Bagian sistem pernapasan tubuh yang rusak pada penderita penyakit pneumonia adalah

Tumbuhan paku tanduk rusa yang menempel pada sautu pohon menunjukkan interaksi ....

Suatu organisme memiliki genotipe rrbb. huruf r,r,b atau b disebut sebagai

apa berbedaan h1n2 dengan h5n1 dan flu biasa​

Persebarannya meliputi kawasan eropa-asia dan amerika utara merupakan bioma ...

pada tanaman kayu yang sudah tua terdapat kambium gabus yang menggantikan fungsi jaringan primer. Aktivitas kambium gabus melakukan pertukaran melewat … i celah titik bentuk dari jaringan gabus pada batang yang sudah tua dinamakan...​

5. Kambing berbulu hitam halus (HHkk) disilangkan dengan kambing berbulu putih kasar (hhKK). Keturunan pertamanya memiliki bulu hitam kasar. Jika ketu … runan pertama disilangkan sesamanya dan memiliki keturunan 80 ekor, tentukan kemungkinan jumlah F₂ yang berbulu hitam halus! Jawab:​

salah satu teknologi informasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi pada zaman dahulu adalah​

tolong batu kakak Besok di kumpulin​

Jenis interaksi yang menguntungkan salah satu populasi adalah...

Interaksi antar-individu sejenis yang paling dominan dalam memperoleh makanan adalah...

KOMPAS.com - Penyakit pneumonia ramai dibahas beberapa pekan terakhir setelah ada wabah pneumonia jenis baru di Wuhan, China.

Pneumonia sendiri telah menyebabkan kematian lebih dari 800.000 balita setiap tahun, atau lebih dari 2.000 kasus per hari.

Sekitar 80 persen kematian akibat pneumonia pada anak terjadi pada kelompok usia kurang dari dua tahun dan kasus tersebut paling banyak terjadi di negara berkembang seperti di wilayah Asia Tenggara dan Afrika.

Di Indonesia, pada 2018 terdapat 19.000 balita yang meninggal akibat pneumonia. Artinya lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia.

Bahkan pneumonia disebutkan menjadi penyebab kematian bayi dan balita nomor satu di Indonesia.

Baca juga: Mengenal Virus Corona atau Pneumonia Wuhan yang Sedang Mewabah

Apa itu pneumonia?

Ketua UKK Respirologi, DR Dr Nastiti Kaswandani SpA(K), mengatakan bahwa pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.

"Dalam anatomi sistem respiratorik atau saluran pernapasan itu, gangguan bisa terjadi di hidung, sinus, bronkus, bronkiolus dan lainnya. Nah, pneumonia itu sendiri terjadi atau menggangu bagian saluran pernapasan yaitu alveolus," kata Nastiti dalam acara bertajuk Stop Pneumonia! Beraksi Sekarang di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Lebih lanjut lagi, dijelaskan Nastiti bahwa Alveolus itu adalah bagian paling bawah dari saluran pernapasan di dalam paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen.

Pada saat terjadinya masalah dan gangguan bakteri, virus, ataupun jamur di alveolus, maka fungsi paru akan terhambat.

"Nah, saluran pernapasan ini kalau pada bayi atau balita masih pendek, jadi itu bakteri atau kumannya bisa dengan cepat sekali masuk dan mengganggu di alveolus," jelasnya.

Pada saat yang sama juga, diameter saluran paru pada bayi atau balita juga masih kecil dan tidak seperti orang dewasa; sehingga saat terjadi gangguan, bayi dan balita akan sangat mudah mengalami gejala sesak napas yang bervariasi dan berlebihan, dan buruknya berujung pada kematian.

Bakteri penyebab pneumonia yang paling sering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza tipe B).

Sementara itu, virus penyebab pneumonia tersering yaitu respiratory syncytial virus (RSV), selain virus influenza, rhinovirus, dan virus campak (morbili) yang dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Pneumonia di Indonesia

Sementara itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan, pneumonia tidak hanya menyerang balita. Siapa saja dapat terserang penyakit yang mengganggu pernapasan ini. Mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut.

Pneumonia dibagi menjadi tiga, yakni:

  • Community Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas
  • Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
  • Ventilator Associated Pneumonia (VAP).

Ketiga jenis pneumonia ini dibedakan berdasarkan darimana sumber infeksi.

Pneumonia yang sering terjadi dan dapat bersifat serius bahkan kematian yaitu pneumonia komunitas.

Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang. Pneumonia menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya.

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2 persen sedangkan tahun 2013 adalah 1,8 persen.

Berdasarkan data Kemenkes 2014, jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada 2013 berkisar antara 23 sampai 27 persen. Dari angka itu, kematian akibat pneumonia sebesar 1,19 persen.

Tahun 2010, pneumonia di Indonesia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan crude fatality rate (CFR) atau angka kematian penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus adalah 7,6 persen.

Meski dapat menyerang siapa saja, bayi dan anak berusia dua tahun berisiko tinggi tertular pneumonia. Ini karena sistem kekebalan tubuh anak belum berkembang sepenuhnya.

Selain itu, mereka yang berusia di atas 65 tahun juga memiliki risiko tinggi tertular pneumonia karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang kurang mampu melawan infeksi.

Gejala

Dilansir lung.org, seseorang yang mengidap pneumonia akan membuat oksigen yang dihirup sulit masuk ke aliran darah.

Hal ini menyebabkan beberapa gejala muncul, dari level ringan hingga berat.

Nastiti menyampaikan, sebelum terjadi pneumonia, biasanya pasien mengalami selesma dengan gejala batuk, pilek, dan demam. Dengan mengalami tanda-tanda seperti peningkatan laju napas, hingga terjadi sesak napas semakin berat.

Penyebaran pneumonia sering terjadi lewat batuk, bersin, sentuhan.

Namun, mereka yang tidak menunjukkan gejala di atas juga dapat menyebarkan pneumonia.

Faktor risiko

Puluhan ribu orang meninggal akibat pneumonia setiap tahun.

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, penyalahgunaan narkoba, dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko pneumonia.

Selain kebiasaan, paparan bahan kimia tertentu seperti polutan atau asap beracun, termasuk paparan asap rokok juga turut menjadi faktor risiko.

Faktor lainnya adalah risiko kondisi medis.

Baca juga: Pneumonia Bisa Dicegah, Ini Daftar Vaksinnya

Menurut lung.org, faktor kondisi medis antara lain:

  • Penyakit paru-paru kronis seperti COPD, bronkiektasis, atau fibrosis kistik.
  • Penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit sel sabit.
  • Sistem kekebalan yang melemah karena HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan steroid jangka panjang.
  • Kesulitan menelan karena stroke, demensia, penyakit Parkinson atau kondisi neurologis lain yang dapat mengakibatkan aspirasi makanan, muntah, atau air liur ke dalam paru-paru yang kemudian menjadi terinfeksi.
  • Infeksi pernapasan virus, seperti pilek, radang tenggorokan, influenza, dan lainnya.
  • Rawat inap, terutama saat dalam perawatan intensif dan menggunakan ventilator.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

“Pneumonia adalah peradangan pada organ paru-paru. Gejalanya dapat berupa batuk berdahak, demam, menggigil dan sesak napas.”

Halodoc, Jakarta - Mau tahu betapa seriusnya kasus pneumonia yang terjadi secara global? Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia penyebab 15 persen dari semua kematian anak di bawah 5 tahun. Pada 2007 penyakit ini setidaknya menewaskan 800 ribu anak. Tuh, bikin khawatirkan? Dengan kata lain, sekitar 2.190 balita meninggal perharinya akibat terinfeksi pneumonia

Sayangnya, masih banyak orang yang menggap remeh penyakit ini. Padahal, dampak pneumonia diam-diam bisa membunuh pengidapnya. Penyebab dianggap remeh gegara kekeliruan. Penyakit ini sering dianggap biasa seperti influenza, sehingga bahaya dari pneumonia sering dipandang sebelah mata.

Para ahli lazim menyederhanakan penyakit ini sebagai infeksi saluran paru-paru. Biang keladinya adalah bakteri yang bisa beragam, tetapi yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Streptococus pneumoniate.

Pertanyaannya, apa yang akan terjadi pada tubuh ketika terinfeksi penyakit ini?

Alami Berbagai Keluhan

Berbicara pneumonia sama halnya membicarakan banyak hal. Ketika seseorang terinfeksi penyakit ini, maka dirinya akan mengalami beragam keluhan. Nah, berikut yang akan terjadi pada tubuh ketika terserang pneumonia, menurut ahli di National Institutes of Health - Medlineplus.

  • Mengalami demam tinggi.
  • Menggigil kedinginan.
  • Batuk dengan dahak yang tidak membaik atau semakin buruk.
  • Kembangkan sesak napas dengan aktivitas normal sehari-hari.
  • Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
  • Tiba-tiba merasa lebih sakit setelah pilek atau flu.

Selain itu, ada gejala atau dampak pneumonia yang cukup jarang terjadi, tetapi tetap bisa muncul, contohnya:

  •  Sakit kepala.
  •  Lemas dan lelah.
  •  Mual dan muntah.
  •  Batuk disertai darah.

Berapa gejala di atas bisa terjadi pada orang yang mengidap pneumonia dan akan berlangsung sekitar 24–48 jam. Namun, hal ini juga bergantung dengan kondisi masing-masing individu.

Bagaimana pada Si Kecil?

Hal yang perlu di tegaskan, gejala pneumonia amat bervariasi. Hal ini dipengaruhi berdasarkan tingkat keparahannya. Enggak cuma itu, keragaman gejala pneumonia juga dipengaruhi oleh jenis bakteri pemicu infeksi, usia, dan kondisi kesehatan pengidap. Bagaimana dengan gejala pada Si Kecil?

Gejala pneumonia pada anak di bawah usia lima tahun, bisa membuatnya mengalami sesak napas yang cepat dan tidak teratur. Sedangkan pada bayi, mereka bisa saja mengalami muntah-muntah, lemah, tidak berenergi, dan sulit makan serta minum.

Selain itu, berikut ini gejala yang bisa muncul ketika pneumonia menyerang Si Kecil:

  1.  Batuk.
  2. Mengi atau napas berbunyi.
  3. Hidung tersumbat.
  4. Sulit beristirahat.
  5. Bagian perut terasa sakit.
  6. Bagian dada terasa nyeri.
  7. Mengigil.
  8. Nafsu makan menurun.
  9. Pucat dan lesu.
  10. Pada kasus yang parah, warna bibir dan kuku jari bisa berubah menjadi kebiruan atau abu-abu.

Bukan Cuma Balita

Di Indonesia, penyakit pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Infeksi yang memicu inflasi pada kantong-kantong udara itu, bisa terjadi di salah satu atau kedua paru-paru. Imbasnya, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.

Ingat, meski kebanyakan penyakit ini menyerang balita, tetapi semua orang bisa mengidap penyakit ini. Nah, berikut ini kategori yang rentan terhadap penyakit ini:

  • Lansia di atas 65 tahun.
  • Pasien di rumah sakit, terutama mereka yang menggunakan ventilator.
  • Pengidap penyakit kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis.
  • Perokok aktif dan pasif.
  • Mereka yang mengidap sistem imun yang rendah. Misalnya, pengidap penyakit autoimun atau orang yang sedang menjalankan kemoterapi.

Bisa karena Virus dan Jamur

Untuk kasus di negara kita, bakteri Streptococus pneumoniate merupakan penyebab pneumonia yang paling sering terjadi. Akan tetapi, sebenarnya penyebab pneumonia bukan cuma bakteri saja.

Nah, berikut ini beberapa penyebab lainnya:

  • Mikroplasma merupakan organisme, tetapi bukan termasuk virus atau bakteri. Ia memiiki ciri yang menyerupai keduanya.
  • Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
  • Virus, seperti virus influenza. Pneumonia virus memiliki gejala yang lebih ringan ketimbang pneumonia bakteri.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call kapan dan di mana saja, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
US National Library of Medicine National Institutes of Health - Medlineplus. Diakses pada 2022. Pneumonia.
WHO. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Kemenkes - Sehat Negeriku! Diakses pada 2022. Indonesia Tegaskan Komitmen Pencegahan Pneumonia di Forum Internasional.