Bagaimana upaya yang dapat dilakukan Humas untuk menjaga hubungan dengan stockholders

Dunia bisnis merupakan sesuatu yang berjalan dinamis mengikuti zaman. Saat kita ingin terjun ke dunia bisnis, menjalin relasi yang baik dengan pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam keberlangsungan bisnis organisasi. Pengertian organisasi dapat diartikan sebagai dua atau lebih orang yang berada di dalam satu wadah yang sama dan memiliki satu tujuan. Tujuan tersebut nantinya akan dicapai bersama dengan anggota dari organisasi tersebut melalui kerjasama dari pihak-pihak yang bersangkutan.

Berdasarkan teori manajemen pendekatan sistem, pendekatan sistem menekankan kajian pada kedudukan organisasi sebagai suatu sistem dengan sejumlah sub sistem yang saling berhubungan. Pendekatan sistem lebih menggunakan keseluruhan aspek dalam organisasi, baik aspek manusia maupun aspek struktur, psikologis dan sosial dalam keberadaan organisasi yang di dalamnya terjadi proses manajemen. Dalam konteks pendekatan ini, organisasi bisnis tidak dipandang sebagai sistem tertutup, karena ada hubungan antara unsur internal dan eksternal organisasi. Dengan demikian, organisasi merupakan sistem terbuka (open system). Pendekatan sistem memandang organisasi dalam suatu lingkungan organisasi yang juga menampatkan pentingnya jaringan berganda dalam interaksi.

Hubungan dengan pihak terkait/ berwenang dan kelompok minat khusus perlu dijaga dengan baik. Kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain dan sama halnya dengan organisasi. Organisasi membutuhkan pihak terkait dan kelompok minat khusus untuk membangun dan mengembangkan bisnis organisasinya menjadi lebih baik. Saran dan kritik dari pihak internal dan eksternal menjadi masukan atau referensi bagi organisasi dalam memperbaiki organisasi baik secara parsial maupun keseluruhan.

Ketika perusahaan berinteraksi dengan pihak internal dan pihak luar maka akan terbangun suatu kepentingan bersama dan saling bergantung di antara perusahaan dengan kelompok-kelompok tersebut. Inilah yang disebut dengan berinteraksi dengan para pemangku kepentingannya (stakeholder) atau pihak-pihak terkait. Dengan demikian maka pihak berkepentingan (stakeholder) adalah seluruh orang dan kelompok yang dipengaruhi oleh atau yang dapat dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan dan operasi suatu organisasi. Jumlah dari pihak berkepentingan dan ragam kepentingan mereka dapat sangat luas sehingga keputusan dari organisasi bisa menjadi sangat kompleks karena harus mempertimbangkan hal tersebut. Meskipun demikian ada batasnya organisasi mempertimbangkan kepentingan para pihak berkepentingan, bagaimanapun organisasi memperjuangkan keberlangsungan bisnisnya. Artinya sepanjang masukan, pertimbangan dan kepentingan para pihak terkait dapat menyebabkan laba organisasi meningkat, terjamin dan meningkatkan kemampuan perusahaan maka masukan tersebut dapat dilakukan oleh organisasi.

NOPIA, TRI ASTUTIK (2020) Strategi Humas dalam Menjalin Good relationship dengan Eksternal Stakeholder (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB pada Aktivitas Pemadaman Listrik Terencana Periode 9 November – 19 November 2019). S1 thesis, Universitas Mataram.

Text
Skripsi Nopia Tri Astutik (Final).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat dalam menjaga keandalan pasokannya akan melakukan pemadaman terencana untuk pemeliharaan pembangkit. Selain untuk pemeliharaan, PLN juga akan melakukan pemadaman jika, terjadi devisit daya dan gangguan. Salah satu aktivitas pemadaman terencana yang dilakukan PLN wilayah Nusa Tenggara Barat pada periode 9 November – 19 November 2019 yang disebabkan devisit daya dan bersamaan dengan jadwal pemeliharaan pembangkit. Pemadaman tersebut mendapat banyak tekanan dari eksternal stakeholder perusahaan yang merasa dirugikan akibat durasi pemadaman yang lama. Tekanan tersebut harus dikelola oleh Humas PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat, untuk menjaga hubungan baik dengan eksternal perusahaan. Penelitian ini ingin mengetahui apa saja langkah – langkah strategis Humas PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat dalam menjalin hubungan baik dengan eksternal stakeholder sehingga dapat mengubah tekanan menjadi dukungan kepada perusahaan. Selain itu penelitian ini juga mencari tau apa saja faktor pendukung dalam menjalankan strategi, kendala dan solusi serta upaya yang dilakukan humas PLN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data serta teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menemukan langkah – langkah strategis yang dilakukan oleh Humas PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu mengumpulkan data di lapangan, menyusun rencana untuk menjalin good relationship dengan eksternal stakeholder perusahaan, lalu di komunikasikan dengan cara membuka diri kepada publik dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki, terakhir humas melakukan evaluasi untuk mengetahui apa saja faktor penghambat, kendala serta solusi sehingga humas dapat membentuk upaya – upaya pencegahan yang lebih optimal dalam menjalin good relationship dengan eksternal stakeholder.

Actions (login required)

Mengenali metode-metode stakeholder mapping menjadi penting bagi PR karena ada kalanya proses pemetaan harus dilakukan dengan cepat. PR dapat memilih metode mana yang paling efektif dan tepat untuk digunakan.

JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Ada beberapa metode yang dapat digunakan PR saat melakukan proses stakeholder mapping. Direktur Utama Mediavista.id Pramana Sukmajati mengupasnya tuntas di acara APPRIentice, Senin (12/10/2020). Antara lain, metode matriks kekuatan dan ketertarikan (power and interest), kekuatan dan preferensi (power and preference), stakeholder dan isu, serta stakeholder canvas.

Matriks power and interest merupakan metode yang paling jamak digunakan oleh para praktisi PR. Yakni, dengan cara membagi stakeholder berdasarkan aspek kekuatan dan ketertarikan. “Baik ketertarikan orang terhadap kita sebagai organisasi atau isu tertentu yang dikerjakan atau ditangani oleh organisasi kita,” kataya.

Metode ini memiliki empat bagian. Pertama, bagi stakeholder dengan kekuatan lemah dan ketertarikan lemah cukup dengan perlakuan sekadar dimonitor saja, tidak perlu di­-engage secara terus-menerus. Kedua, jenis stakeholder dengan ketertarikan tinggi namun kekuatannya rendah. Yang perlu dilakukan PR kepada stakeholder yang masuk ke kategori ini cukup membuatnya terinformasi terhadap sesuatu yang menurut mereka menarik untuk diketahui.

Ketiga, stakeholder dengan kekuatan tinggi, tetapi ketertarikannya rendah. Kepada stakehlolder kategori ini, PR cukup menjaga hubungan baik. Keempat, kategori stakeholder yang harus dikelola secara serius karena berisiko tinggi. Yakni, stakeholder dengan kekuatan serta ketertarikan tinggi terhadap organisasi.

Wakil Ketua Humas APPRI Chikita Rosemarie menambahkan, matriks kekuatan dan ketertarikan ini merupakan salah satu teori stakeholder mapping yang dikembangkan jauh sebelum lahirnya masyarakat digital. Yakni, saat komunitas lokal internal akar rumput dianggap tidak memiliki kekuatan. “Jadi, berbeda perlakuannya ketika kita berbicara dalam konteks era digital seperti sekarang,” ujarnya.

Untuk itu, Chikita menekankan agar ketika menggunakan matriks ini, PR memahami bahwa setiap stakeholder saat ini memiliki kekuatan. Sehingga, pendekatan dan eksekusinya tidak bisa dianalisis secara general seperti yang tertulis di dalam teori.

Membagi Energi

Kedua, matriks power and preference. Matriks ini membagi stakeholder ke dalam sembilan kasta atau bidang. Pertama, pengikut/follower (kekuatan rendah, preferensi rendah). Kedua, bimbang/undicided (kekuatan rendah, preferensi medium). Ketiga, peringatan/caution (kekuatan rendah, preferensi tinggi). Keempat, pendukung/supporter (kekuatan medium, preferensi rendah).

Kelima, mengamati/monitor (kekuatan medium, preferensi medium). Keenam, pantau dengan kuat/strongly monitor (kekuatan medium, preferensi tinggi). Ketujuh, juara/champion (kekuatan tinggi, preferensi rendah). Kedelapan, terlibat secara aktif/actively engage (kekuatan tinggi, preferensi medium). Kesembilan, kritikal/critical (kekuatan rendah, preferensi tinggi).

Selanjutnya, matriks stakeholder dan isu. Matriks ini merupakan tingkat lanjutan dari matriks pertama dan kedua. Dengan metode ini, PR bisa mematakan stakeholder lebih spesifik terhadap isu-isu penting terkait perusahaan. Sehingga, PR bisa membagi energi. Tidak smeua stakehlder harus dikelola secara terus-menerus melainkan yang prioritas saja. 

Setelah PR menempatkan stakeholder ke dalam matriks, selanjutnya menentukan pemangku kepentingan prioritas. Stakeholder dengan kekuatan serta ketertarikan tinggi harus dikelola paling pertama, sementara yang lain setelahnya. “Lakukan untuk setiap isu yang ada, perbaharui secara berkala, sesuai kebutuhan perencanaan komunikasi yang dilakukan,” katanya.

Praktisi PR dapat memanfaatkan data yang ada untuk menerjemahkannya ke dalam informasi yang lebih spesifik. Tujuannya, agar dapat memberikan gambaran umum tentang karakter stakeholder tertentu atau dikenal dengan istilah stakeholder persona.

Terakhir, metode yang relatif baru dan masih jarang digunakan, stakeholder canvas. Terdiri dari stakeholders, aktivitas kunci, preposisi nilai, karekteristik hubungan, stakeholder yang terpengaruh, sumber kunci, kanal, struktur biaya, serta potensi aliran pendapatan. (ais)

Video yang berhubungan