang Arab atau Mesir

Pendapat ini dikemukakan oleh Hamka. Berdasarkan bukti raja-raja Samudera Pasai menganut mazhab Syafei. Penganut mazhab ini banyak di negara Mesir dan kota Makkah Arab Saudi. Bila oleh orang Persia, tentu banyak orang Indonesia bermazhab Syiah seperti di Persia. Gelar Malik Al– Saleh raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah gelar dari Mesir.

d. Melalui Perkawinan

Dipandang status sosial dan ekonomi, pedagang muslim mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang lebih baik sehingga penduduk pribumi tertarik kepada pedagang muslim sehingga terjadilah perkawinan. Para keluarga muslim turut mempercepat proses berkembangnya agama Islam. Seperti perkawinan Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan putri Kawungaten dan Pangeran Brawijaya dengan putri Jeumpa dari Pasai Aceh yang melahirkan Raden Patah pendiri Kerajaan Islam Demak.

e. Melalui Pendidikan

Para wali mendirikan pesantren yang mendidik santri. Bila telah selesai belajar di pesantren, para santri kembali berdakwah menyebarkan agama Islam. Seperti pesantren yang didirikanoleh Sunan Ampel di Denta dekat Surabaya, Sunan Giri mendirikan pesantren di Giri.

f. Melalui Ajaran Tasawuf

Dengan tasawuf, agama Islam diajarkan kepada penduduk disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat sehingga mudah diterima dan dimengerti. Seperti yang dilakukan oleh HamzahFansuri, Sunan Panggung, dan Syeh Siti Jenar.

g. Melalui Kesenian

Memakai kesenian yang disenangi oleh masyarakat sehingga agama Islam mudah diterima. Seni wayang, seni gamelan, seni sastra, seni bangunan, dan seni ukir, adalah media kesenian yang sering dipakai dalam penyebaran Agama Islam. Sunan Kalijaga menggunakan seni wayang dalam penyebaran Islam dan seni gamelan seperti adanya acara sekaten di Solo dan Jogyakarta.

h. Melalui saluran penguasa politik

Seorang raja masuk agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam proses berkembangnya Islam, kemudian rakyatnya juga masuk Islam. Demi kepentingan politik, kerajaan Islam memerangi kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis akan menarik penduduk kerajaan non-Islam masuk Islam.

Sarana-sarana penyebaran agama Islam di Indonesia, antara lain adalah: 4.5 5 om Friday, 21 March 2014 a. Melalui Pedagang Gujarat Pendapat ini berdasarkan bukti dari kesaksian Marcopolo yang pernah berkunjung ke Perlak tahun 1292 M, ia menyak...

tirto.id - Sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara terjadi melalui proses yang panjang serta secara bertahap. Selain beberapa teori dengan ragam versinya terkait masuknya ajaran Islam, ada pula 6 jenis saluran Islamisasi di Indonesia, apa saja?

Sebelum ajaran Islam masuk dan berkembang di Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara memeluk agama Hindu, Buddha, atau aliran kepercayaan. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha pun banyak bermunculan di Nusantara, beberapa yang terbesar seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

Kerajaan bercorak Islam pertama di Nusantara adalah Kesultanan Samudera Pasai di Aceh yang muncul sejak abad ke-13 Masehi. Sedangkan kerajaan Islam di Jawa yang kemudian menggeser kedudukan Majapahit adalah Kesultanan Demak yang berdiri pada akhir abad ke-15 M seiring dengan hadirnya Wali Songo sebagai perintis syiar Islam di Jawa.

Baca juga:

  • Nama-Nama Asli Wali Songo: Strategi Dakwah & Wilayah Persebarannya
  • Daftar Silsilah Raja Majapahit: Sejarah Awal Kerajaan Hingga Runtuh
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Proses dan Jenis 6 Saluran Islamisasi di Jawa

Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara dengan cara-cara damai. Para Wali Songo bahkan menyebarkan ajaran Islam dengan menyesuaikan diri terhadap budaya yang sudah ada sebelumnya.

Dengan cara-cara seperti itu, agama Islam pun dapat diterima oleh masyarakat Nusantara. Berikut ini 6 saluran Islamisasi di Indonesia seperti dikutip dari modul Sejarah Indonesia: Islam Nusantara [2017] terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta beberapa referensi lainnya:

1. Saluran Perdagangan

Proses penyebaran Islam di Nusantara pertama kali melalui saluran perdagangan. Pada abad ke-7 hingga abad ke-16 M, kaum saudagar muslim dari berbagai belahan dunia seperti Arab, Persia [Iran], India, bahkan Cina, singgah di berbagai pelabuhan di Nusantara untuk melakukan transaksi perdagangan.

Relasi niaga ini kemudian memunculkan interaksi antara para pedagang asing yang beragama Islam itu dengan orang-orang Nusantara di berbagai tempat yang disinggahi. Tidak sedikit para saudagar muslim itu yang menetap di daerah-daerah pesisir di Nusantara.

Lambat-laun, tempat yang mereka tinggali berkembang menjadi perkampungan muslim. Interaksi yang sering muncul saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Pengaruh ini membuat pergeseran dalam sistem kehidupan bermasyarakat di Nusantara, termasuk dalam hal kepercayaan.

Baca juga:

  • Sejarah Proses Masuknya Islam ke Indonesia Berdasar Teori Gujarat
  • Teori Sejarah Masuknya Islam dari Mekah dan Tokoh Pendukungnya
  • Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia Beserta Tokohnya

2. Saluran Pernikahan

Bermukimnya para pedagang muslim di beberapa wilayah di Nusantara menimbulkan interaksi dengan masyarakat setempat. Banyak orang asing tersebut yang kemudian menikah dengan perempuan asli Nusantara yang kemudian menjadi salah satu saluran Islamisasi, yakni melalui pernikahan.

Pernikahan antara orang asing beragama Islam dengan pribumi juga terjadi di kalangan bangsawan atau istana yang membuat penyebaran Islam semakin masif dan efektif.

Saluran Islamisasi melalui pernikahan menjadi akar yang kuat untuk membentuk masyarakat muslim. Inti dari masyarakat adalah keluarga. Setelah memiliki keturunan, maka persebaran Islam semakin meluas.

Baca juga:

  • Akulturasi dan Asimilasi; Pengertian, Perbedaan & Contoh
  • Contoh Asimilasi dan Akulturasi di Indonesia Beserta Penjelasannya
  • Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat Nusantara dengan Ajaran Islam

3. Saluran Tasawuf

Saluran Islamisasi di Nusantara berikutnya adalah melalui tasawuf. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Para pendakwah Islam di Indonesia mengajarkan tasawuf kepada masyarakat dengan cara yang mudah dimengerti dan disesuaikan dengan tradisi yang sudah ada sebelumnya. Cara ini membuat proses Islamisasi di Nusantara dapat berjalan dengan baik dan efektif.

Baca juga:

  • Apa Saja Contoh Akulturasi Budaya Tionghoa dan Indonesia?
  • Mengenal Teori Arus Balik, Sejarah, dan Tokoh Pencetusnya
  • Apa Saja Unsur-unsur yang Terjadi dalam Proses Akulturasi?

4. Saluran Pendidikan

Kaum wali, ulama, ustaz, syekh, guru agama, tokoh masyarakat, hingga para pemimpin muslim memiliki peran besar dalam persebaran Islam di Nusantara. Mereka menyebarkan islam dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai tempat untuk memperdalam ajaran Islam.

Murid atau santri yang telah mempelajari ilmu agama dan kemudian keluar dari pesantren untuk menyebarluaskan ajaran Islam di tempat-tempat lain, atau mendirikan pesantren sendiri sehingga semakin memperluas proses Islamisasi di Indonesia.

Baca juga:

  • Sejarah Hidup Sunan Kalijaga: Dakwah Wali Songo Mantan Bromocorah
  • Sejarah Hidup Sunan Muria: Wali Songo Termuda, Putra Sunan Kalijaga
  • Sejarah Hidup Sunan Giri: Lahir, Nasab, & Ajaran Dakwah Wali Songo

5. Saluran Kesenian

Seni dan budaya juga bisa menjadi saluran Islamisasi yang efektif. Ajaran Islam dipadukan dengan berbagai jenis seni yang sudah ada sebelumnya, seperti seni musik, seni tari, seni pahat, seni bangunan, seni ukir, seni pertunjukan, seni sastra, dan lain sebagainya.

Di bidang seni pertunjukan, misalnya, pertunjukan wayang disisipi dengan cerita-cerita atau tokoh-tokoh dalam ajaran Islam. Begitu pula dengan seni musik. Beberapa wali sengaja menggubah tembang atau lagu dalam bahasa Jawa yang berisi tentang ajaran Islam. Penggunaan gamelan juga demikian untuk menarik masyarakat.

Dalam sektor seni bangunan bisa dilihat dari Masjid Menara Kudus yang menampilkan akulturasi antara corak bangunan Hindu dengan Islam, juga masjid-masjid lain atau bangunan lainnya di Nusantara.

Baca juga:

  • Sejarah Masjid Agung Kasepuhan Cirebon & Ragam Arsitekturnya
  • Masjid Menara Kudus: Sejarah, Pendiri, & Ciri Khas Arsitektur
  • Sejarah Masjid Gedhe Kauman: Simbol Akulturasi Kraton Yogyakarta

6. Saluran Politik

Pengaruh raja dalam persebaran Islam di Nusantara sangat besar. Jika seorang raja sudah memeluk agama Islam, maka warga istana dan rakyat di wilayah kerajaan itu akan berbondong-bondong turut masuk Islam.

Salah satu contohnya adalah Kesultanan Demak. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, adalah pangeran dari Majapahit. Raden Patah berguru kepada Wali Songo dan kemudian masuk Islam hingga akhirnya mendirikan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.

Berdirinya Kesultanan Demak dengan Raden Patah sebagai rajanya yang telah masuk Islam kemudian berbondong-bondong diikuti oleh sebagian besar rakyatnya. Kehadiran Kesultanan Demak pada akhirnya meruntuhkan Kerajaan Majapahit dan semakin banyak orang yang memeluk Islam.

Baca juga:

  • Sejarah Raden Patah: Putra Majapahit Pendiri Kerajaan Islam Demak
  • Sejarah Majapahit: Penyebab Runtuhnya Kerajaan & Daftar Raja-Raja
  • Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak: Penyebab dan Latar Belakang

Baca juga artikel terkait SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA atau tulisan menarik lainnya Yunita Dewi
[tirto.id - ynt/isw]

Penulis: Yunita Dewi Editor: Iswara N Raditya Kontributor: Yunita Dewi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan