Bagaimana sikapmu apabila usaha yang telah kamu kerjakan sudah maksimal namun belum

Bismillaahirrahmanirrahiim

Adalah kewajiban bagi tiap muslim untuk menuntut ilmu. Jika dikaitkan dengan kondisi mahasiswa yang menuntut ilmu dengan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, yang harus menjadi perhatian penting yaitu bagaimana adab menuntut ilmu. Dalam hal ini penulis ingin mengingatkan bahwa kewajiban menuntut ilmu sebenarnya adalah ilmu agama. Ilmu dunia seperti yang dipelajari di perkuliahan hukum asalnya adalah mubah atau boleh. Bahkan akan menjadi lebih baik jika kelak ilmu dunia tersebut, misalnya mata kuliah optimisasi dalam prodi Teknik Industri, dipergunakan untuk kemaslahatan dan kebangkitan umat muslim. Berkata ‘Abdullah bin Mubarak rahimahullah bahwa sesuungguhnya awal dari ilmu itu adalah: (1) niat karena Allaah Ta’ala; (2) mendengarkannya; (3) memahaminya; (4) menghafalkannya; (5) mengamalkannya; dan (6) menyebarkannya.

Bermula dari niat untuk akhirat, niatkanlah bahwa ilmu dunia tersebut untuk membantu kebangkitan kaum muslimin. Tidak jarang mahasiswa menimba ilmu sampai jenjang sarjana hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, kemudian akan dipakai untuk mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan berpredikat baik demi pendapatan yang tinggi. Niat bukan untuk akhirat, alih-alih menuntut ilmu malah menuntut nilai. Bukankah Allah Maha Melihat proses pembelajaran yang dilalui? Dengan menerapkan keyakinan beriman kepada Allah, ketika nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akan senantiasa tawakal. Jika sudah belajar dengan penuh kesungguhan, mengikuti cara-cara yang baik dalam proses pembelajarannya seperti berusaha dalam menyelesaikan tugas tanpa meng-copy tugas teman, Allah Maha Tahu segala. Memang sebagai manusia, sering melakukan khilaf dan salah, tidak mudah menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Kembali lagi kepada awal ilmu, perbaiki niat bahwa semata karena Allah, untuk akhirat, untuk kebangkitan Islam. Kelak ketika masa hisab datang, tidaklah dipertanyakan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) berapa melainkan mempertanggungjawabkan segala kecurangan yang dilakukan. Karena mata, telinga, tangan, dan semua anggota tubuh akan menyampaikan tiap perbuatan selama di dunia.

Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa mengungguli manusia dalam ilmu, maka dia lebih pantas untuk mengungguli mereka dalam amal”. Hal ini menjelaskan bahwa semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh seseorang maka semakin banyak amal yang dilakukan. Senada dengan Al-Hasan Bashry rahimahullah, Al-Imam Sufyan bun Uyainah rahimahullah berkata bahwa manusia yang paling bodoh adalah siapa yang meninggalkan apa yang dia ketahui, manusia yang paling berilmu adalah siapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui dan manusia yang paling utama adalah siapa yang paling takut kepada Allah Azza Wajalla. Dari keduanya, dapat disimpulkan bahwa manusia yang paling berilmu adalah yang mengamalkan ilmunya. Pada suatu training, pemateri menyampaikan bahwa terdapat suatu aturan yang disebut Rules 72. Yaitu jika sesuatu tidak diulang dalam 72 jam ke depan maka dipastikan seseorang akan lupa dengan apa yang telah dipelajarinya. Dari pengalaman mengajar, sangat sering mahasiswa tidak mengulang materi yang telah diberikan jika tidak diikuti dengan tugas. Di beberapa pertemuan perkuliahan, sebuah pertanyaan sering dilontarkan pada awal sesi, “Kapan terakhir Anda mengulang atau membaca materi minggu lalu?”. Dapat ditebak jawaban mahasiswa adalah minggu lalu pada saat di kelas. Mengamalkan suatu materi yang telah diajarkan dapat berupa mengerjakan latihan-latihan soal baik yang dibagikan oleh dosen maupun dari berbagai referensi, jika mata kuliah hitungan seperti Kalkulus. Sesuai dengan pepatah, ala bisa karena biasa. Semakin sering mengamalkan, semakin terasah kemampuan berhitungnya, semakin faham penerapan suatu rumus. Selain hitungan, mahasiswa harus mampu memahami dasar teori suatu mata kuliah seperti Fisika Dasar. Sebelum menyelesaikan soal hitungan, dibutuhkan kemampuan analisis yang terkadang lebih rumit daripada rumus Fisika itu sendiri. Dengan mengamalkannya melalui pengulangan materi secara mandiri maupun bersama-sama di luar kelas akan membuktikan bahwa ia adalah seorang yang berilmu, memahami suatu ilmu.

Dikisahkan oleh seorang ulama besar, asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbadhafizhahullah tentang akhlak al-Mujaddid al-‘Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, di masjid Universitas Islam di Madinah pada malam Jumat, 6 Safar 1420 H. Beliau asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz memiliki cita-cita yang tinggi, rajin, dan bersemangat dalam menuntut ilmu. Beberapa hal yang dapat dicontoh dari asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz adalah kesabaran dan kesungguh-sungguhan dalam menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, khasyah (rasa takut) dan ibadah, ketegaran dan keberanian dalam berdakwah, ketawadhuan dan kepedulian, dan yang terakhir adalah kasih sayang terhadap umat. Ketika usia 16 tahun, beliau mengalami sakit yang mengakibatkan penglihatannya semakin lemah dan tidak mampu melihat pada usia 20 tahun. Namun, Allah Subhanahu wata’ala mengaruniai beliau dengan iman dalam hati sehingga beliau tumbuh di atas ilmu, keutamaan, dan kesungguhan dalam mencari ilmu.

Ketika setiap hasil akhir dari suatu mata kuliah tidak seperti yang ditargetkan, maka senantiasa bersabar. Hal yang menurut pandangan manusia buruk atau jelek, tetapi tidak demikian di sisi Allah. Boleh jadi Allah menegur kita bahwa pada semester itu kita tidaklah benar-benar memanfaatkan waktu untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, mendengarkan yang dijelaskan oleh para dosen. Memperbaiki nilai dengan mengulang pada semester berikutnya bukanlah perkara memalukan selama niatnya karena Allah semata, untuk beribadah. Terkadang kita perlu berada di bawah, merasakan kondisi tidak menyenangkan, agar ketika masa susah itu terlewati kita dapat menghargai masa senang yang didapatkan. Tentunya ikhtiar senantiasa dilakukan, mengikuti tiap proses pembelajaran dengan cara-cara yang ma’ruf, menghindari kecurangan, karena hasil akhir merupakan akumulasi (kumulatif) dari yang telah diusahakan sejak awal semester.

Ilmu terdiri dari tiga tahapan: (1) jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong: (2) jika dia memasuki tahap kedua, dia akan tawadhu (rendah hati); (3) jika dia memasuki tahapan ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya (Umar bin Khattab). Tentang keutamaan tawadhu, sebuah hadits menjelaskan, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta, tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain melainkan Allah akan menambah kemuliaannya, dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya” (HR. Muslim, no. 2588). Ada kalanya timbul rasa sombong tatkala kita memahami suatu materi yang dijelaskan dosen, dan dijadikan rujukan oleh teman-teman kelas dalam belajar. Namun, janganlah lupa bahwa sedikit kemampuan yang didapatkan tersebut adalah karena Allah yang Maha Baik. Dengan mudah semua kepintaran yang dimiliki dapat sirna atas izin Allah. Belajar dari padi, semakin berisi semakin merunduk. Alangkah beruntungnya jika kita mampu memasuki tahap ketiga yaitu merasa diri ini tidak ada apa-apanya jika bukan karena segala rizki dan hidayah dari Allah.

Berkata Al-Hasan al-Bashry rahimahullah, “Barangsiapa yang menuntut ilmu dalam rangka ingin mendapatkan keutamaan yang ada di sisi Allah, maka itu jauh lebih berharga dibanding dunia yang matahari senantiasa menyinarinya”. Innamaa a’maalu binniyaati, sesungguhnya tiap amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya. Berangkat dari rumah, tinggal berjauhan dari orangtua dan keluarga, ingin menuntut ilmu di perguruan tinggi, semoga tidak menjadi sia-sia karena tidak disertai akhlak menuntut ilmu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, awal ilmu salah satunya adalah niat. Masih ada waktu untuk memperbaiki, niatkan karena Allah, untuk beribadah, untuk dipergunakan bagi kemaslahatan umat. Diseimbangkan antara menuntut ilmu agama dan dunia demi keselamatan akhirat. Dalam perjalanan perkuliahan terkadang kita tersesat. Senantiasa berdoa mohon kepada Allah agar kita tetap kuat. Aamiin

Penulis

Suci Miranda, S.T., M.Sc.

Dosen Jurusan Teknik Industri

Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah dengan suatu tujuan yaitu Tuhan ingin manusia untuk hidup kudus, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan serta selalu memuliakan dan menyembah Tuhan dengan sukacita. Tuhan juga memberikan setiap manusia akal budi dan kehendak bebas untuk bisa memilih dan menentukan apa saja yang ingin setiap manusia kerjakan. Namun terkadang setiap manusia tidak peka terhadap suara Tuhan sehingga kita sering kali salah dalam memutuskan sesuatu hal dalam kehidupan kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Meskipun begitu Tuhan tetap turut serta mendampingi setiap manusia dan menuntun mereka untuk kembali kerencana awal Tuhan.

Setiap manusia memiliki kisah hidup yang berbeda-beda dan hal itu tidak mudah untuk dijalani, sehingga dapat menggoyahkan iman mereka. Namun Tuhan sungguh baik, Ia selalu memberikan kita kekutan dan penghiburan melalui FirmanNya seperti yang tertulis pada 2 Tawarikh 15:7 “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”. Meskipun kita sudah mengetahui bahwa Tuhan senantiasa mendampingi kita dikala suka dan duka, tetap saja kita sebagai manusia sering kali melupakannya dan tidak peka terhadap suaranya, maka dari itu kita perlu memiliki sikap yang benar sebagai umat Kristen untuk menghadapi masalah yang ada. Yuk simak beberapa sikap dibawah ini:

1.  Jangan Putus Asa

Ketika masalah datang dan sulit untuk kita hadapi sering kali kita menjadi putus asa. Sesungguhnya sikap tersebut tidak benar karena dengan sikap putus asa, tidak dapat menyelesaikan masalah kita. Justru yang harus kita lakukan adalah tetap semangat dan terus percaya kepada Tuhan, seperti kisah sepuluh orang kusta yang telah dipulihkan oleh Yesus. Kisah tersebut terdapat di dalam Lukas 17 : 11-19. Ketika kita berseru kepada Tuhan untuk memberi kekuatan dalam menghadapi semua pencobaan percayalah Tuhan Yesus akan memulihkannya. Melalui ayat tersebut terbukti kuasa Yesus sungguh nyata dalam hidup kita. Maka dari itu ketika masalah datang jangan takut dan putus asa ya, siapa yang sering merasa putus asa?

2. Semakin mendekatkan diri dengan Tuhan

Biasanya disaat kita menghadapi masalah, kita akan terfokus pada masalah tersebut. Sehingga tanpa disadari mulai membuat kita menjauh dari Tuhan dan tidak bisa membuat kita berpikir dengan jernih, bahkan bisa sampai mengakibatkan stress dan depresi. Kita harus memiliki hati seperti Nabi Ayub. Ia sepenuhnya mempercayakan hidupnya kepada Tuhan, meskipun semua musibah bertubi-tubi datang kedalam hidup Nabi Ayub, ia tetap percaya kepada janji Tuhan yang selalu menolongnya. Sehingga pada akhirnya Tuhan mengembalikan hidupnya dan memberikan Nabi Ayub berkatNya yang berkali-kali lipat. Ingin tahu kisah lengkap Nabi Ayub, yuk dengarkan Alkitab Suara sekarang.

3. Menguatkan Iman

Disaat masalah datang kita membutuhkan iman, tanpa iman kita akan mudah goyah kepada mujizat Tuhan. Dengan iman kita bisa memiliki keyakinan dihati bahwa Tuhan akan selalu memberikan jalan keluar bagi anak-anakNya yang dekat pada-Nya. Karena melalui berkat dan hikmat Tuhan kita dapat mengambil tindakan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Seperti cerita bangsa Israel yang ada di dalam Alkitab. Bangsa menyebrangi sungai Yordan dan masuk ke Tanah Perjanjian dengan Iman. Melalui iman tersebut, Mujizat Tuhan terjadi saat itu dan terbelahlah sungai Yordan, sehingga bangsa Israel dapat melewatinya. Oleh karena itu, sebagai umat Kristen kita perlu menguatkan iman kita agar berkat dan mujizat dapat terjadi dalam kehidupan kita.

4. Tetap bersyukur kepada Tuhan

Masalah sesulit apapun yang tejadi dalam hidup kita, tetap harus hadapi dengan rasa syukur karena kita masih diberikan kekuatan untuk menghadapi semua masalah hidup dan tidak mengalami masalah yang lebih berat atau sesulit masalah seperti yang dihadapi oleh orang lain. Pada dasarnya Tuhan tidak akan memberikan masalah kepada manusia melebihi batas kemampuan kita, karena tertulis dalam Firman Tuhan pada 1 Korintus 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Jadi jika kamu memiliki masalah yang sulit saat ini jangan khawatir, percayalah bahwa Tuhan akan membantu kita untuk menyelesaikannya tepat pada waktunya.

5. Jangan lupa untuk berdoa setiap hari

Berdoa merupakan cara kita berkomunikasi dengan Tuhan. Melalui doa kita dapat mengungkapkan semua hal yang kita rasakan. Terutama disaat masalah datang biasanya kita menceritakan semua masalah kita kepada sesama manusia, namun saat ini kita bisa mencoba untuk mulai menceritakan setiap masalah kita kepada Tuhan melalui doa. Sebagai umat Kristen kita diajarkan untuk menyatakan keinginan kita kepada Tuhan dalam doa sesuai dengan Firman Tuhan yang diambil dari Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Jadi ketika kamu mengalami masa-masa sulit ingatlah untuk selalu mencari Tuhan, karena hanya Dialah yang dapat mengurangi beban kita melalui berkat dan mujizatNya.

Kelima cara diatas merupakan sikap yang perlu kita lakukan sebagai umat Kristen dalam menghadapi masalah. Dari kelima cara tersebut manakan yang paling sering kamu lakukan? Jangan lupa renungkan kembali dan ingatkan keteman-teman kamu akan hal ini ya!

Tags: masalah

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA