Jakarta, CNN Indonesia -- Kader Partai Gerindra La Nyalla Mattalitti menuding ada permintaan uang miliaran rupiah oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat mantan ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) itu hendak mencalonkan diri sebagai calon gubernur Jawa Timur 2018.
La Nyalla blak-blakan soal dugaan permintaan uang itu kepada wartawan saat jumpa pers di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (11/1). Dalam transkrip rekaman keterangan La Nyalla yang diperoleh CNN Indonesia.com, dan telah dibenarkan oleh Ketua Progress 98 Faizal Assegaf selaku penyelenggara konferensi pers, La Nyalla mengklarifikasi semua persoalan Pilgub Jatim.
La Nyalla menuturkan, dia diundang oleh Progres 98 dan Alumni 212 untuk mengklarifikasi masalah Pilgub Jatim. "Saya lihat judulnya tadi ada juga menyinggung masalah mahar Rp170 miliar. Perlu saya sampaikan bahwa saya niat jadi Gubernur Jatim itu bernazar sejak saya di dalam penjara," kata La Nyalla.La Nyalla bernazar kalau dirinya lolos dari jeratan hukum yang dilakukan oleh Kejati Jatim dalam kasus dugaan korupsi dana hibah, dia akan menjadi Gubernur Jatim."Saya sengaja mau mewakafkan diri saya untuk rakyat Jatim. Saya ingin rakyat jatim bangkit, sejahtera yang berkeadilan sosial. Tapi ada catatan, saya tdk mau yang namanya beli rekom (rekomendasi). Kalau saya beli rekom, saya sumpahin diri saya, pasti kalah. Tapi kalau saya tidak beli rekom Insya Allah saya menang dan alhamdulillah saya divonis bebas murni," kata dia.
Putusan bebas La Nyalla berkekuatan hukum tetap (Inkracht) pada 18 Juli 2017.La Nyalla yang merupakan kader Gerindra kembali mengungkit perjuangannya bersama Gerindra. "Saya tahun 2009 menjadi timnya Mega-Pro, dan 2014 tim Prabowo-Hatta, dan saya keluar uang sendiri menggerakkan semua elemen-elemen saya di Jatim. Ada 16 elemen yang membuat calon-calon kandidat sekarang ketakutan. Tapi apa yang terjadi saya kader Gerindra sejak 2009 dan saya ingin pak Prabowo jadi Presiden, tapi nyatanya tahun 2014 yang namanya Prabowo tidak tercapai cita-citanya," ujar Nyalla.Nyalla melanjutkan, tidak terpilihnya Prabowo sebagai presiden 2014 menjadi tanda tanya baginya."Ada apa di balik ini semua?," kata La Nyalla.Nah, menurutnya jawaban itu terjawab pada tahun 2017. Kekalahan Prabowo pada 2014, membuat La Nyalla tak mendapat rekomendasi cagub Jatim 2018 dari partainya."Yang namanya La Nyalla tidak direkomendasi oleh Gerindra untuk menjadi Cagub Jatim padahal direkomendasi oleh alumni 212 dan umat Islam. Para kyai dari Jatim mendukung saya jadi gubernur, ternyata tidak," ujar La Nyalla.Kata La Nyalla, Gerindra hanya mengeluarkan surat tugas yang memintanya untuk mencari mitra koalisi. "Dari tanggal 10 sampai tanggl 20 Desember yang intinya saya harus mencari partai, kedua saya harus memberikan tim kemenangan untuk meyakinkan bisa menang," katanya.Setelah mendapat surat tugas, La Nyalla mengaku langsung melakukan lobi kepada sejumlah partai."Coba lihat UU Pemilu, bahwa yang mencari koalisi itu bukan kandidat tapi partai, tapi saya disuruh cari sendiri," kata dia.
"Akhirnya saya ingat Prabowo menyampaikan kalau enggak punya uang jangan maju. Ya Wis. Saya ini punya uang, tapi saya punya sumpah, saya enggak mau keluar uang dulu kalau saya belum direkom. Kalau saya sudah didaftarkan ke KPU baru saya kasih duit," katanya.
La Nyalla akhirnya mengembalikan surat tugas Gerindra tanggal 20 Desember. Saya sudah pertegas kepada pak Prabowo, pak kasih kesempatan saya, kasih keluar dulu surat tugasnya, kemudian saya kumpulkan rekan-rekan pengusaha muslim saya untuk membantu," kata dia.Gagal mendapat rekomendasi dari Prabowo, La Nyalla pun menyatakan keluar dari gerindra. Selain keluar dari Gerindra, Prabowo juga menyatakan tak akan mendukung Prabowo di Pilpres 2019. "Mohon maaf. Ini saya orang bego kalau masih mendukung Prabowo Subianto, karena apa? saya sudah berjuang sejak 2009, 2014, coba balasannya dia sia-siakan saya. Berarti dia tidak mau sama saya, saya pun juga tidak nyambung sama dia. Ini sudah selesai," katanya."Mengenai uang Rp40 miliar yang katanya diminta oleh partai Gerindra dan untuk bayar saksi di TPS saat pencoblosan, kalaupun itu benar adalah sangat wajar karena pertama kemenangan calon kepala daerah dalam Pilgub itu kuncinya adalah kekuatan para saksi di TPS TPS ," kata Arief kepada CNN Indonesia.com.
Jumlah TPS yang ada di 38 Kabupaten/Kota, kata Arief, mencapai 68.511 TPS pada Pilgub Jatim 2018."Nah kita butuh tiga saksi untuk satu TPS-nya, kalau uang makan saksi sebesar Rp200 ribu per orang saja maka dibutuhkan Rp41 miliar belum lagi saksi-saksi di tingkat PPS, PPK dan KPUD belum lagi untuk Dana pelatihan saksi sebelum pencoblosan yaitu sebesar Rp100 ribu per orang/hari," kata dia.Bila tiga hari, kata Arief, maka masih dibutuhkan dana sebesar Rp20,5 miliar. "Artinya kekurangan dana nantinya yang menanggung ya kader Partai Gerindra, seperti pada Pilgub DKI Jakarta seluruh Kader Gerindra di Indonesia urunan untuk bantu Anies - Sandi," kata dia. (Sur/asa)
Oscar Ferry | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jan 2018 15:47 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti mengaku diminta uang saksi Rp40 miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto terkait Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018.Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Cecep Hidayat mempertanyakan soal pengakuan La Nyalla tersebut. Sebab, selama ini amat jarang ada seorang kandidat yang mau membuka secara gamblang soal mahar politik.
"Kenapa dibuka, blak-blakan ke publik? Toh masing-masing tahu sama tahu. Amat jarang seorang kandidat mau kasih tahu (mahar). Ada message apa? Dalam rangka apa (La Nyalla) ingin buka ke publik?" kata Cecep kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/1).
Cecep menduga, La Nyalla punya motif lain di balik blak-blakannya membuka mahar politik yang diminta Prabowo ini. Salah satunya tak lepas dari elektabilitas Prabowo terkait Pilpres 2019."Pesannya bisa, wah Prabowo minta uang. Kan ini bisa menurunkan citra Prabowo. Pengungkapan ke publik ini bisa menurunkan elektabilitas Prabowo," ucapnya.Tudingan mahar politik di Pilgub Jatim dinyatakan La Nyalla Mattalitti yang sebelumnya santer disebut bakal diusung Gerindra. Ia sudah mendapat surat tugas dan diminta mencari partai pengusung. Namun belakangan La Nyalla mengembalikan surat tugas tersebut.Dalam pernyataannya kemarin, La Nyalla mengaku dimintai uang Rp40 miliar sebagai biaya saksi. Dalam perhitungannya, biaya saksi dibutuhkan sekitar Rp28 miliar dengan rincian Rp200 ribu untuk dua orang saksi di 68 ribu tempat pemungutan suara.Namun La Nyalla belum mau menyerahkan uang tersebut sebelum surat rekomendasi dari Gerindra turun. Ia baru mau menyerahkan uang bila sudah resmi diusung. Karena itu ia menilai uang tersebut tak lain adalah mahar untuk membeli rekomendasi Gerindra.Atas perlakuan yang diterimanya itu, La Nyalla menyatakan keluar dari Gerindra dan tak akan lagi mendukung Prabowo di Pilpres 2019. Dalam dua pilpres sebelumnya (2009 dan 2014), La Nyalla mengaku mendukung Gerindra dengan menggunakan dananya sendiri.Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono sebelumnya menepis pernyataan La Nyalla. Arif membantah ada permintaan mahar dari Prabowo ke La Nyalla."Tidak ada permintaan uang dalam surat rekomendasi terhadap La Nyalla," kata Arief kepada CNN Indonesia.com.Lagipula, kata Arief, uang Rp40 miliar yang dimaksud itu akan digunakan untuk logistik Pilkada Jatim. "Untuk pembiayaan saksi saja butuh Rp100 miliar. Itu kalaupun lisan dimintai uang, nanti sisanya Gerindra yang menambahkan kekurangannya," kata Arief, Kamis (11/1).Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon juga membantah tudingan La Nyalla. Dia mengaku tidak pernah atau menemukan bukti soal mahar dimaksud."Saya kira kalau dari Pak Prabowo tidak ada ya itu, saya tidak pernah dengar dan juga menemukan bukti semacam itu ya," ujar Fadli.Fadli memperkirakan uang yang dimaksud untuk kesiapan La Nyalla membiayai logistik dan saksi untuk pilkada. Dia mengatakan, Prabowo tidak pernah meminta uang untuk kepentingan pribadi maupun partai kepada calon di pilkada.Sebab, menurut Fadli, untuk mengarungi Pilkada Jawa Timur, logistik yang dibutuhkan untuk transportasi serta saksi tidak sedikit. Karena, luas wilayah dan jumlah kabupaten/kota serta penduduknya yang cukup besar."Jadi saya kira wajar, bukan untuk kepentingan pribadi atau partai, tapi kepentingan yang bersangkutan," katanya.Sementara politikus Gerindra Desmond Junaedi Mahesa menilai, tudingan mahar itu untuk kepentingan La Nyalla mencari popularitas.
"(Pernyataan) itu lucu, hanya untuk mencari popularitas saja," kata Desmon. (osc/djm)
LIVE REPORT