Bagaimana watak sang raja dalam cerita asal-usul gunung tampomas

INISUMEDANG.COMGunung Tampomas terletak di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Sebelum bernama Gunung Tampomas, Gunung tersebut bernama Gunung Gede.

Berdasarkan cerita rakyat Jawa Barat pula, jika di masa Kerajaan Sumedang Larang, Gunung Tampomas sempat mengalami erupsi.

Sehingga, untuk menghentikan erupsi tersebut, Raja Sumedang Larang kala itu harus melemparkan Keris Emas ke dalam kawah Gunung Gede sehingga namanya diubah menjadi Gunung Tampomas.

Dilansir IniSumedang.Com dari berbagai sumber berikut adalah kisah atau Legenda Gunung Tampomas Sumedang.

Kala Kerajaan Sumedang Larang dipimpin oleh seorang Raja muda yang bijaksana. Kerajaan Sumedang Larang memiliki alam yang subur dan makmur. Rakyatnya tidak pernah mengalami kelaparan, hidup damai dan tentram di bawah pimpinan raja muda yang adil bijaksana tersebut.

Gunung Gede (Gunung Tampomas sekarang) memiliki hutan yang lebat, tanah yang subur dan air yang mengalir berlimpah.

Gunung Gede Meletus

Suatu hari, tiba-tiba ada suara gemuruh menggelegar disertai tanah goyang yang cukup kuat. Rakyat Sumedang Larang sontak merasa kaget dan lari berhamburan keluar rumah menuju tempat terbuka.

Ternyata suara gemuruh tersebut berasal dari gunung Gede yang tampaknya akan meletus. Hal itu membuat Rakyat Sumedang Larang yang tinggal di kaki Gunung Gede merasa cemas. Sehingga, mereka berkemas dan pergi membawa serta keluarga mengungsi menjauhi Gunung Gede tersebut.

Kabar akan meletusnya Gunung Gede tersebut, akhirnya sampai ditelinga Sang Raja atau ke Istana Sumedang Larang.

Raja muda yang bijaksana tersebut, merasa sedih dengan ancaman meletusnya gunung Gede dan sangat mengkhawatirkan keadaan rakyatnya.

Untuk itu, Sang Raja memutuskan untuk bersemedi guna memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.

Selanjutnya, Sang Raja kemudian memberitahu Patihnya jika dirinya akan melakukan Semedi guna memohon petunjuk Yang Maha Kuasa untuk mengatasi ancaman meletusnya Gunung Gede kala itu.

Sebelum melakukan semedi, Sang Raja meminta kepada Patihnya tersebut untuk mengurus kerajaan
Sumedang Larang selama dirinya bersemedi. Dan Patih pun menyanggupi permintaan Rajanya itu.

Selanjutnya, Raja Sumedang Larang, memasuki ruangan khusus yang biasa digunakan untuk bersemedi. Kemudian, setelah beberapa hari bersemedi, akhirnya raja mendengarkan bisikan gaib yang memerintahkan dirinya untuk melemparkan keris emas milik nenek moyangnya ke dalam kawah Gunung Gede.

“Jika Engkau ingin menyelamatkan rakyatmu dari bencana letusan Gunung Gede, maka lemparkanlah olehmu keris Emas milik Nenek Moyangmu ke dalam kawah Gunung Gede. Niscaya gemuruh Gunung Gede akan mereda,” suara bisikan yang didengar Sang Raja.

Melemparkan Keris Emas Berdasarkan Bisikan Gaib

Setelah mendengar bisikan gaib tersebut, Sang Raja pun jatuh pingsan. Merasa khawatir dengan kondisi raja karena telah beberapa hari tidak keluar dari ruangan semedi, prajurit penjaga memberanikan diri memasuki ruangan semedi dan mendapati sang raja pingsan.

Prajurit kemudian membawa raja keluar dan segera memanggil Patih dan para tabib istana. Beberapa lama kemudian raja pun sadar dari pingsannya. Raja langsung menyampaikan pada Patih bahwa ia harus menuju kawah Gunung Gede untuk melemparkan keris emas milik nenek moyangnya.

“Aku harus segera menuju kawah Gunung Gede dan melemparkan keris emas milik nenek moyangku agar gemuruh Gunung Gede reda,” kata Sang Raja.

Meski sudah dilarang oleh Patihnya untuk melakukan perintah dari bisikan gaib tersebut, karena dinilai membahayakan keselamatan Sang Raja. Namun, Sang Raja memastikan jika perintah tersebut harus dilakukan oleh dirinya sendiri untuk keselamatan rakyatnya.

“Tidak bisa. Harus aku yang melakukannya sendiri demi menyelamatkan rakyatku dari bencana ini. Aku sudah merelakan nyawaku untuk menyelamatkan rakyatku,” ucap Sang Raja.

Akhirnya dengan mengunggangi kuda, raja pergi ke puncak gunung Gede. Berbagai rintangan dilalui raja dengan gagah. Hanya satu yang dipikirkan raja saat itu yaitu keselamatan rakyatnya, rakyat Sumedang Larang.

Setelah tiba di Puncak Gunung Gede dengan susah payah, Sang Raja mendekati pinggir kawah dan melemparkan keris emas milik nenek moyangnya.

Keajaiban terjadi, kawah gunung Gede yang tadinya bergolak berangsur-angsur menjadi tenang, suara gemuruh pun tidak terdengar lagi.

Raja bersyukur petunjuk itu ternyata benar. Pengorbanan raja mendaki Gunung Gede terbayar sudah. Dan setelah memastikan kawah Gunung Gede sudah aman, akhirnya raja kembali ke istana kerajaan, rakyat menyambut kedatangan raja mereka. Raja bahagia akhirnya gunung Gede tidak jadi meletus dan seluruh rakyat kerajaan Sumedang Larang selamat.

Sejak kejadian itu, gunung Gede dirubah namanya menjadi Gunung Tampomas karena kawahnya menerima keris emas milik nenek moyang raja Sumedang Larang.

Itulah cerita rakyat tentang Asal Usul Gunung Tampomas. Wallahu alam…

Dahulu kala di wilayah pegunungan tinggi terdapat seorang petapa yang sakti mandra guna dan hidup bersama putrinya yang sangat cantik jelita. Suatu ketika datanglah seorang pemuda yang ingin berguru kepada petapa tadi. Pemuda tersebut berasal dari kerajaan Masaran, anak seorang raja yang kaya raya ,  sangat terpandang dan penuh wibawa. Pemuda tersebut ingin mempunyai kesaktian dan ia memilih untuk berguru kepada seorang petapa tersebut. Setelah lama berguru dan setiap hari bertemu dengan gadis yang merupakan anak seorang petapa. Pemuda tersebut jatuh cinta kepada gadis itu.  Gadis itu pun juga mencintai si pemuda tampan tersebut.

Akhirnya mereka sama-sama mencintai tanpa memandang kasta dan harta. Namun, cinta mereka terhalang oleh restu orang tua. Sang pemuda berasal dari keluarga yang berkelimpahan harta. Orang tua mereka termasuk keluarga yang terpandang. Sedangkan si gadis berasal dari keluarga yang kurang berada atau dikatakan miskin walaupun ayah dari si gadis merupakan seoang petapa yang sakti mandra guna. Oleh sebab itu, perjalanan cinta mereka tentu saja mendapatkan hambatan, sebab orang tua dari pihak sang pemuda tidak menginginkan anaknya menikah dengan gadis miskin alias kekasih dari anaknya tersebut.

Namun, cinta mereka tetap berjalan meskipun bertemu secara diam-diam. Mereka melakukan pertemuan tanpa diketahui oleh orang tua mereka. Jika mereka diketahui oleh orang tua pihak si pemuda, sang ayah dari pihak si pemuda tidak segan memarahi bahkan akan menyuruh prajurit untuk menghancurkan kekasih anaknya. Sang ayah selalu mewanti-wanti anaknya agar tidak bertemu kembali dengan kekasih idamannya. Namun, sang anak tidak dapat mengingkari hatinya bahwa dia sangat mencintai si gadis.

“Ingatlah anakku, keluarga kita adalah keluarga kaya dan terpandang. Tidak mungkinlah langit menyatu dengan bumi. Jika kamu menikah dengan gadis itu, aku betul-betul tidak setuju!” kata sang ayah dari pemuda itu.

“Tapi ayah, aku sangat mencintainya. Apakah ayah tega jika nantinya aku menikah dengan gadis yang tidak aku cintai?” tanya sang pemuda dengan amarahnya.

“Tentu saja, aku akan menjodohkanmu dengan seorang gadis kaya yang akan menjadi istrimu, ia berasal dari kerajaan sebelah, sama cantiknya, dan penuh wibawa. Calon istrimu tentu saja sangat jauh lebih tinggi kedudukannya dibandingkan gadis yang miskin itu!” celetuk sang ayah.

Mendengar penjelasan ayahnya, sang pemuda merasa bagai disambar petir, ia memberontak dan pergi meninggalkan kerajaan. Ia menyadari bahwa ia ternyata telah dijodohkan dengan seorang gadis yang tidak dia ketahui bagaimana rupa dan wataknya. Apakah dia akan menuruti kehendak ayahnya? dia tidak tau. Akhirnya, secara diam-diam sang pemuda pergi menemui kekasihnya.

Setelah sampai menemui kekasihnya, sang pemuda memberitakan perihal bahwa dirinya akan dijodohkan oleh orang tuanya. Sang gadis bingung, dia hanya terdiam dan merenung.

“Kakanda, aku tau dari dulu bahwa orang tuamu tidak menyetujui hubungan kita. Aku paham bahwa kita memiliki perbedaan bagaikan langit dan bumi,” jelas sang gadis.

“Tapi aku tetap mencintaimu adinda,” sahut sang pemuda.

“Iya aku juga mencintaimu. Tapi kamu harus tau, kondisi kita memang tidak lagi memungkinkan,” Kata sang gadis.

Gadis itu pun sadar dia adalah orang yang miskin, akhirnya ia melarikan diri dari rumah, si pemuda mengetahui bahwa si gadis ingin melarikan diri, ia pun berusaha mengejar kekasihnya. Ternyata orang tua pemuda itu mengetahui bahwa anaknya mengejar gadis yang di anggapnya miskin itu, dia pun sangat marah melihat kelakuan anaknya dan sepasang kekasih itu dikutuk menjadi batu.

“Kurangajar! Akan ku kutuk mereka menjadi batu yang besar!” ucap marah ayah sang pemuda itu

Sebelum si gadis menjadi batu, dia sudah sampai di daerah Masaran dan pemuda itu masih di puncak bukit.

“Saya bersumpah, jika takdir saya menjadi batu maka jadikan batu yang berguna”. dengan suara yang lantang gadis itu berteriak.

Mendengar sumpah dari sang gadis, pemuda itu pun menghampiri sang gadis lalu berkata,

“Adinda, sebelum kutukan itu benar akan terjadi, apakah kita bisa menikah agar kita bisa hidup berdua selamanya?” tanya sang pemuda

“Kakanda, aku setuju. Tetapi bolehkan aku meminta satu persyaratan?” jawab sang gadis

“Buatkan selendang yang panjang sepanjang pulau jawa dan berwarna kuning, merah dan hijau” lanjut dari sang gadis.

“Baiklah adinda, aku akan membuatkan selendang tersebut” ucap sang pemuda menyetujui persyaratan dari sang gadis.

Kutukan tersebut pun akhirnya merubah sang pemuda yang sedang mencari bahan pembuatan selendang di daerah Pagedongan dan gadis itu pun sedang menunggu sang pemuda di daerah Masaran, tiba-tiba ia kelelahan dan tertidur. Sang gadis bermimpi jika ia menjadi batu yang besar seperti gunung. Mimpi sang gadis pun menjadi kenyataan.

Jelmaan gunung si gadis akhirnya di beri nama gunung Tampomas, sedangkan jelmaan si pemuda di beri nama gunung Lanang. Walaupun mereka sudah menjadi batu tapi mereka masih bisa saling berbicara.

Keinginan sang gadis pun terkabul, kini batu tersebut dijadikan sebagai tempat pertambangan yang menghasilkan batu besar. Selendang tersebut pun berubah menjadi sungai yang mengalir untuk kehidupan masyarakat setempat. Pemerintah Indonesia memutuskan untuk meledakan gunung tampomas untuk diambil batu-batunya yang akan dijadikan bahan pembuatan PLTA Waduk Jendral Sudirman yang lebih dikenal dengan bendungan Mrica. Peledakan terjadi selama 5 tahun dan menghasilkan batu-batu yang banyak. Batu besar di bawa ke tempat pembuatan waduk tersebut. Kemudian sisa-sisa batu kecil dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk tambang batu tradisional.

Adapun dampak dari peledakan mengakibatkan rusaknya panorama gunung Tampomas dan menyebabkan lubang yang besar hingga menembus mata air dan terbentuk danau. Dari peristiwa tersebut masyarakat sekitar memanfaatkan sebagai objek wisata.

*) Cerita rakyat Legenda Tampomas berasal dari desa Masaran, Kec. Bawang, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah

Ayuni Eka Mulviani, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Tags: Cerita Rakyat Banjar Negaracerita rakyat jawa tengahLegenda Tampomas

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA